Aku akui , sampai kapan pun, ngak akan bisa memahami wanita. kerna wanita itu seperti awan. Awan yang tidak bisa di jangka bentuknya.
Terkadang ia hadir dengan seribu keindahan bentuk, namun terkadang ia hadir bersama petir dan guruh.
Aku akur, wanita biar pun dikatakan wajib di lindungi sang lelaki, terkadang sang wanita itu juga melindungi sang lelaki. Sepertinya awan yang memberi teduh kepada bumi tatkala mentari terik. terlihat juga seperti ibu yang melindungi anaknya, kakak kepada adik juga kekasih kepada kekasih.
Aku hanya ingin mengatakan, biar bagaimana pun bentuk awan yang hadir dan yang telah berlaludi atas langit aku. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran yang memberi aku keindahan, yang memberi aku ke nyamanan.
Aku juga ingin memohon maaf atas segala kekurangan aku, yang tidak mampu melukis awan menjadi indah, seindah lukisan pelangi di dada langit.
Jika kekurangan aku itu satu kelemahan. Aku juga akur. Jika kelemahan aku itu menyakitkan, maafkan aku sekali lagi. Hanya aku mahu pohon pengertian, yang tidak sedikit pun terbesit di hati ini untuk sengajanya pergi dari duduk di bawah awan. Kerna malam pasti tiba dan aku harus pulang.
Jika ada bulan, dan kamu masih mahu bermian di langit aku. Aku terima. Jika tidak, ketemu aja di mimpi atau hari esoknya. Selama aku masih hidup.
Saturday, December 30, 2006
Friday, December 15, 2006
memanusiakan budaya
Satu cara mudah untuk memahami budaya dan manusia ialah dengan melihat tandas rumah kalian. Ada tandas cangkung ada juga tandas duduk. Budaya itu seperti tandas. Di mana fungsi tandas pasti aja sama tapi cara kerja tandas itu berbeda. Berfungsi untuk melindungi kejelekan kita dari terdedah semasa melaksanakan urusan pembuangan sisa perut. Itu fungsi tandas. Cuma sama ada kita mengcangkung atau duduk, terserah kepada berat tubuh. Untuk yang bertubuh kecil, biasanya selesa mengcangkung, jika tubuh besar, mencangkung itu tidak selesa . Harus berat tubuh ditampung dengan duduk.
Budaya juga begitu, segala macam budaya di dunia ini berfungsi untuk melindungi kejelekan manusia. Cuma bagaimana manusia itu melaksanakan budaya itu berbeda. Untuk manusia Melayu, supaya terlihat sopan, maka budaya berkias-kias itu dijadikan sandaran. Bagi barat pula, suapay terlihat sopan santun, budaya berterus terang itu menjadi asas. Fungsinya tetap sama untuk melindungi kejelekan pada diri mereka yang masih punyai kesombongan dan kebongkakan. lalu budaya sopan santun itu di bina.
Persoalannya, untuk yang sering mengguna tandas cangkung, apabila samapai ke rumah yang mengguna tandas duduk, maka harus dia mengcangkung atau duduk? Jika dia mengcangkung pada tandas duduk itu, pasti di kata kurang ajar. Dan jika duduk di tandas cangkung pula, digelar bodoh.
Budaya juga begitu, jika Melayu ke barat dan masih terus berkias-kias, pasti Barat melihat itu ebagai satu kebodohan. Jika barat pula datan kedunia Melayu dengan budaya berterus terang mereka, dia nggap pula kurang ajar. Lalu fungsi budaya tadi berubah sebaliknya. Tidak lagi melindungi kejelekan, malah mempamirkan kejelakan itu sendiri.
Untuk itu, budaya hanyalah terhad untuk melindungi kejelakan sesuatu golongan kaum manusia itu. Tidak ada budaya yang sempurna. Lebih malang untuk mereka tidak menumpai budaya. Seperti mereka yang idak menmpai andas, lalu bisa aja membuang najis di semak juga di sungai. Kejelakan itu tersebar jelas dengan baunya , dengan hurungan langu hijau. Jelek.
Mujur, Islam itu hadir. Hadir bukan sebagai tandas yana bisa kita duduk, atau bisa kita mengcankung. Islam itu hadir sebagai panduan suapay kita bijak untuk menggunakan tandas. Jika duduk, harus duduk. jika mengcangkung, harus mengcangkung. Jika tidak ketemu andas, harus dilindungi najis yang wujud itu dengan tanah atau daunan.
Bermaksud juga Islam hadir supaya kita bisa menggunakan segala bentuk budaya itu dengan bijak tanpa perlu prejudis. Tanpa mengangkat mana-mana budaya sebagai yang paling bagus. Tapi mengangakat manusia itu lebh bagus dari budaya. Tanpa perlu terkongkong dengan segala macam budaya. Logiknya, Islam mengangkat kita manusia ini lebih bagus dari tandas tadi. Kerna manusia tidak harus terkongkong dengan budaya yang menjadikan mereka mundur. Seprti budaya malu-malu yang tidak bertempat yang menyababkan kita malas bertanya dan lebih kepada mengsyaki. Budaya mengintai pasangan berkhalwat juga di salah tafsir sebagai budaya yang bagus padahal ia adalah budaya membuka aib. Sedangkan Islam mewajibkan kita menjaga aib.
Jelas, Islam itu hadir bukan untuk membudayakan manusia, tapi Islam hadir untuk memanusiakan budaya. Kerna kita manusia ini, lebih elok dari budaya.
Budaya juga begitu, segala macam budaya di dunia ini berfungsi untuk melindungi kejelekan manusia. Cuma bagaimana manusia itu melaksanakan budaya itu berbeda. Untuk manusia Melayu, supaya terlihat sopan, maka budaya berkias-kias itu dijadikan sandaran. Bagi barat pula, suapay terlihat sopan santun, budaya berterus terang itu menjadi asas. Fungsinya tetap sama untuk melindungi kejelekan pada diri mereka yang masih punyai kesombongan dan kebongkakan. lalu budaya sopan santun itu di bina.
Persoalannya, untuk yang sering mengguna tandas cangkung, apabila samapai ke rumah yang mengguna tandas duduk, maka harus dia mengcangkung atau duduk? Jika dia mengcangkung pada tandas duduk itu, pasti di kata kurang ajar. Dan jika duduk di tandas cangkung pula, digelar bodoh.
Budaya juga begitu, jika Melayu ke barat dan masih terus berkias-kias, pasti Barat melihat itu ebagai satu kebodohan. Jika barat pula datan kedunia Melayu dengan budaya berterus terang mereka, dia nggap pula kurang ajar. Lalu fungsi budaya tadi berubah sebaliknya. Tidak lagi melindungi kejelekan, malah mempamirkan kejelakan itu sendiri.
Untuk itu, budaya hanyalah terhad untuk melindungi kejelakan sesuatu golongan kaum manusia itu. Tidak ada budaya yang sempurna. Lebih malang untuk mereka tidak menumpai budaya. Seperti mereka yang idak menmpai andas, lalu bisa aja membuang najis di semak juga di sungai. Kejelakan itu tersebar jelas dengan baunya , dengan hurungan langu hijau. Jelek.
Mujur, Islam itu hadir. Hadir bukan sebagai tandas yana bisa kita duduk, atau bisa kita mengcankung. Islam itu hadir sebagai panduan suapay kita bijak untuk menggunakan tandas. Jika duduk, harus duduk. jika mengcangkung, harus mengcangkung. Jika tidak ketemu andas, harus dilindungi najis yang wujud itu dengan tanah atau daunan.
Bermaksud juga Islam hadir supaya kita bisa menggunakan segala bentuk budaya itu dengan bijak tanpa perlu prejudis. Tanpa mengangkat mana-mana budaya sebagai yang paling bagus. Tapi mengangakat manusia itu lebh bagus dari budaya. Tanpa perlu terkongkong dengan segala macam budaya. Logiknya, Islam mengangkat kita manusia ini lebih bagus dari tandas tadi. Kerna manusia tidak harus terkongkong dengan budaya yang menjadikan mereka mundur. Seprti budaya malu-malu yang tidak bertempat yang menyababkan kita malas bertanya dan lebih kepada mengsyaki. Budaya mengintai pasangan berkhalwat juga di salah tafsir sebagai budaya yang bagus padahal ia adalah budaya membuka aib. Sedangkan Islam mewajibkan kita menjaga aib.
Jelas, Islam itu hadir bukan untuk membudayakan manusia, tapi Islam hadir untuk memanusiakan budaya. Kerna kita manusia ini, lebih elok dari budaya.
Monday, December 11, 2006
ini cinta 1
ini cinta,
ia bersila di telinga aku,
ia berbaring di mata aku.
ini cinta,
yang bersila membacakan nama indahmu,
yang berbaring berselimutkan wajah cantikmu.
bersambung lagi ;-p
ia bersila di telinga aku,
ia berbaring di mata aku.
ini cinta,
yang bersila membacakan nama indahmu,
yang berbaring berselimutkan wajah cantikmu.
bersambung lagi ;-p
Monday, December 04, 2006
ini cinta
ini cinta,
ia berlari di jemariku,
ia menari di bibirku,
ini cinta,
yang berlari menjadi madah puitis,
yang menari menjadi bicara romantis,
bersambung :-p
ia berlari di jemariku,
ia menari di bibirku,
ini cinta,
yang berlari menjadi madah puitis,
yang menari menjadi bicara romantis,
bersambung :-p
Sunday, November 26, 2006
lelaki dan meja
Sebagai lelaki aku sering meletak Hp aku, wallet aku dan kunci aku dia atas satu meja. Dan meja itu bukan kepunyaan aku, tapi kepunyaan teman sebilik aku. Namun, dia tidak kisah dan hidup aku berlangsung begitu harmoni. Hingga pada satu hari teman sebilik aku terpaksa berpindah kerna ada tawaran kerja yang lebih elok. Meja itu dibawanya bersama. Di situ, hidup aku bermulanya menjadi kacau.
Aku udah terbiasa meletak segala barang keprluan aku dia atas meja itu, lalu dengan tiadanya meja, aku terpkasa meletak segala keperluan aku itu merata-rata. Aku kira ia proses normal atas nama kesetian terhadpa tempat meletak, sehingga satu hari aku terlupa di aman aku meletakkan kunci motorsikal aku. AKu mencarinya di meja, sayang meja itu udah tiada. Aduh. Lalu aku berada di dalam situasi membingungkan hingga aku terus tidak ke kantor. Makanya report prestasi aku akan menurun. Malah ia berlaku berulang kali untuk semua hal keperluan aku yang biasanya aku letak di atas meja, mujur kali ini aku hanya terlewat.
Untuk hal ini, aku mencari tempat baru untuk meletak segala gadget aku. Dan itu adalah atas katil aku sendiri. Biar kali ini tidak nampak cool tapi setidaknya aku tidak lagi terlupa. Aku akui aku lambat untuk melihat ketiadaan meja itu sebagai satu akibat buruk. Dan aku akui aku lambat untuk mencari penyelesaian.
Hati aku sebagai seorang lelaki juga sebetulnya begitu. Aku udah terlalu biasa meletak sesuatu kepada perkara yang bukan milik aku (semuanya milik Allah). Jika ia pergi aku akan lambat untuk merasakan ia satu hal yang besar kerana aku berkira-kira bisa setia, sehinggalah hidup aku terganggu. Malah aku lambat untuk mencari penyelesaiannya.
Hati aku sering meletak rindu dan harapan pada mereka yang bukan milik aku. Lalu bila ia udah pergi aku masih tidak merasa apa-apa sehingga pada suatu hari aku merasa mahu rindu , baru aku merasakan suatu kehilngan. Di sini, bermula kerusakkan jiwa aku. Lalu untuk kembali sihat, harus cepat2 cari pengganti untuk tidak merusakkan lagi hati yang sering kehilangan. Hehehe.
Atas itu, jangan terlalu cepat menunding jari kepada lelaki yang cepat mendapatkan pengganti untuk cinta nya yang udah pergi. Menuduh dia tidak setia atau apa2 aja. Lelaki bukan begitu, cuma lelaki itu umpamnaya kes meja tadi. Jika tiada pengganti akan merusak jiwanya, khuatir akan diletakkan cintany dan rindunya di mana-mana aja. hehee
Aku udah terbiasa meletak segala barang keprluan aku dia atas meja itu, lalu dengan tiadanya meja, aku terpkasa meletak segala keperluan aku itu merata-rata. Aku kira ia proses normal atas nama kesetian terhadpa tempat meletak, sehingga satu hari aku terlupa di aman aku meletakkan kunci motorsikal aku. AKu mencarinya di meja, sayang meja itu udah tiada. Aduh. Lalu aku berada di dalam situasi membingungkan hingga aku terus tidak ke kantor. Makanya report prestasi aku akan menurun. Malah ia berlaku berulang kali untuk semua hal keperluan aku yang biasanya aku letak di atas meja, mujur kali ini aku hanya terlewat.
Untuk hal ini, aku mencari tempat baru untuk meletak segala gadget aku. Dan itu adalah atas katil aku sendiri. Biar kali ini tidak nampak cool tapi setidaknya aku tidak lagi terlupa. Aku akui aku lambat untuk melihat ketiadaan meja itu sebagai satu akibat buruk. Dan aku akui aku lambat untuk mencari penyelesaian.
Hati aku sebagai seorang lelaki juga sebetulnya begitu. Aku udah terlalu biasa meletak sesuatu kepada perkara yang bukan milik aku (semuanya milik Allah). Jika ia pergi aku akan lambat untuk merasakan ia satu hal yang besar kerana aku berkira-kira bisa setia, sehinggalah hidup aku terganggu. Malah aku lambat untuk mencari penyelesaiannya.
Hati aku sering meletak rindu dan harapan pada mereka yang bukan milik aku. Lalu bila ia udah pergi aku masih tidak merasa apa-apa sehingga pada suatu hari aku merasa mahu rindu , baru aku merasakan suatu kehilngan. Di sini, bermula kerusakkan jiwa aku. Lalu untuk kembali sihat, harus cepat2 cari pengganti untuk tidak merusakkan lagi hati yang sering kehilangan. Hehehe.
Atas itu, jangan terlalu cepat menunding jari kepada lelaki yang cepat mendapatkan pengganti untuk cinta nya yang udah pergi. Menuduh dia tidak setia atau apa2 aja. Lelaki bukan begitu, cuma lelaki itu umpamnaya kes meja tadi. Jika tiada pengganti akan merusak jiwanya, khuatir akan diletakkan cintany dan rindunya di mana-mana aja. hehee
Friday, November 24, 2006
di sebalik tembok
Di Amerika rumah mereka tidak dipagar, ditembok. Kerna ada kepercayaan bahawa semakin dipagar, semakin ditembok, maka semakin ngak selamat. Jika ada pun hanya dipagari pepohonan bunga indah yang renek. Diyakini kebiasaanya, pencuri akan bersembunyi di sebalik pagar atau tembok yang dibina. lalu aku berkira-kira yang manusia di Amerika itu mengamalkani maksud peribahasa melayu 'harapkan pagar, pagar makan padi'.
Berbeda dengan kita di malaysia, makin indah rumahnya, makin tinggi dan kukuh temboknya. maka secara tidak langsung ia sebetulnya memberi signal kepada para perampok bahawa di balik tembok tinggi itu ada banyak benda berharga yang mahu dilindungi. Andrenalin perampok melonjak-lonjak. malah bisa pula main sembunyi-sembunyi.
Namun bukan itu yang aku mahu cerita, cuma aku mahu cerita berkenaan keinginan yang lahir dari kewujudan tembok. Keinginan dari yang membina tembok dan keinginan orang yang berada di luar tembok. Keinginan orang yang membina tembok itu biasanya atas tujuan keselamatan, untuk merasa terjamin. manakal orang yang berada di luar tembok pula punyai keinginan untuk melihat apa yang berada di balik tembok. Sentiasa bertanya-tanya dan malah pernah mahu cuba meminta ijin untuk memasuki tembok itu.
Dalam hidup, tembok itu adalah ego kita. Kita menggunakan ego yang keras untuk melindungi hati kita yang lembut. Ego keras tadi adalah tembok bagi hati lembut kita. Terkadang tembok yang kita bina itu terlalu tinggi hingga tidak memberi langsung pelaung kepada orang lain untuk melihat hati kita yang tulus. lalu orang lain itu akan berkira-kira jika bisa meroboh tembok itu atau setidak-tidaknya bisa menceroboh lolos kedalam tembok.
Jadi persoalannya, apa tembok itu wajar dibina? untuk persoaln ini kembali kita melihat bagaimana sikap manusia di amerika berkenaan tembok. Yang mana mengatakan tembok itu hanyalah membahayakan mereka. Mungkin juga harus melihat terus peribahasa lama 'harapkan pagar, pagar makan padi'.
Untuk itu, aku berpendapat (nota : aku ini berpendapat separuh masak) jika kita membina rumah di tengah hutan, tembok itu perlu untuk melindungi dari binatang buas. namun jika hidup berjiran sesama manusia, tembok langsung tidak wajar dibina. Jiak mahu tembok atau pagar, biar aja dipagar dengan pohonan bunga indah yang rendah. Ia telus, terjaga malah terlihat indah. Begitu seharusnya hati kita, tembok ego hanya untuk syaitan, untuk manusia buang tembok itu, dan jika bisa, pagari hati itu dengan santun budi yang tinggi. Agara hasilnya sama seprti rumah yang berpagar pephonan bunga itu tadi. Untuk itu, jangan terkeliru dengan maksud membina tembok itu.
Berbeda dengan kita di malaysia, makin indah rumahnya, makin tinggi dan kukuh temboknya. maka secara tidak langsung ia sebetulnya memberi signal kepada para perampok bahawa di balik tembok tinggi itu ada banyak benda berharga yang mahu dilindungi. Andrenalin perampok melonjak-lonjak. malah bisa pula main sembunyi-sembunyi.
Namun bukan itu yang aku mahu cerita, cuma aku mahu cerita berkenaan keinginan yang lahir dari kewujudan tembok. Keinginan dari yang membina tembok dan keinginan orang yang berada di luar tembok. Keinginan orang yang membina tembok itu biasanya atas tujuan keselamatan, untuk merasa terjamin. manakal orang yang berada di luar tembok pula punyai keinginan untuk melihat apa yang berada di balik tembok. Sentiasa bertanya-tanya dan malah pernah mahu cuba meminta ijin untuk memasuki tembok itu.
Dalam hidup, tembok itu adalah ego kita. Kita menggunakan ego yang keras untuk melindungi hati kita yang lembut. Ego keras tadi adalah tembok bagi hati lembut kita. Terkadang tembok yang kita bina itu terlalu tinggi hingga tidak memberi langsung pelaung kepada orang lain untuk melihat hati kita yang tulus. lalu orang lain itu akan berkira-kira jika bisa meroboh tembok itu atau setidak-tidaknya bisa menceroboh lolos kedalam tembok.
Jadi persoalannya, apa tembok itu wajar dibina? untuk persoaln ini kembali kita melihat bagaimana sikap manusia di amerika berkenaan tembok. Yang mana mengatakan tembok itu hanyalah membahayakan mereka. Mungkin juga harus melihat terus peribahasa lama 'harapkan pagar, pagar makan padi'.
Untuk itu, aku berpendapat (nota : aku ini berpendapat separuh masak) jika kita membina rumah di tengah hutan, tembok itu perlu untuk melindungi dari binatang buas. namun jika hidup berjiran sesama manusia, tembok langsung tidak wajar dibina. Jiak mahu tembok atau pagar, biar aja dipagar dengan pohonan bunga indah yang rendah. Ia telus, terjaga malah terlihat indah. Begitu seharusnya hati kita, tembok ego hanya untuk syaitan, untuk manusia buang tembok itu, dan jika bisa, pagari hati itu dengan santun budi yang tinggi. Agara hasilnya sama seprti rumah yang berpagar pephonan bunga itu tadi. Untuk itu, jangan terkeliru dengan maksud membina tembok itu.
Tuesday, November 21, 2006
Dunia aneh yang penuh ironi 2
Pada satu hari, aku pergi menderma darah dan hasilnya, darah aku berkarang 450ml. Yang lebih bagus, aku mengetahui jenis darah aku, aku jenis darah O yang bermaksud aku ini adalah penderma yang baik. Aku bisa mendermakan darah kepada semua jenis darah A, B, dan AB. Ironinya, aku hanya bisa menerima darah dari jenis aku sendiri, aku ini bukan penerima yang baik.
Berlainan dengan darah jenis AB, mereka adalah penerima yang baik. Beruntung sekali, namun mereka tidak bisa mendermakan darah untuk jenis-jenis lain kecuali pada jenis mereka sendiri.
Apa yang aku pelajari dari situ ialah 'Ini dunia'. Jadi jangan terlalu mengharap apa yang kita perbuat itu akan sama hasil balasannya. Seprtinya darah O tadi, bisa hadir dalam apa juga jenis rumah, ironinya tidak semua darah bisa hadir ke rumah darah O, hanya kerabat dia sendiri. Jadi untuk apa darah O kesal dengan dunia dia. Udah takdirnya dia itu begitu. Kita manusia tentu ada yang seperti darah O ini, bisa memberi cinta kepada semua manusia, namun tidak semua manusia bisa memberi cinta kepada kita.
Ada juga manusia seprti Ab, bisa menerima segala macam jenis cinta, tapi tidak bisa memberi cinta kepada semua manusia. Hanya bisa memberi kepada kerabat sekufunya. Jika dia kaya, dia hanya bisa mencinta yang kaya juga. Jika dia miskin, dia hanya memberi cnta kepada si miskin.
Aku tidak tahu, jenis yang bagaimana yang beruntung, kerna terlihat semuanya ironi. Namun pada satu titik meerka seolah bertemu. AB bisa menerima cinta O dan O bisa memberi cinta kepada AB. Di titik ini mereka bertemu, biar pada mulanya terliahat begitu berbeda. Kita manusia juga begitu pasti ada satu titik akan bertemu tidak kira betapa ironinya hidup kita. Yang jelas, Allah itu maha kuasa. Setiap apa yang diciptakannya pasti bisa bertemu. Cinta juga begitu, pasti bisa bertemu di satu titik.
Berlainan dengan darah jenis AB, mereka adalah penerima yang baik. Beruntung sekali, namun mereka tidak bisa mendermakan darah untuk jenis-jenis lain kecuali pada jenis mereka sendiri.
Apa yang aku pelajari dari situ ialah 'Ini dunia'. Jadi jangan terlalu mengharap apa yang kita perbuat itu akan sama hasil balasannya. Seprtinya darah O tadi, bisa hadir dalam apa juga jenis rumah, ironinya tidak semua darah bisa hadir ke rumah darah O, hanya kerabat dia sendiri. Jadi untuk apa darah O kesal dengan dunia dia. Udah takdirnya dia itu begitu. Kita manusia tentu ada yang seperti darah O ini, bisa memberi cinta kepada semua manusia, namun tidak semua manusia bisa memberi cinta kepada kita.
Ada juga manusia seprti Ab, bisa menerima segala macam jenis cinta, tapi tidak bisa memberi cinta kepada semua manusia. Hanya bisa memberi kepada kerabat sekufunya. Jika dia kaya, dia hanya bisa mencinta yang kaya juga. Jika dia miskin, dia hanya memberi cnta kepada si miskin.
Aku tidak tahu, jenis yang bagaimana yang beruntung, kerna terlihat semuanya ironi. Namun pada satu titik meerka seolah bertemu. AB bisa menerima cinta O dan O bisa memberi cinta kepada AB. Di titik ini mereka bertemu, biar pada mulanya terliahat begitu berbeda. Kita manusia juga begitu pasti ada satu titik akan bertemu tidak kira betapa ironinya hidup kita. Yang jelas, Allah itu maha kuasa. Setiap apa yang diciptakannya pasti bisa bertemu. Cinta juga begitu, pasti bisa bertemu di satu titik.
Monday, November 20, 2006
Saat cinta menjauh
Ketika cinta (lelaki perempuan) itu semakin menjauh dari kita, kita sering memikir bahawa kebahgian juga semakin menjauh. Kita tidak punya lagi sebab untuk tersenyum sendiri, tidak punya lagi sebab untuk ceria di dalam lena malam.
Kenapa cinta yang pergi itu harus membawa bersama kebahgian, harus membawa bersama senyuman dan kecerian. Cinta itu pergi dan itu ketentuan. ketentuan yang menagtakan yang bermula pasti ada akhirnya. Lalu jika cinta itu berakhir di situ, kenapa soal ketentuan jadi persoalan.
Harus bagaimana? Menerima aja ketentuan itu dan berkata kepada cinta, pergi aja kamu, aku redha, tapi tolong jangan bawa bersama kebahgian aku, jangan curi senyuman dari bibirku. Apa ia semudah itu.?
Kenapa cinta yang pergi itu harus membawa bersama kebahgian, harus membawa bersama senyuman dan kecerian. Cinta itu pergi dan itu ketentuan. ketentuan yang menagtakan yang bermula pasti ada akhirnya. Lalu jika cinta itu berakhir di situ, kenapa soal ketentuan jadi persoalan.
Harus bagaimana? Menerima aja ketentuan itu dan berkata kepada cinta, pergi aja kamu, aku redha, tapi tolong jangan bawa bersama kebahgian aku, jangan curi senyuman dari bibirku. Apa ia semudah itu.?
Friday, November 17, 2006
Dunia aneh yang penuh ironi I
Separa sedar itu bagaimana? Aku tidak pasti, kerna ia bisa hanya wujud di dalam tidur atau dalam keadaan sedar, tapi emsoi yang mengawal tubuh. Bukan lagi otak. Yang pasti, kita manusia ini tidak bisa hidup dalam keadaan seperti itu. Apatah lagi hidup dalam keadaan tidak sedar. Emosi dan fikir tidak berfungsi, hanya oragn-oragn yang terus berdenyut.
Manusia seperti aku, hanya bisa hidup dalam satu situasi. Iaitu sedar. Sedar pula boleh di bahagi 2. Realti dan ilusi. Maknanya, dalam realti, kita sedar, dalam ilusi juga kita sebetulnya sedar. Biar keduanya adalah ironi sesama sendiri.
Mudahnya, aku membuat kesimpulan aku sedar bahawa, aku dalam keadaan sedar ketika aku hidup dalam realti dan sedar ketika aku memilih untuk hidup di alam ilusi. Secara tidak langsung, segala keputusan di dalam sedar aku ini adalah nilai yang udah di set kedalam otak dan jiwa aku. Nilai yang dibenuk dari persekitaran, pembacaan , pendidikan. (nota : ini adalah sesuatu yang klise, maaf..ehehe)
Kita prcaya ada nilai yang hanya bisa kita perbuat dalam alam realiti dan atas garis nilai itulah kita akan bersikap. Maka aku bersikap yang normal dan dengan sikap 'normal' itu aku berkenal-kenalan dengan Kawan seprti Amin dan Naimisa. NAmun, secara sedar aku juga punyai nilai lain yang di set oleh otak aku dan ia hanya bisa ujud dalam keadaan aku berilusi. Misalnya, set nilai untuk terlihat kejam. Kerna mungkin aku dibentuk dengan persekitaran yang banyak nonton filem 18SG. Maka otak aku ada mereka set nilai itu. namun aku hanya bisa tunjukkan ia dalam keadaan ilusi.
Apa pun, kita harus sedar, bahawa, segala apa yang kita perbuat di alam realti dan dialam ilusi ini adalah tindakan dalam sedar. Tindakan yang berasakan set nilai dalam fikiran dan jiwa kita. Malah, kerna ia tindakan sedar, sesuatu set nilai di alam ilusi itu bisa kita pindah ke alam realiti, dari alam realiti akn bisa pindah ke alam ilusi.
Maka kesimpulannya, baik realiti atau ilusi, sebetulnya itulah diri kita. Tidak dapat aku berkata, kerna aku tidak mampu berbuat begini di alam realiti maka aku perbuat begitu di alam ilusi. Padahal, apa yang kita bisa perbuat di alam ilusi ini adalah pelengkap diri kita di alam realiti. Maka ddari sini, bisa di tentukan kita ini sebtulnya bagaimana. hehehe
Manusia seperti aku, hanya bisa hidup dalam satu situasi. Iaitu sedar. Sedar pula boleh di bahagi 2. Realti dan ilusi. Maknanya, dalam realti, kita sedar, dalam ilusi juga kita sebetulnya sedar. Biar keduanya adalah ironi sesama sendiri.
Mudahnya, aku membuat kesimpulan aku sedar bahawa, aku dalam keadaan sedar ketika aku hidup dalam realti dan sedar ketika aku memilih untuk hidup di alam ilusi. Secara tidak langsung, segala keputusan di dalam sedar aku ini adalah nilai yang udah di set kedalam otak dan jiwa aku. Nilai yang dibenuk dari persekitaran, pembacaan , pendidikan. (nota : ini adalah sesuatu yang klise, maaf..ehehe)
Kita prcaya ada nilai yang hanya bisa kita perbuat dalam alam realiti dan atas garis nilai itulah kita akan bersikap. Maka aku bersikap yang normal dan dengan sikap 'normal' itu aku berkenal-kenalan dengan Kawan seprti Amin dan Naimisa. NAmun, secara sedar aku juga punyai nilai lain yang di set oleh otak aku dan ia hanya bisa ujud dalam keadaan aku berilusi. Misalnya, set nilai untuk terlihat kejam. Kerna mungkin aku dibentuk dengan persekitaran yang banyak nonton filem 18SG. Maka otak aku ada mereka set nilai itu. namun aku hanya bisa tunjukkan ia dalam keadaan ilusi.
Apa pun, kita harus sedar, bahawa, segala apa yang kita perbuat di alam realti dan dialam ilusi ini adalah tindakan dalam sedar. Tindakan yang berasakan set nilai dalam fikiran dan jiwa kita. Malah, kerna ia tindakan sedar, sesuatu set nilai di alam ilusi itu bisa kita pindah ke alam realiti, dari alam realiti akn bisa pindah ke alam ilusi.
Maka kesimpulannya, baik realiti atau ilusi, sebetulnya itulah diri kita. Tidak dapat aku berkata, kerna aku tidak mampu berbuat begini di alam realiti maka aku perbuat begitu di alam ilusi. Padahal, apa yang kita bisa perbuat di alam ilusi ini adalah pelengkap diri kita di alam realiti. Maka ddari sini, bisa di tentukan kita ini sebtulnya bagaimana. hehehe
Wednesday, November 15, 2006
Dunia aneh yang penuh ironi
Aku sebtulnya merasa aneh untuk hari2 kebelakangan ini. Seprti aku merasa ada sesuatu yang terjadi pada aku. Aku berada di dunia blog ini dengan rasa yang cukup aneh.
Aku mengenali beberapa orang blogger dan seolah menjadi kawan kepada mereka. Seperti Azim , laugh , Warna, Nyzra, Puteh , el, yani, King, Delin, pawana, Hamka, Me, dan beberapa orang lagi yang aku tidak mampu untuk tuliskan di sini (aku letih untuk copy paste satu2 url blog nya..ehehe). Aku kenal mereka di dunia blog, ironinya aku tidak pernah ketemu mereka di dunia realiti.
Dalam masa itu, di dunia realiti aku menegnali Farryna
Amin, NAimisa dan Pak Khalid. Aku pernah bersua malah ada yang hari-hari bersua. Hehehe. Mereka juga punyai blog. Ironinya, aku seolahnya tidak berkawan dengan mereka di dunia blog. Aneh.
Ini menyedarkan aku bahawa aku ini sebetulnya lebih suka hidup di dunia ilusi. Realiti pula aku akan tetap mahu ia jadi realiti tanpa mahu membawanya kedunia ilusi. Kerna aku tidak mahu dunia ilusi aku terganggu.
Jadi, jelas di sini, aku masih merasa aneh dengan falsafah hidup aku yang tersembunyi di balik keanehan ini. Aku kira nanti aku cuba meliaht hal itu dengan lebih serius dan menjadikannnya 1 entri . Hik.
Aku mengenali beberapa orang blogger dan seolah menjadi kawan kepada mereka. Seperti Azim , laugh , Warna, Nyzra, Puteh , el, yani, King, Delin, pawana, Hamka, Me, dan beberapa orang lagi yang aku tidak mampu untuk tuliskan di sini (aku letih untuk copy paste satu2 url blog nya..ehehe). Aku kenal mereka di dunia blog, ironinya aku tidak pernah ketemu mereka di dunia realiti.
Dalam masa itu, di dunia realiti aku menegnali Farryna
Amin, NAimisa dan Pak Khalid. Aku pernah bersua malah ada yang hari-hari bersua. Hehehe. Mereka juga punyai blog. Ironinya, aku seolahnya tidak berkawan dengan mereka di dunia blog. Aneh.
Ini menyedarkan aku bahawa aku ini sebetulnya lebih suka hidup di dunia ilusi. Realiti pula aku akan tetap mahu ia jadi realiti tanpa mahu membawanya kedunia ilusi. Kerna aku tidak mahu dunia ilusi aku terganggu.
Jadi, jelas di sini, aku masih merasa aneh dengan falsafah hidup aku yang tersembunyi di balik keanehan ini. Aku kira nanti aku cuba meliaht hal itu dengan lebih serius dan menjadikannnya 1 entri . Hik.
Tuesday, November 14, 2006
untuk keindahan 3
Untuk keindahan, kamu juga seperti aku, udah tahu waktu bila aku akan pergi dari kamu. Di saat kamu udah mengharapkan aku, disaat kamu udah sedia mengindahkan hdupku dengan keindahan, aku pula merasa itu udah terlalu lewat.
Aku memohon ampun , agar kepergian aku ini tidka terlalu melukakan kamu. Aku ingin riwayat aku di hati kamu itu biarlah umpama jejak-jeak kaki di pasir. Datang ombak ia hilang. jangan kamu dirikan istana dari rindu aku yang tersisa di hati kamu. Aku rungsing, jika istana itu akan usang, didiami debu dan merusak keindahan itu.
Untuk keindahan, terima kasih kerna memberi aku keindahan, terima kasih kerna mahu menriam aku akhirnya biar udah terlewat. untu keindahan, maafan aku kerna aku udah bicara sama kamu, aku udah kelaur dari lingkuangan cinta kamu, udah berlari dari sangkar rindu kamu. Untuk keindahan, aku akn mengenang kamu, sebagai keindahan yang agung.
Aku tidak tega mengatakan selamat tinggal, aku hanya bisa mengucapkan , selamat berpisah. Aku tidak meninggalkan kamu, tapi aku berpisah dengan kamu. Berpisah hanya jasad tidak hati, dan berpisah hanya di dunia ini, moga kita ketemu nanti, di sana.
Aku memohon ampun , agar kepergian aku ini tidka terlalu melukakan kamu. Aku ingin riwayat aku di hati kamu itu biarlah umpama jejak-jeak kaki di pasir. Datang ombak ia hilang. jangan kamu dirikan istana dari rindu aku yang tersisa di hati kamu. Aku rungsing, jika istana itu akan usang, didiami debu dan merusak keindahan itu.
Untuk keindahan, terima kasih kerna memberi aku keindahan, terima kasih kerna mahu menriam aku akhirnya biar udah terlewat. untu keindahan, maafan aku kerna aku udah bicara sama kamu, aku udah kelaur dari lingkuangan cinta kamu, udah berlari dari sangkar rindu kamu. Untuk keindahan, aku akn mengenang kamu, sebagai keindahan yang agung.
Aku tidak tega mengatakan selamat tinggal, aku hanya bisa mengucapkan , selamat berpisah. Aku tidak meninggalkan kamu, tapi aku berpisah dengan kamu. Berpisah hanya jasad tidak hati, dan berpisah hanya di dunia ini, moga kita ketemu nanti, di sana.
Monday, November 13, 2006
catatan untuk perempuan 9
Majoritas perempuan itu merasa bahagia bila punyai sang kekasih yang romantis, pandai berkata-kata. Lebih manis jika sang kekaish itu terlihat jujur dalam bicara. Biasanya bicara jujur itu dinilai bila sang kekasih biar ngak ditanya, sering memberitahu sendiri apa yang mereka perbuat.
Namun, harus sang perempuan awas, kerna salah satu ciri ayat-ayat pendustaan ialah, memberi maklumta yang tidak dipinta. Misalnya jika sang kekasih secara tiba-tiba memberitahu kemana dia malam tadi, biar sang perempuan tidak bertanya. Atau, bila sang sang suami memberitahu sebab2 dia balik lewat, biar sang isteri langsung tidak bertanya. hehehe
Aku tidak mengatakan ini sesuatu yang mandatori, cuman aku hanya mahu bilang, hati-hati dengan kejujuran. Kerna kebiasaan, kesalahn yang paling besar diselindungkan dengan kejujuran. Hehehe
Namun, harus sang perempuan awas, kerna salah satu ciri ayat-ayat pendustaan ialah, memberi maklumta yang tidak dipinta. Misalnya jika sang kekasih secara tiba-tiba memberitahu kemana dia malam tadi, biar sang perempuan tidak bertanya. Atau, bila sang sang suami memberitahu sebab2 dia balik lewat, biar sang isteri langsung tidak bertanya. hehehe
Aku tidak mengatakan ini sesuatu yang mandatori, cuman aku hanya mahu bilang, hati-hati dengan kejujuran. Kerna kebiasaan, kesalahn yang paling besar diselindungkan dengan kejujuran. Hehehe
Friday, November 10, 2006
Antara optimistik dan pesimistik, yang mana realistik
Aku sering berada disini. maksud aku dalam keadaan terkeliru. Aku mahu jadi optimis atau mahu jadi pesimis, kerna keduanya mahukan aku jadi realistik. Misalnya, awal cinta. Aku terkadang optimis untuk berjaya dalam cinta yang aku idam, namun hati berbisik, bahawa aku harus realistik dengan diri aku, aku serba kekurangan lantas menjadikan aku pesimis dengan cinta.
Ada waktu juga, aku pesimis dalam cinta, hati pula berbisik, aku boleh lakukan, aku ada keupayaan, aku kembali optimis. Dan itulah yang terjadi berulang kali. Aku mahu realistik tapi untuk realistik aku harus memilih untuk jadi optimis atau pesimis.
Mujur aku sering diingatkan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Masalahnya, bagaimana aku bisa mengenali kekuatan diri, jika aku tidak mencuba (optimis) dalam sesuatu hal. aku semalam diberitahu, apa yang kita ramalkan, itulah yang akan kita perbuat. Lalu, jika kita optimis, kita ramalkan kejayaan dan kejayaan lah yang bisa kita peroleh di hujung jalan nanti.
Untuk itu, aku langsung tidak mengerti kenapa hiudp ini terlalu bnayak ramalan pesimis. misalnya ramalan cinta, yang gadis berkata dia pesisimis cintanya dengan sang jejaka itu tidak akan berjaya kernana si jejaka itu belum stabil eknominya, kerna dia realistik. Atau, sang kerajaan pesimis dengan kemampuan bahasa Melayu untuk mahir dalam matematik dan sains lantas ia diajar dalam Inggeris. Alasannya sama, harus realistik.
Fitrah hidup adalah untuk maju, dan harus optimis, hanya bisa pesimis jika itu hal2 dosa. Jangan terlalu realisme, itu doktrin barat. Kita sepatutnya surealisme, yakni lebih realistik dari realiti. Perkara itu atas realiti. Misalnya, Al-quran itu bahasanya surrealisme, tidak realisme, sebab itu bahasanya masih indah hingga kehari ini dan bisa difahami. Bayangkan jika Al Quran itu bahasanya,bahasa realistik zaman jahiliyah, apa kita masih bisa faham?
Jadi dengan itu kita bisa optimistik dan bisa berjaya, baik cinta juga pekerjaan. Antara optimistik dan pesimistik, pesimistik itu lebih banyak realistik, namun, harus di ingat optimistik akan bisa jadi realistik jika kita bersikap surrealisme.
Ada waktu juga, aku pesimis dalam cinta, hati pula berbisik, aku boleh lakukan, aku ada keupayaan, aku kembali optimis. Dan itulah yang terjadi berulang kali. Aku mahu realistik tapi untuk realistik aku harus memilih untuk jadi optimis atau pesimis.
Mujur aku sering diingatkan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Masalahnya, bagaimana aku bisa mengenali kekuatan diri, jika aku tidak mencuba (optimis) dalam sesuatu hal. aku semalam diberitahu, apa yang kita ramalkan, itulah yang akan kita perbuat. Lalu, jika kita optimis, kita ramalkan kejayaan dan kejayaan lah yang bisa kita peroleh di hujung jalan nanti.
Untuk itu, aku langsung tidak mengerti kenapa hiudp ini terlalu bnayak ramalan pesimis. misalnya ramalan cinta, yang gadis berkata dia pesisimis cintanya dengan sang jejaka itu tidak akan berjaya kernana si jejaka itu belum stabil eknominya, kerna dia realistik. Atau, sang kerajaan pesimis dengan kemampuan bahasa Melayu untuk mahir dalam matematik dan sains lantas ia diajar dalam Inggeris. Alasannya sama, harus realistik.
Fitrah hidup adalah untuk maju, dan harus optimis, hanya bisa pesimis jika itu hal2 dosa. Jangan terlalu realisme, itu doktrin barat. Kita sepatutnya surealisme, yakni lebih realistik dari realiti. Perkara itu atas realiti. Misalnya, Al-quran itu bahasanya surrealisme, tidak realisme, sebab itu bahasanya masih indah hingga kehari ini dan bisa difahami. Bayangkan jika Al Quran itu bahasanya,bahasa realistik zaman jahiliyah, apa kita masih bisa faham?
Jadi dengan itu kita bisa optimistik dan bisa berjaya, baik cinta juga pekerjaan. Antara optimistik dan pesimistik, pesimistik itu lebih banyak realistik, namun, harus di ingat optimistik akan bisa jadi realistik jika kita bersikap surrealisme.
Thursday, November 09, 2006
Alatantuya, membawa cinta dari Mongolia
Altantuya,
cinta tidak membawamu ke awan putih,
duduk di pelangi bergoyang kaki,
melihat anakmu berlari,
di dataran rumput moyangmu.
Altantuya,
cinta tidak melamarmu ke pelamin,
duduk malu-malu dikerusi pengantin,
melihat tetamu terpegun menatap,
indahnya wajahmu di tabir bahagiamu,
Altantuya,
cinta membenam kamu,
di tanah hitam,
lebur bersama kenangan,
berkecai bersama harapan,
Altantuya,
cinta hanya memberimu peluang,
untuk mengerti sengsara dunia,
namun cinta itu adil,
cinta memberi mu peluang,
untuk mati bersama cinta,
mati meninggalkan sengsara dunia,
untuk Baginda.
cinta tidak membawamu ke awan putih,
duduk di pelangi bergoyang kaki,
melihat anakmu berlari,
di dataran rumput moyangmu.
Altantuya,
cinta tidak melamarmu ke pelamin,
duduk malu-malu dikerusi pengantin,
melihat tetamu terpegun menatap,
indahnya wajahmu di tabir bahagiamu,
Altantuya,
cinta membenam kamu,
di tanah hitam,
lebur bersama kenangan,
berkecai bersama harapan,
Altantuya,
cinta hanya memberimu peluang,
untuk mengerti sengsara dunia,
namun cinta itu adil,
cinta memberi mu peluang,
untuk mati bersama cinta,
mati meninggalkan sengsara dunia,
untuk Baginda.
Wednesday, November 08, 2006
Aku mencintai bahasa Melayu?
Cinta itu sebetulnya udah abstrak, tapi ia bisa lebih abstrak lagi, apa bila kita mencintai sesuatu yang juga abstrak. Misalnya mencintai bahasa. Kita selalu dilaungkan dengan ucapan, 'cintai bahasa kita', dan apa yang kita bisa peroleh dari ucapan itu. Rasa rindu pada bahasa? rasa ingin bermanja-manja dengan bahasa atau kita langsung tidak punyai rasa.
Jika kita tidak punyai rasa cinta pada bahasa (baca : bahasa Melayu), itu bisa dimaafkan kerna bahasa itu terlalu abstrak untuk dicintai, untuk dicumbu rayu. Walaubagaimana pun, kita harus berterima kasih kepada bahasa itu, kerna dengan bahasa Melayulah kita ( baca :orang Melayu) mengatakan sayang dan kasih kepada orang tua kita, dengan bhasa itulah kita bermian-main dengan rakan-rakan kita, dengan bahasa itu yang membuatkan kita faham maksud doa kita kepadaNya.
Lalu untuk berterima kasih, (biar tidak cinta) apa yang perlu kita perbuat? Tidak perlu berbuat apa-apa sebetulnya. Kerna bahasa Melayu itu udah terbukti mahsyurnya. Udah terbukti ampuhnya dalam memberi lmu dan dalam membuat kerja. Tapi, itu dulu. Dalam keadaan sekarang, bahasa Melayu udah hilang taringnya. Ia tidak lagi di anggap romantis, kerna 'i love u' itu lebih 'sweet'. Bahasa Melayu bukan lagi bahasa ilmu kerna matematik dan sains udah di ajar dalam bahasa English. Malah dalam kerja, jika tidak tahu berbahasa Melayu itu tidak apa, asal fasih berbahasa English.
Begitu rupanya kita mengucapkan terima kasih pada bahasa Melayu. Terlihat aku ini terlalu sentimental, itu perlu. Kerna jika kita cinta , emosi akan turut bicara. Wah, jadi apakah aku ini mencintai bahasa Melayu. Hurmm, hehehe.
Jika kita tidak punyai rasa cinta pada bahasa (baca : bahasa Melayu), itu bisa dimaafkan kerna bahasa itu terlalu abstrak untuk dicintai, untuk dicumbu rayu. Walaubagaimana pun, kita harus berterima kasih kepada bahasa itu, kerna dengan bahasa Melayulah kita ( baca :orang Melayu) mengatakan sayang dan kasih kepada orang tua kita, dengan bhasa itulah kita bermian-main dengan rakan-rakan kita, dengan bahasa itu yang membuatkan kita faham maksud doa kita kepadaNya.
Lalu untuk berterima kasih, (biar tidak cinta) apa yang perlu kita perbuat? Tidak perlu berbuat apa-apa sebetulnya. Kerna bahasa Melayu itu udah terbukti mahsyurnya. Udah terbukti ampuhnya dalam memberi lmu dan dalam membuat kerja. Tapi, itu dulu. Dalam keadaan sekarang, bahasa Melayu udah hilang taringnya. Ia tidak lagi di anggap romantis, kerna 'i love u' itu lebih 'sweet'. Bahasa Melayu bukan lagi bahasa ilmu kerna matematik dan sains udah di ajar dalam bahasa English. Malah dalam kerja, jika tidak tahu berbahasa Melayu itu tidak apa, asal fasih berbahasa English.
Begitu rupanya kita mengucapkan terima kasih pada bahasa Melayu. Terlihat aku ini terlalu sentimental, itu perlu. Kerna jika kita cinta , emosi akan turut bicara. Wah, jadi apakah aku ini mencintai bahasa Melayu. Hurmm, hehehe.
Tuesday, November 07, 2006
Cerita petang
Tadi petang, ketika aku masih termenung melihat langit dari jendela kantor. Tiba-tiba seorang teman aku berkata,
"aku, jika hati aku disakiti, aku akan lari, kerna aku tidak mahu bermusuh sesama Islam"
Aku jadi pusing dan dalam hati bertanya, "kamu ni kenapa, tiba-tiba aja emosi." Namun aku hanya bersuara di hati kerna aku terlalu malas untuk bicara sama dia. Namun, aku tetap bertanya juga akhirnya,
"siapa yang menyakiti hati kamu," sambil aku membetulkan duduk ku di kerusi. Dia hanya diam dan terus diam. Ini yang membuat aku malas untuk bertanya berkenaan masalah hati. Kerna kebiasaannya, manusia hanya akan bicara berkenaan hasil dari pergolakkan hati dan berkata-kata falsafah. Jarang untuk memberitahu asas persoalan dan juga proses terjadinya konflik hati tadi.
Yang membuatkan aku lebih malas, kerna aku sendiri begitu, hehehe. Hanya suka bercerita tentang hasil dari konflik hati aku. Tidak pula aku mahu bercerita bagaimana ia terjadi. Sedangkan bercerita tentang hasil baik kecewa atau gembia tidak akan mampu mengubajh keadaan. Kita tidak bisa mengesan kesilapan kita melalui hasil yang diperoleh.
Mungkin kerna aku ini bukan teman akrab, lalu dia mengira bercerita sama aku hanya akan membuat dia terlihat lemah dan malu. Masih punyai ego disitu dan aku pun begitu. hehhe. Proses bercerita berkenaan urutan cerita dalam hati adalah proses yang perlu di lakukan pada seorang teman yang mengetahui diri kita, mengetahui kelemahan kita dan kekuatan kita. Dan itu hanya bisa diperolehi dari teman akrab. Kerna dengan teman akrab tadi, kita akan terus kehilangan ego dan mudah meluah rasa hati.
Apabila kita udah setuju berkenaan hal itu, tapi kenapa perbuatan kita menunjuk sebaliknya? Maksud aku Allah lebih tahu diri kita 100%, lebih mengenali diri kita dan tahu apa masalah kita lebih dari seorang teman akrab. Allah sebetulnya terlalu cukup akrab dengan kita. Tapi kenapa kita dan aku terutamanya tidak meluah dan bercerita tentang masalah hati tadi kepada Allah. Apa kita dan aku terutamanya masih punyai ego dengan Allah? (ya Allah ampunkan aku)
Mungkin selepas ini aku harus lama dalam sujudku untuk bercerita kepada Allah berkenaan masalahku dan memohon penyelesaian melaluai kesabaran. Aku juga harus lebih panjang dalam doaku, lebih khusyuk seolah berbicara dengan teman yang ada di hadapan aku.
Teman aku tadi, masih bisu dan bila aku melihat dia berdiri aku bertanya mau kemana. Ringkas di menjawab , "aku mahu ke surau." Aku berkira dia mahu bicara dengan Allah. Bicara berkenaan masalhanya dan memohon pertolongan. Kerna Allah adalah sebaik-baik pendengar kerana Dia Maha Mendengar dan Maha mengetahuai.
"aku, jika hati aku disakiti, aku akan lari, kerna aku tidak mahu bermusuh sesama Islam"
Aku jadi pusing dan dalam hati bertanya, "kamu ni kenapa, tiba-tiba aja emosi." Namun aku hanya bersuara di hati kerna aku terlalu malas untuk bicara sama dia. Namun, aku tetap bertanya juga akhirnya,
"siapa yang menyakiti hati kamu," sambil aku membetulkan duduk ku di kerusi. Dia hanya diam dan terus diam. Ini yang membuat aku malas untuk bertanya berkenaan masalah hati. Kerna kebiasaannya, manusia hanya akan bicara berkenaan hasil dari pergolakkan hati dan berkata-kata falsafah. Jarang untuk memberitahu asas persoalan dan juga proses terjadinya konflik hati tadi.
Yang membuatkan aku lebih malas, kerna aku sendiri begitu, hehehe. Hanya suka bercerita tentang hasil dari konflik hati aku. Tidak pula aku mahu bercerita bagaimana ia terjadi. Sedangkan bercerita tentang hasil baik kecewa atau gembia tidak akan mampu mengubajh keadaan. Kita tidak bisa mengesan kesilapan kita melalui hasil yang diperoleh.
Mungkin kerna aku ini bukan teman akrab, lalu dia mengira bercerita sama aku hanya akan membuat dia terlihat lemah dan malu. Masih punyai ego disitu dan aku pun begitu. hehhe. Proses bercerita berkenaan urutan cerita dalam hati adalah proses yang perlu di lakukan pada seorang teman yang mengetahui diri kita, mengetahui kelemahan kita dan kekuatan kita. Dan itu hanya bisa diperolehi dari teman akrab. Kerna dengan teman akrab tadi, kita akan terus kehilangan ego dan mudah meluah rasa hati.
Apabila kita udah setuju berkenaan hal itu, tapi kenapa perbuatan kita menunjuk sebaliknya? Maksud aku Allah lebih tahu diri kita 100%, lebih mengenali diri kita dan tahu apa masalah kita lebih dari seorang teman akrab. Allah sebetulnya terlalu cukup akrab dengan kita. Tapi kenapa kita dan aku terutamanya tidak meluah dan bercerita tentang masalah hati tadi kepada Allah. Apa kita dan aku terutamanya masih punyai ego dengan Allah? (ya Allah ampunkan aku)
Mungkin selepas ini aku harus lama dalam sujudku untuk bercerita kepada Allah berkenaan masalahku dan memohon penyelesaian melaluai kesabaran. Aku juga harus lebih panjang dalam doaku, lebih khusyuk seolah berbicara dengan teman yang ada di hadapan aku.
Teman aku tadi, masih bisu dan bila aku melihat dia berdiri aku bertanya mau kemana. Ringkas di menjawab , "aku mahu ke surau." Aku berkira dia mahu bicara dengan Allah. Bicara berkenaan masalhanya dan memohon pertolongan. Kerna Allah adalah sebaik-baik pendengar kerana Dia Maha Mendengar dan Maha mengetahuai.
Monday, November 06, 2006
keselanjaran cinta itu bosan.
Untuk membuat novel, permasalahan utama ialah kehabisan idea untuk sesuatu bab. Lalu novel bisa tertangguh di bab itu. Atas alasan itu kebanyakkan penulis novel menggunakan 'KJ Method' iaitu singkatan bagi nama seorang Jepun 'Jiro Kawatika'. Di mana kaedah ini menyarankan kita untuk berfikir secara fitrah. Bermaksud berfikir secara tidak selanjar. Sebab itu barangkali Al quran tidak diturunkan secara ber bab-bab. Maksud aku, jika bab akidah, Allah mewahyukan bab akidah aja dulu. Tapi wahyu diturunkan secara tidak selanjar. Mengikut keadaan. Untuk menyuruh kita manusia ini berfikir secara fitrah.
Pada kebiasaanya para novelis baru akan cuba mengarang dari bab 1 hingga ke bab akhir secara urutan. Masalahnya, bagaimana jika udah sampai ke bab 3 tiba-tiba idea ghaib. Maka penulisan akan terhenti di bab 3 tadi. Sedangkan untuk bab-bab lain kita punyai idea yang segar. Di sini hukum KJ berfungsi. Karang dulu bab-bab lain, sehingga udah punyai idea untuk bab yang kita terhenti, barulah karangan disambung. Dengan kaedah ini, novelis tidak lagi membuang masa dan bisa menghasilkan lebih banyak buku.
KJ method juga bisa diamalkan dalam semua keadaan. Baik dalam kerja juga dalam kehidupan seharian. Seperti ketika membuat kertas kerja atau ketika menghias rumah. Dalam cinta, kaedah berfikir secara tidak selanjar juga bisa dipraktik.
Tujuan utama bercinta adalah untuk mencari pasangan hidup dan perkahwinan adalah pelengkap cinta. Namun, dalam membicarakan soal perkahwinan, kita sering berfikir secara selanjar dan tidak mengikut fitrah. Kita mengandaikan untuk berkahwin sang suami harus stabil dulu ekonomi, atau si isteri mahu berjaya dulu dalam kerjaya. Hingga perkahwinan itu terpaksa ditunda dan iblis pun bergembira. Seolahnya ada urutan yang harus dipatuhi. Ini kesan pemikiran selanjar. Sedangkan syarat-syarat untuk berkahwinan udah cukup. Ada hero dan heroinnya.
Cuba kita berfikir secara fitrah iaitu tidak selanjar tanpa urutan. Dengan kita melihat pernikahan itu sebagai novel. Pernikahan adalah bab yang akhir, sebelum sebuah novel baru harus diolah. Jika pasangan kita tidak punyai ekonomi yang stabil, belum punyai kereta juga rumah, kenapa harus berhenti dan menunggu di bab itu. Kenapa tidak terus ke bab akhir iaitu pernikahan. Usai bab akhir tersebut kita kembali pula ke bab awalan tadi, kembali bab ekonomi dan bab cinta.
Orang-orang zaman dahulu udah mempraktikkan cara ini. Berfkir secara tidak selanjar tanpa urutan. Anak-anak mereka dinikahkan biar mereka belum pernah lagi bersua muka apatah lagi bercinta. Ekonomi juga belum stabil. Tapi selepas perkahwinan barulah si anak tadi bersama pasangan bermula kepada bab-bab awal . Baru belajar bercinta, baru mengukuhkan ekonomi untuk sara diri keluarga. Si iteri pula selepas berkahwin baru belajar membuat gulai atau rendang. Nyata mereka tetap juga bahagia.
Atas itu, aku tidak bisa menerima cakap-cakap mengatakan mereka tidak bernikah kerna ekonomi belum stabil, belum pandai memasak, atau masih mahu enjoi. Itu bukan cara berfikir yang membina, kerna ia hanya membekukkan otak. Atas itu aku sokong perkahwinan misyar, dengan syarat si suami punyai usaha ntuk menanggung si isteri. Tapi jika niat suami tadi awal-awal lagi untuk menumpang kekayaan si isteri, aku tidak setuju. Itu menghampiri dayus.
Namun, harus diingat. Tidak ada sistem di dunia ini benar-benar sempurna. Bermaksud tidak ada sistem dibina untuk semua keadaan. KJ method juga begitu. Jangan kerna kita mahu berfikir secara tidak selanjar lalu mengandaikan sex sebelum nikah itu harus. Seks dulu baru nikah. Tidak juga sesuai dipraktikkan dalam mengambil wuduk. Kerna wuduk itu udah ada urutannya. jangan pula kita mahu membasuh kaki dahulu kerna alasan kaki yang lebih dekat dengan air. Selepas itu berkata aku hanya mengikut KJ method. Itu bukan mengikut, tapi itu menyalah guna.
Yang penting aku suka ingatkan diri aku, ialah meletakkan sesuatu benda itu mengikut keutamaan. Dalam cinta, pernikahan adalah keutamaan yang utama kerna dengan pernikahan baru kira betul-betul menikmati rasa cinta itu. Baru bisa melafazkan cinta dengan perhungungan fizik yang asyik.
Tapi kerna kita udah berada dalam sistem yang bersifat selanjar sejak dari sekolah lagi, maka kita cenderung untuk berfikir begitu. Mujur kerajaan udah mahu melakasanankan sistem pendidikan yang liberal (tapi aku tidak tahu bila). Dimana kemahiran berfikiran secara fitrah bisa hidup subur tanpa kekangan urutan kelas juga urutan pelajaran.
Untuk itu, aku peringatkan diri aku. Cinta itu tidak selanjar, tapi masih berada dalam lingkungan agama. Asal masih dalam lingkungan agama, berfikir, bekerja, bercinta secara tidak selanjar itu adalah hikmah. Hikmah dalam menggunakan fitrah.
Pada kebiasaanya para novelis baru akan cuba mengarang dari bab 1 hingga ke bab akhir secara urutan. Masalahnya, bagaimana jika udah sampai ke bab 3 tiba-tiba idea ghaib. Maka penulisan akan terhenti di bab 3 tadi. Sedangkan untuk bab-bab lain kita punyai idea yang segar. Di sini hukum KJ berfungsi. Karang dulu bab-bab lain, sehingga udah punyai idea untuk bab yang kita terhenti, barulah karangan disambung. Dengan kaedah ini, novelis tidak lagi membuang masa dan bisa menghasilkan lebih banyak buku.
KJ method juga bisa diamalkan dalam semua keadaan. Baik dalam kerja juga dalam kehidupan seharian. Seperti ketika membuat kertas kerja atau ketika menghias rumah. Dalam cinta, kaedah berfikir secara tidak selanjar juga bisa dipraktik.
Tujuan utama bercinta adalah untuk mencari pasangan hidup dan perkahwinan adalah pelengkap cinta. Namun, dalam membicarakan soal perkahwinan, kita sering berfikir secara selanjar dan tidak mengikut fitrah. Kita mengandaikan untuk berkahwin sang suami harus stabil dulu ekonomi, atau si isteri mahu berjaya dulu dalam kerjaya. Hingga perkahwinan itu terpaksa ditunda dan iblis pun bergembira. Seolahnya ada urutan yang harus dipatuhi. Ini kesan pemikiran selanjar. Sedangkan syarat-syarat untuk berkahwinan udah cukup. Ada hero dan heroinnya.
Cuba kita berfikir secara fitrah iaitu tidak selanjar tanpa urutan. Dengan kita melihat pernikahan itu sebagai novel. Pernikahan adalah bab yang akhir, sebelum sebuah novel baru harus diolah. Jika pasangan kita tidak punyai ekonomi yang stabil, belum punyai kereta juga rumah, kenapa harus berhenti dan menunggu di bab itu. Kenapa tidak terus ke bab akhir iaitu pernikahan. Usai bab akhir tersebut kita kembali pula ke bab awalan tadi, kembali bab ekonomi dan bab cinta.
Orang-orang zaman dahulu udah mempraktikkan cara ini. Berfkir secara tidak selanjar tanpa urutan. Anak-anak mereka dinikahkan biar mereka belum pernah lagi bersua muka apatah lagi bercinta. Ekonomi juga belum stabil. Tapi selepas perkahwinan barulah si anak tadi bersama pasangan bermula kepada bab-bab awal . Baru belajar bercinta, baru mengukuhkan ekonomi untuk sara diri keluarga. Si iteri pula selepas berkahwin baru belajar membuat gulai atau rendang. Nyata mereka tetap juga bahagia.
Atas itu, aku tidak bisa menerima cakap-cakap mengatakan mereka tidak bernikah kerna ekonomi belum stabil, belum pandai memasak, atau masih mahu enjoi. Itu bukan cara berfikir yang membina, kerna ia hanya membekukkan otak. Atas itu aku sokong perkahwinan misyar, dengan syarat si suami punyai usaha ntuk menanggung si isteri. Tapi jika niat suami tadi awal-awal lagi untuk menumpang kekayaan si isteri, aku tidak setuju. Itu menghampiri dayus.
Namun, harus diingat. Tidak ada sistem di dunia ini benar-benar sempurna. Bermaksud tidak ada sistem dibina untuk semua keadaan. KJ method juga begitu. Jangan kerna kita mahu berfikir secara tidak selanjar lalu mengandaikan sex sebelum nikah itu harus. Seks dulu baru nikah. Tidak juga sesuai dipraktikkan dalam mengambil wuduk. Kerna wuduk itu udah ada urutannya. jangan pula kita mahu membasuh kaki dahulu kerna alasan kaki yang lebih dekat dengan air. Selepas itu berkata aku hanya mengikut KJ method. Itu bukan mengikut, tapi itu menyalah guna.
Yang penting aku suka ingatkan diri aku, ialah meletakkan sesuatu benda itu mengikut keutamaan. Dalam cinta, pernikahan adalah keutamaan yang utama kerna dengan pernikahan baru kira betul-betul menikmati rasa cinta itu. Baru bisa melafazkan cinta dengan perhungungan fizik yang asyik.
Tapi kerna kita udah berada dalam sistem yang bersifat selanjar sejak dari sekolah lagi, maka kita cenderung untuk berfikir begitu. Mujur kerajaan udah mahu melakasanankan sistem pendidikan yang liberal (tapi aku tidak tahu bila). Dimana kemahiran berfikiran secara fitrah bisa hidup subur tanpa kekangan urutan kelas juga urutan pelajaran.
Untuk itu, aku peringatkan diri aku. Cinta itu tidak selanjar, tapi masih berada dalam lingkungan agama. Asal masih dalam lingkungan agama, berfikir, bekerja, bercinta secara tidak selanjar itu adalah hikmah. Hikmah dalam menggunakan fitrah.
Friday, November 03, 2006
Ia istimewa, kerna ia cacat, buta.
Aku tidak ingat, bila kali terakhir aku memimpin orang buta (digelar juga orang istimewa) untuk melintas jalan. Apa aku sebetulnya tidak pernah. Hihihi. Biasanya apa yang aku lihat di tv (tv pendidikan, sekarang udah ngak ada) Orang buta akan berdiri ditepi jalan dan mengahrap belas sesiapa aja dan meminta bantu untuk melintas. Lalu akan hadir seoarang pengakap atau budak berpakaian seragam untuk membantu. Pengajarannya, bantu mereka yang buta untuk melintas, kerna si buta hanya punyai rasa sentuh, punyai pendengaran juga punyai rasa hati. Untuk melintas, itu tidak cukup. Jadi teman-teman, jangan lari bila ada orang buta meminta bantu. hehehe.
Kita sering dilagukan, dipuisikan juga dimadahkan bahawa cinta (nota :cinta sesama manusia) itu buta. Ada yang menyanggah mengatakan bahawa ia tidak buta, manusia yang buta. Tapi aku cenderung mengatakan ia buta. Cinta itu buta, terkadang ia menghampiri kita, terkadang kita pula yang mendekatinya. Cinta itu cacat, kerna itu ia istimewa. Namun, cinta Allah itu berlainan dari cinta manusia, cinta Allah itu sempurna tidak cacat, ia celik, jadi cinta Allah tahu siapa yang mahu di hampiri untuk dipimpin untuk ditunjukkan jalan yang betul. Jika mahu menghampiri pasyikan kita suci dengan taubat punya hati betul-betul ikhlas, kerna Ia bisa menghindar dari manusia yang gelap. Semoga aku bisa dipimpin dan dihampiri cinta itu. amin.
Sering kita silap, bila cinta itu udah kita genggam, kita pula yang membiar cinta itu memipin kita berjalan. Bukan kita yang memimpin. Akhirnya apa yang akan terjadi bila orang buta pula yang memimpin budak pengakap atau budak pakaian seragam sekolah tadi untuk melintas jalan? Pasti punyai peluang cerah untuk ditabrak oleh mat rempit. Hihihi.
Cinta juga begitu, kita biasanya terbuai dengan cinta. Membiar cinta yang buta , yang hanya bisa merasa dengan hati itu memimpin kita. Hasilnya, mudah kita terjatuh longkang yang busuk, lebih malang bisa terjatuh ke loji Indah Water, yang semuanya memberi hasil yang sama. Membusukan diri kita, menghilang maruah, menyakitkan hati dan bisa merusakkan jiwa dan tubuh. Tapi jangan salahkan cinta hingga tidak mahu lagi bercinta. Salahkan diri kita kerna tidak memimpin.
Jika memimpin, jangan pula membawa cinta ketempat yang terlarang. Jangan kerna ia buta, seenaknya kita memperlaku cinta. Nanti takut-takut hasilnya lebih sakit dari cinta itu yang memimpin. Jika bisa, pimpin cinta ke arah jalan yang terang yang tahu kemana tujuan, jangan bawa ke semak, atau lubuk tupah..ehehe (nanti kene candid). Jika udah tahu tujuan , mungkin kita boleh berjalan perlahan-lahan, mahu laju, naik LRT, mahu lebih enak, naik Ferrari. Terserah pada kemampuan kita. Lagi bagus, terus aja pimpin cinta itu kemasjid, biar dia buta, telinga masih mampu mendengar bacaan Al Quran , masih bisa mendengar nasihat. Malu duduk lama-lama di masjid, bina aja masjid kita bersama. Lebih indah. hehehe
Yang aku sentiasa pesan ama diri aku. Jangan sesekali memimpin cinta ke toko-toko jualan. kerna biar ia buta, ia masih bisa mendengar pekikan dari DJ shopping complex (mawi dulu adalah DJ Gaint)atau pelanggan lain "jualan murah, jualan murah'...eheheh. Bisa binasa.
Kita sering dilagukan, dipuisikan juga dimadahkan bahawa cinta (nota :cinta sesama manusia) itu buta. Ada yang menyanggah mengatakan bahawa ia tidak buta, manusia yang buta. Tapi aku cenderung mengatakan ia buta. Cinta itu buta, terkadang ia menghampiri kita, terkadang kita pula yang mendekatinya. Cinta itu cacat, kerna itu ia istimewa. Namun, cinta Allah itu berlainan dari cinta manusia, cinta Allah itu sempurna tidak cacat, ia celik, jadi cinta Allah tahu siapa yang mahu di hampiri untuk dipimpin untuk ditunjukkan jalan yang betul. Jika mahu menghampiri pasyikan kita suci dengan taubat punya hati betul-betul ikhlas, kerna Ia bisa menghindar dari manusia yang gelap. Semoga aku bisa dipimpin dan dihampiri cinta itu. amin.
Sering kita silap, bila cinta itu udah kita genggam, kita pula yang membiar cinta itu memipin kita berjalan. Bukan kita yang memimpin. Akhirnya apa yang akan terjadi bila orang buta pula yang memimpin budak pengakap atau budak pakaian seragam sekolah tadi untuk melintas jalan? Pasti punyai peluang cerah untuk ditabrak oleh mat rempit. Hihihi.
Cinta juga begitu, kita biasanya terbuai dengan cinta. Membiar cinta yang buta , yang hanya bisa merasa dengan hati itu memimpin kita. Hasilnya, mudah kita terjatuh longkang yang busuk, lebih malang bisa terjatuh ke loji Indah Water, yang semuanya memberi hasil yang sama. Membusukan diri kita, menghilang maruah, menyakitkan hati dan bisa merusakkan jiwa dan tubuh. Tapi jangan salahkan cinta hingga tidak mahu lagi bercinta. Salahkan diri kita kerna tidak memimpin.
Jika memimpin, jangan pula membawa cinta ketempat yang terlarang. Jangan kerna ia buta, seenaknya kita memperlaku cinta. Nanti takut-takut hasilnya lebih sakit dari cinta itu yang memimpin. Jika bisa, pimpin cinta ke arah jalan yang terang yang tahu kemana tujuan, jangan bawa ke semak, atau lubuk tupah..ehehe (nanti kene candid). Jika udah tahu tujuan , mungkin kita boleh berjalan perlahan-lahan, mahu laju, naik LRT, mahu lebih enak, naik Ferrari. Terserah pada kemampuan kita. Lagi bagus, terus aja pimpin cinta itu kemasjid, biar dia buta, telinga masih mampu mendengar bacaan Al Quran , masih bisa mendengar nasihat. Malu duduk lama-lama di masjid, bina aja masjid kita bersama. Lebih indah. hehehe
Yang aku sentiasa pesan ama diri aku. Jangan sesekali memimpin cinta ke toko-toko jualan. kerna biar ia buta, ia masih bisa mendengar pekikan dari DJ shopping complex (mawi dulu adalah DJ Gaint)atau pelanggan lain "jualan murah, jualan murah'...eheheh. Bisa binasa.
Thursday, November 02, 2006
cinta itu kosong
Cinta (baca : cinta sesama manusia) itu sebetulnya kosong, tidak terisi. Ia hanya hadir seumpama sebuah kotak yang indah lagi cantik dihantar kehadapan rumah kita. Lalu kita mengambil kotak itu dan mengisikanannya dengan perkara-perkara yang kita suka.
Cinta itu umpamanya kotak kosong yang cantik tadi. Dalam mengisi cinta, rasa rindu berasaskan nafsu sering mengambil ruang yang besar. Lantas kemahuan rindu itu yang terpaksa didahulukan. Rindu untuk mendengarkan suara, rindu untuk menatap wajah juga rindu untuk bergesel-geselan . Hehehe (nota : tak baik tau)
Selebihnya, ruang cinta diisi dengan sedikit rencana masa hadapan, diisi dengan sedikit awas, sedikit iman. Lalu, kerna perkara-perkara itu jadi minoritas, lantas, tidak banyak yang biasanya di perbuat untuk memenuhi tuntutan masa hadapan, rasa awas, iman juga lain-lain hal dalam hidup. Untuk itu, makan jadi ngak lalu, tidur jadi ngak lena, mandi ngak basah, pelajaran ngak terjaga, solat tertunda juga persentuhan ulit udah biasa, tiada lagi rasa awas. hehehe.
Masalahnya, rasa rindu nafsu tadi umpama sayur pelabagi macam yang terlihat flamboyan tapi hayatnya singkat. Ia akan membusuk dengan cepat. Lalu kotak indah tadi akan hanay terisi dengan lendir-lendir dari sayur yang membusuk dan bauan yang pasti busuk. Lalu, segala apa yang terisi dalam kotak itu ikut membusuk, pelajaran kita, iman kita, masa hadapan. Maruah juga membusuk. Untuk itu, cuba lihat jika dalam cinta itu kita penuhkan dengan iman. Iman itu umpamanya intan (nota : sebetulnya ia lebih berharga dari dunia seisinya). Apa kotak itu akan busuk? Malah ia kan jadi bersinar dan turut menerangi hal-hal lain dalam kotak itu malah kotak tu akan jadi lebih berharga. Begitu juga jadinya cinta. Ia akan lebih berharga jika di sisi dengan sedikit rasa rindu. Tapi lebih pada hal-hal yang kekal abadi.
Rasa cinta kepada Allah pula bukannya seperti kotak kosong tadi. Kotak itu lebih indah dan lebih berharga kerna udah lengkap terisi dengan rindu yang suci dan iman yang mantap. Cuma kotak itu tidak akan hadir di depan rumah kita. Kita pula yang perlu mencari kotak itu. Kotak yang umapanya cinta Allah tadi.
Aku suka melihat cinta dalam hati aku. Ternyata terlihat gelap dan aku suka bertanya, apa sih yang aku isi dalam cinta aku ini. Hehehe. Mungkin aku perlu cari intan untuk mengisinya dengan cahaya. Atau cari aja kotak yang udah lengkap tadi.
Cinta itu umpamanya kotak kosong yang cantik tadi. Dalam mengisi cinta, rasa rindu berasaskan nafsu sering mengambil ruang yang besar. Lantas kemahuan rindu itu yang terpaksa didahulukan. Rindu untuk mendengarkan suara, rindu untuk menatap wajah juga rindu untuk bergesel-geselan . Hehehe (nota : tak baik tau)
Selebihnya, ruang cinta diisi dengan sedikit rencana masa hadapan, diisi dengan sedikit awas, sedikit iman. Lalu, kerna perkara-perkara itu jadi minoritas, lantas, tidak banyak yang biasanya di perbuat untuk memenuhi tuntutan masa hadapan, rasa awas, iman juga lain-lain hal dalam hidup. Untuk itu, makan jadi ngak lalu, tidur jadi ngak lena, mandi ngak basah, pelajaran ngak terjaga, solat tertunda juga persentuhan ulit udah biasa, tiada lagi rasa awas. hehehe.
Masalahnya, rasa rindu nafsu tadi umpama sayur pelabagi macam yang terlihat flamboyan tapi hayatnya singkat. Ia akan membusuk dengan cepat. Lalu kotak indah tadi akan hanay terisi dengan lendir-lendir dari sayur yang membusuk dan bauan yang pasti busuk. Lalu, segala apa yang terisi dalam kotak itu ikut membusuk, pelajaran kita, iman kita, masa hadapan. Maruah juga membusuk. Untuk itu, cuba lihat jika dalam cinta itu kita penuhkan dengan iman. Iman itu umpamanya intan (nota : sebetulnya ia lebih berharga dari dunia seisinya). Apa kotak itu akan busuk? Malah ia kan jadi bersinar dan turut menerangi hal-hal lain dalam kotak itu malah kotak tu akan jadi lebih berharga. Begitu juga jadinya cinta. Ia akan lebih berharga jika di sisi dengan sedikit rasa rindu. Tapi lebih pada hal-hal yang kekal abadi.
Rasa cinta kepada Allah pula bukannya seperti kotak kosong tadi. Kotak itu lebih indah dan lebih berharga kerna udah lengkap terisi dengan rindu yang suci dan iman yang mantap. Cuma kotak itu tidak akan hadir di depan rumah kita. Kita pula yang perlu mencari kotak itu. Kotak yang umapanya cinta Allah tadi.
Aku suka melihat cinta dalam hati aku. Ternyata terlihat gelap dan aku suka bertanya, apa sih yang aku isi dalam cinta aku ini. Hehehe. Mungkin aku perlu cari intan untuk mengisinya dengan cahaya. Atau cari aja kotak yang udah lengkap tadi.
Wednesday, November 01, 2006
Cinta itu jangan terlalu dipilih
Dalam membuat pilihan, aku suka ntuk membuat pilihan yang udah jelas dalam fikiran aku bentuk zahirnya. Maknanya aku tidak perlu lagi berimaginasi secara berlebihan. Aku juga lebih suka memilih pilihan yang sedikit, kerna aku tidak suka menghabiskan masa membuat pilihan dari pilihan-pilihan yang banyak.
Namun, dalam soal cinta segala perkara yang aku sebutkan tadi ngak bisa aku perbuat. Pilihan cinta aku ngak jelas zahirnya, hingga aku terpaksa berimaginasi berlebihan untuk mendapat gambaran bagaimana cinta yang aku mahu. Malah, pilihan untuk cinta juga terlalu banyak dan aku banyak menghabis masa untuk memilih dari pilihan yang banyak tadi.
Aku beranggapan bahawa, cinta sememangnya tidak boleh di pilih jika kita terlalu memilih. Cinta hanya boleh dipilih jika kita ini jenis yang tidak terlalu memilih. Asal cinta itu cukup ilmu agamanya, selesa di pandang dimata juga di hati juga sikapanya masih dalam batasan normal (masih bisa di bentuk)
Apabila kita tidak terlalu memilih, pilihan kita akan jelas, kerna kita tahu, kita hanya mahu yang punyai ciri-ciri yang asas, tidak terlalu remeh. Pilihan kita juga akan menjadi sedikit, kerna biasanya cinta sebegitu tidak memerlukan kita melihat cinta-cinta yang banyak di luar . Malah cinta itu sebetulnya berada di sekeliling kita. Mungkin aja, kita tidak sadar perkara itu kerna kita terlalu memilih.
Mudahnya cinta itu unik, makin kita memilih, makin kita tidak punya pilihan. Kita hanya bisa memilih jika kita tidak terlalu memilih. Hihihi. Untuk itu, aku sadar, kenapa cinta kepada Allah it adalah sebenarnya cinta, kerna kita tidak perlu langsung memilih. Silapnya, biar tidak perlu memlih, aku tetap aja coba memilih dan hasilnya, aku memilih cinta dunia. Ya Allah, ampun kan aku.
Namun, dalam soal cinta segala perkara yang aku sebutkan tadi ngak bisa aku perbuat. Pilihan cinta aku ngak jelas zahirnya, hingga aku terpaksa berimaginasi berlebihan untuk mendapat gambaran bagaimana cinta yang aku mahu. Malah, pilihan untuk cinta juga terlalu banyak dan aku banyak menghabis masa untuk memilih dari pilihan yang banyak tadi.
Aku beranggapan bahawa, cinta sememangnya tidak boleh di pilih jika kita terlalu memilih. Cinta hanya boleh dipilih jika kita ini jenis yang tidak terlalu memilih. Asal cinta itu cukup ilmu agamanya, selesa di pandang dimata juga di hati juga sikapanya masih dalam batasan normal (masih bisa di bentuk)
Apabila kita tidak terlalu memilih, pilihan kita akan jelas, kerna kita tahu, kita hanya mahu yang punyai ciri-ciri yang asas, tidak terlalu remeh. Pilihan kita juga akan menjadi sedikit, kerna biasanya cinta sebegitu tidak memerlukan kita melihat cinta-cinta yang banyak di luar . Malah cinta itu sebetulnya berada di sekeliling kita. Mungkin aja, kita tidak sadar perkara itu kerna kita terlalu memilih.
Mudahnya cinta itu unik, makin kita memilih, makin kita tidak punya pilihan. Kita hanya bisa memilih jika kita tidak terlalu memilih. Hihihi. Untuk itu, aku sadar, kenapa cinta kepada Allah it adalah sebenarnya cinta, kerna kita tidak perlu langsung memilih. Silapnya, biar tidak perlu memlih, aku tetap aja coba memilih dan hasilnya, aku memilih cinta dunia. Ya Allah, ampun kan aku.
Tuesday, October 31, 2006
hati ini pedih
Aku merasakan, kepedihan yang paling aku khuatiri, ialah kepedihan hati. Kerna kepedihan hati itu ubatnya bukan bisa didapati difarmasi, tidak juga bisa didapati dari barisan ubatan mujarab MLM. Hihihi.
Kepedihan hati untuk aku biasanya berkait dengan manusia lainnya. Jika manusia itu, menghina aku, menuduh aku atau juga menganiyai aku, aku akan merasa pedih kerna rasa kecewa,terhina juga rasa diperdaya. Untuk memadam kepedihan, aku bisa meneriak marah kepada manusia yang menghina, bisa juga menonjok muka manusia yang menuduh. Tapi ia hanya untuk kesan sekejap, kerna perbuatan aku tadi umpamanya menelan aspirin untuk sakit lanser. Pasti rasa sakit itu akan hilang sebentar, namun sakit kanser akan kembali dan bisa terus membunuh jika terus-terusan menelan aspirin tanpa perubatan yang lebih serius (baca : mahal dan payah)
Untuk itu, aku dengan bisa-bisa akan kembali merasa pedih dihati sehari atau mungkin sesaat selepas meneriak atau menumbuk muka manusia yang memedihkan hati aku tadi. Puasnya hanya seketika, malah jika terlebih, bisa jadi mudarat yang lebih besar pula. Mungkin aku akan ditambah pedih lagi muka atau tubuh , juga lebih-lebih lagi di hati. Namun, ini bukan sebetulnya pedih di hati yang aku merasa betul-betul pedih. ini pedih yang aku masih bisa tersenyum di bibir biar tidak di hati.
Pedih yang aku betul-betul khuatir ialah, aku secara sengaja atau tidak, udah melukakan , memedihkan hati manusia-manusia yang aku sayangi, aku kasihi. Aku merasa terlalu pedih kerna aku harus pula, merasai pedih orang yang aku kasihi itu. Ditambah pedih hasil dari rasa menyesal aku.
Lalu untuk kedua-dua rasa pedih tersebut. Aku terkadang bersalah untuk mendapatkan ubatnya. Kerna dalam satu posisi, aku terpaksa memberi, di satu posisi aku pula terpaksa merayu.
Untuk pedih hati yang disebabkan oleh perlakuan manusia lain terhadap aku, untuk mengubati pedih hati, aku terpaksa memberi maaf. memaafkan semua salah menusia itu dan redha atas apa yang berlaku. Dengan itu,tiada lagi api amarah yang memanggang hati.
Bagi pedih hati yang disebabkan oleh perlakuan melampau aku terhadap manusia yang aku kasihi pula, aku tidak mampu memberi maaf, malah aku pula yang terpaksa merayu maaf. Agar aku bisa tenang pada malamnya, tanpa duri sesal yang mencucuk.
Jika aku dilukai, aku tahu ubatnya hanya maaf, namun aku sukar untuk memberi maaf kerna aku lagi suka menurut nafsu, ironinya jika aku pula yang melukai, aku pula yang terkial-kial untuk merayu maaf, biar aku tahu, aku sukar untuk diberi maaf. Untuk itu, aku bisa pasti kenapa hati aku sentiasa aja pedih, aku sukar memberi maaf, sukar pula diberi maaf. Ini belum lagi berkenaan maaf dari tuhan yang aku belum pohon. Aduh. Hati ini benar-benar pedih.
Kepedihan hati untuk aku biasanya berkait dengan manusia lainnya. Jika manusia itu, menghina aku, menuduh aku atau juga menganiyai aku, aku akan merasa pedih kerna rasa kecewa,terhina juga rasa diperdaya. Untuk memadam kepedihan, aku bisa meneriak marah kepada manusia yang menghina, bisa juga menonjok muka manusia yang menuduh. Tapi ia hanya untuk kesan sekejap, kerna perbuatan aku tadi umpamanya menelan aspirin untuk sakit lanser. Pasti rasa sakit itu akan hilang sebentar, namun sakit kanser akan kembali dan bisa terus membunuh jika terus-terusan menelan aspirin tanpa perubatan yang lebih serius (baca : mahal dan payah)
Untuk itu, aku dengan bisa-bisa akan kembali merasa pedih dihati sehari atau mungkin sesaat selepas meneriak atau menumbuk muka manusia yang memedihkan hati aku tadi. Puasnya hanya seketika, malah jika terlebih, bisa jadi mudarat yang lebih besar pula. Mungkin aku akan ditambah pedih lagi muka atau tubuh , juga lebih-lebih lagi di hati. Namun, ini bukan sebetulnya pedih di hati yang aku merasa betul-betul pedih. ini pedih yang aku masih bisa tersenyum di bibir biar tidak di hati.
Pedih yang aku betul-betul khuatir ialah, aku secara sengaja atau tidak, udah melukakan , memedihkan hati manusia-manusia yang aku sayangi, aku kasihi. Aku merasa terlalu pedih kerna aku harus pula, merasai pedih orang yang aku kasihi itu. Ditambah pedih hasil dari rasa menyesal aku.
Lalu untuk kedua-dua rasa pedih tersebut. Aku terkadang bersalah untuk mendapatkan ubatnya. Kerna dalam satu posisi, aku terpaksa memberi, di satu posisi aku pula terpaksa merayu.
Untuk pedih hati yang disebabkan oleh perlakuan manusia lain terhadap aku, untuk mengubati pedih hati, aku terpaksa memberi maaf. memaafkan semua salah menusia itu dan redha atas apa yang berlaku. Dengan itu,tiada lagi api amarah yang memanggang hati.
Bagi pedih hati yang disebabkan oleh perlakuan melampau aku terhadap manusia yang aku kasihi pula, aku tidak mampu memberi maaf, malah aku pula yang terpaksa merayu maaf. Agar aku bisa tenang pada malamnya, tanpa duri sesal yang mencucuk.
Jika aku dilukai, aku tahu ubatnya hanya maaf, namun aku sukar untuk memberi maaf kerna aku lagi suka menurut nafsu, ironinya jika aku pula yang melukai, aku pula yang terkial-kial untuk merayu maaf, biar aku tahu, aku sukar untuk diberi maaf. Untuk itu, aku bisa pasti kenapa hati aku sentiasa aja pedih, aku sukar memberi maaf, sukar pula diberi maaf. Ini belum lagi berkenaan maaf dari tuhan yang aku belum pohon. Aduh. Hati ini benar-benar pedih.
Monday, October 30, 2006
di mana manisnya senyum
Jika ditanya kenapa senyum itu dimengertikan sebagai sesuatu yang indah. Jawab aku pasti aku tidak tahu. Kerna aku juga sering bertanya hal serupa. Aku kira senyuman itu punyai sesuatu yang bisa melemahkan ego, meruntuhkan amarah. Tapi apa sebetulnya senyum tu. Hanya dua keping daging yang bernama bibir terangkat ke atas. Terkadang menampakkan kalsium yang membentuk gigi, terkadang tidak. Namun tetap juga manis dilihat dimata, manis dirasa di hati.
Senyum itu memang anugerahNya yang penuh misteri. Di balik senyum juga bisa menampakkan seribu satu macam kisah. Kisah suka dan duka, adakalnya kisah dendam disembunyi dibalik senyum. Senyum itu sama seperti manusia. Bisa terlihat indah pada kasarnya, tapi bila diteliti halus, ianya penuh pura-pura.
Apapun, senyum itu mudah bagi hati-hati yang biasa dididik dengan senyuman dan tawa. Untuk yang biasa dididik dengan amarah murka, pasti senyum itu payah. Lupa, untuk mereka yang ngak punyai gigi atau gigi berwarna, pasti senyum itu juga menjadi payah. Hihihi.
Aku hanya mahu bertanya di mana manisnya senyum itu. Apa ia dari bentuk bibir yang terlihat atau dari gigi yang terpamer. Atau manisnya senyum itu dari wajah atau juga dari hati? Lagi sekali aku tidak tahu. Kerna senyum selamanya akan tetap menjadi misteri bagi aku. Begitu agungnya ciptaan Allah, sekecil senyuman pun aku tidak bisa pasti, dari mana manisnya.. Maaf, aku ini payah senyum kerna aku pemalu. Hihihi
Senyum itu memang anugerahNya yang penuh misteri. Di balik senyum juga bisa menampakkan seribu satu macam kisah. Kisah suka dan duka, adakalnya kisah dendam disembunyi dibalik senyum. Senyum itu sama seperti manusia. Bisa terlihat indah pada kasarnya, tapi bila diteliti halus, ianya penuh pura-pura.
Apapun, senyum itu mudah bagi hati-hati yang biasa dididik dengan senyuman dan tawa. Untuk yang biasa dididik dengan amarah murka, pasti senyum itu payah. Lupa, untuk mereka yang ngak punyai gigi atau gigi berwarna, pasti senyum itu juga menjadi payah. Hihihi.
Aku hanya mahu bertanya di mana manisnya senyum itu. Apa ia dari bentuk bibir yang terlihat atau dari gigi yang terpamer. Atau manisnya senyum itu dari wajah atau juga dari hati? Lagi sekali aku tidak tahu. Kerna senyum selamanya akan tetap menjadi misteri bagi aku. Begitu agungnya ciptaan Allah, sekecil senyuman pun aku tidak bisa pasti, dari mana manisnya.. Maaf, aku ini payah senyum kerna aku pemalu. Hihihi
Sunday, October 29, 2006
jika kecewa dalam berdoa
Untuk iman yang biasa-biasa dan apatah lagi iman yang lemah seperti aku ini pasti susah untuk mengerti mengapa doa ngak termakbul, mengapa solat hajat ngak tertunai. Mungkin secara teori ilmu, masih bisa difahami. Bahawa doa ngak dimakbul oleh Allah kerna Allah mahu menguji sejauh mana iman kita, mahu melihat apa iman kita ini tahan uji dengan kesusahan dengan kekecewaan dan kesedihan. Allah juga suka melihat hambaNya berdoa, atas kerna itu Dia akan menahan doa hambaNya itu dari termakbul kerna Dia suka melihat kita terus berdoa kepadaNya.
Itu yang aku bisa bilang sama hati juga bisa bermain di bibir. Namun jika menjengah jauh ke dalam dasar hati, segala teori ilmu tersebut tidak mendasari sedikit pun dasar hati aku. Mudahnya ilmu tidak tidak tercerna di hati aku untuk menjadi zat. Hanya bisa menjadi perhiasan di permukaan. Atas sebab itu, aku mudah untuk berasa kecewa jika doa aku tidak termakbul, solat hajat aku tidak tertunai. Mungkin ilmu itu tidak tercerna kerna hati aku ini sendiri. Hati aku beranggapan bahawa, aku wajib meminta segala yang baik-baik aja, seperti kesihatan, kekayaan , cinta dan keimanan agar hidup aku bisa BAHAGIA. Aku mencari KEBAHGIAN hidup.
Aku lupa, bahawa tujuan hidup aku di dunia ini, tujuan aku berdoa macam-macam, bukan untuk mencapai maksud BAHAGIA. Tapi tujuannya adalah untuk mendapat KEREDHAAN ALLAH. Kerna hanya itu tujuan utama kita hidup di bumi ini. Mencapai KEREDHAAN ALLAH. Bahagia itu tidak sama dengan Redha. Jadi oleh itu kita bisa melihat banyak sekali orang kafir yang bahagia hidupnya, tapi adakah ia bermaksud Allah udah redha dengan orang-orang kafir itu. Kita juga sering mendengar segala kepayahan nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu dalam menyebarkana agama Allah, di hina dan di sakiti, hidup mereka tidak ada kebahagian, namun mereka itu di redhai Allah. BAHAGIA itu tidak semestinya di redhai, namun apabila kita udah diREDHAI, kita bisa memperoleh kebahgian itu, biar tidak luaran tapi dalaman hati kita.
Lalu jika doa aku itu tidak makbul kenapa aku harus kecewa, doa tidak tertunai bukan bermaksud Allah tidak Redha dengan hidup aku dan doa yang termakbul bukan pula bermaksud Allah udah redha dengan aku. Tapi segala-galanya adalah kententuan Allah, dan aku sebagai hamba tidak layak untuk merasa kecewa jika doa tidak termakbul, kerana dengan merasa kecewa aku sebetulnya seolah-olah memerintah Allah dengan menyuruh Dia mengabulkan doa aku. Sedangkan aku ini hanya hamba, dan jika aku begitu, jelas aku ini udah derhaka. Aku sebagai hamba hanya bisa meminta dan merayu. Hindarkan rasa kecewa dengan menanamkan dalam hati aku bahawa KEBAHGIAN bukannya yang utama tapi yang utama adalah REDHA NYA.
Hingga kini, aku masih kecewa dan jelas sekali, aku masih meletakkan kebahgian itu sebagai asas dalam hidup aku. Semoga aku bisa berubah dan semoga aku bisa di redhai oleh Nya.
Itu yang aku bisa bilang sama hati juga bisa bermain di bibir. Namun jika menjengah jauh ke dalam dasar hati, segala teori ilmu tersebut tidak mendasari sedikit pun dasar hati aku. Mudahnya ilmu tidak tidak tercerna di hati aku untuk menjadi zat. Hanya bisa menjadi perhiasan di permukaan. Atas sebab itu, aku mudah untuk berasa kecewa jika doa aku tidak termakbul, solat hajat aku tidak tertunai. Mungkin ilmu itu tidak tercerna kerna hati aku ini sendiri. Hati aku beranggapan bahawa, aku wajib meminta segala yang baik-baik aja, seperti kesihatan, kekayaan , cinta dan keimanan agar hidup aku bisa BAHAGIA. Aku mencari KEBAHGIAN hidup.
Aku lupa, bahawa tujuan hidup aku di dunia ini, tujuan aku berdoa macam-macam, bukan untuk mencapai maksud BAHAGIA. Tapi tujuannya adalah untuk mendapat KEREDHAAN ALLAH. Kerna hanya itu tujuan utama kita hidup di bumi ini. Mencapai KEREDHAAN ALLAH. Bahagia itu tidak sama dengan Redha. Jadi oleh itu kita bisa melihat banyak sekali orang kafir yang bahagia hidupnya, tapi adakah ia bermaksud Allah udah redha dengan orang-orang kafir itu. Kita juga sering mendengar segala kepayahan nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu dalam menyebarkana agama Allah, di hina dan di sakiti, hidup mereka tidak ada kebahagian, namun mereka itu di redhai Allah. BAHAGIA itu tidak semestinya di redhai, namun apabila kita udah diREDHAI, kita bisa memperoleh kebahgian itu, biar tidak luaran tapi dalaman hati kita.
Lalu jika doa aku itu tidak makbul kenapa aku harus kecewa, doa tidak tertunai bukan bermaksud Allah tidak Redha dengan hidup aku dan doa yang termakbul bukan pula bermaksud Allah udah redha dengan aku. Tapi segala-galanya adalah kententuan Allah, dan aku sebagai hamba tidak layak untuk merasa kecewa jika doa tidak termakbul, kerana dengan merasa kecewa aku sebetulnya seolah-olah memerintah Allah dengan menyuruh Dia mengabulkan doa aku. Sedangkan aku ini hanya hamba, dan jika aku begitu, jelas aku ini udah derhaka. Aku sebagai hamba hanya bisa meminta dan merayu. Hindarkan rasa kecewa dengan menanamkan dalam hati aku bahawa KEBAHGIAN bukannya yang utama tapi yang utama adalah REDHA NYA.
Hingga kini, aku masih kecewa dan jelas sekali, aku masih meletakkan kebahgian itu sebagai asas dalam hidup aku. Semoga aku bisa berubah dan semoga aku bisa di redhai oleh Nya.
Monday, October 23, 2006
Jangan bersangka baik untuk aku.
Jika aku berjalan , jalan sendiri-sendiri maksud aku. Apa sih yang aku jangka. Mungkin aku jangka keselamatan sepanjang perjalanan. Mungkin juga menjangka akan sampe ke tujuan tepat waktu atau mungkin aku tidak manjangka apa-apa yang buruk. Ini biasanya aku perbuat. Hanya menjangka yang baik aja, atas dasar berpegang ada prinsip 'bersangka baik'.
Namun aku terlupa bahawa aku tidak berlaku adil pada setiap jangkaan aku. Jangkaan itu sebetulnya harus seimbang bagi kedua-dua hujung prisma. Sedangkan aku hanya memberatkan hujung jangkaan yang baik. Jangkaan yang buruk di hujung prisma lain pula kosong. Tiada jangkaan di situ. Sepatutnya untuk terlihat adil aku harus mengimbangkan kedua-dua hujung prisma itu. Dalam membuat jangkaan yang baik, aku juga harus membuat jangkaan yang buruk. Begitu juga sebaliknya. BUkankan adil itu bermakna meletakkan yang sepatutnya pada tempatnya. Lalu, menyeimbangkan kedua-dua hujung yang berlawanan itu adalah wajar kerna meletakkan jangkaan baik dan buruk sama seimbang.
Dalam hidup, aku sering membuat silap kerna hanya obses dengan jangkaan yang baik aja. Baik dalam ibadat, akademik juga cinta. Dalam ibadah, aku hanya menyangka bahawa solat aku, doa aku akan diterima. Sangkaan yang baik. Tapi aku tidak meletak sangkaan buruk, sepatutnya aku meletak sangkaan buruk bahawa solat aku dan doa aku akan ditolak. Kerna siapa sih aku ini yang harus bersangka baik bahawa ibadat aku itu udah sempurna. Ibadat aku jauh dari sempurna, tapi jika aku masih bersangka baik ibadat aku ini diterima kerna kebagusannya, lalu aku akan bisa jadi lalai atau juga jadi celaka sedangkan sebetulnya ibadat aku ini harus diperbaiki banyak, juga harus lebih banyak takutnya.
Dalam cinta (baca : cinta berlawanan jenis), aku juga sering menjangka apa yang aku perbuat untuk cinta adalah yang terbaik. Aku menjangka cinta aku ini adalah yang terakhir juga kukuh dari sebarang godaan. Apabila jangkaan baik aku itu tidak tepat, kerna cinta mula merajuk, cinta mahu lari, ada cinta lain yang cuba masuk. Aku terdiam dan merasa kecewa. Kerna dengan tidak menjangka sesuatu yang buruk, bermakna aku tidak menyediakan plan B. Tanpa Plan B aku akan terus terkapai-kapai dalam gelora duka kerna tidak bersedia untuk hal-hal buruk seperti ini.
Begitu juga dalam hal hidup yang lain, akademik kerja juga bisnis. Harus jangkaan buruk itu disertakan sekali dengan jangkaan yang baik, agar secara automatik otak akan bersedia dengan hal -hal yang berlaku luar jangka dengan menyediakan plan B, plan C dan pelbagai plan lagi. Namun, terkadang juga sebaliknya berlaku. Kita terlebih jangka dalam hal-hal buruk hingga kita jadinya lemah dan ngak punya motivasi. Ini sering aja terjadi dalam akademik, dalam kerja yang kita ngak suka atau dalam cinta yang terpaksa.
Apabila hal-hal ini terjadi, aku kira diri aku seharusnya belajar bagaimana untuk meletak jangkaan aku itu dalam posisi yang seimbang. Meletak agar ia berada di tengah-tengah diantara jangkaan buruk dan jangkaan yang baik. Agar aku tidak terlalu mencipta harapan yang tinggi dengan keyakinan aku, juga tidak terlalu merasa rendah diri. Semuanya sederhana. Lalu apabila aku berjaya , aku akan mudah tersenyum dalam hidup syukur dan apabila aku gagal aku akan lebih mudah untuk tersenyum dalam redha.
esok raya. selamat hari raya dan maafkan segala kesalahan aku. jika aku ada menguris, ada menusuk, ada, ada menikam, ada membaling, ada meruntuh, ada mencampak, ada meludah juga jika ada melukai perasaan kalian dengan tulisan aku. Maaf. terima kasih
Namun aku terlupa bahawa aku tidak berlaku adil pada setiap jangkaan aku. Jangkaan itu sebetulnya harus seimbang bagi kedua-dua hujung prisma. Sedangkan aku hanya memberatkan hujung jangkaan yang baik. Jangkaan yang buruk di hujung prisma lain pula kosong. Tiada jangkaan di situ. Sepatutnya untuk terlihat adil aku harus mengimbangkan kedua-dua hujung prisma itu. Dalam membuat jangkaan yang baik, aku juga harus membuat jangkaan yang buruk. Begitu juga sebaliknya. BUkankan adil itu bermakna meletakkan yang sepatutnya pada tempatnya. Lalu, menyeimbangkan kedua-dua hujung yang berlawanan itu adalah wajar kerna meletakkan jangkaan baik dan buruk sama seimbang.
Dalam hidup, aku sering membuat silap kerna hanya obses dengan jangkaan yang baik aja. Baik dalam ibadat, akademik juga cinta. Dalam ibadah, aku hanya menyangka bahawa solat aku, doa aku akan diterima. Sangkaan yang baik. Tapi aku tidak meletak sangkaan buruk, sepatutnya aku meletak sangkaan buruk bahawa solat aku dan doa aku akan ditolak. Kerna siapa sih aku ini yang harus bersangka baik bahawa ibadat aku itu udah sempurna. Ibadat aku jauh dari sempurna, tapi jika aku masih bersangka baik ibadat aku ini diterima kerna kebagusannya, lalu aku akan bisa jadi lalai atau juga jadi celaka sedangkan sebetulnya ibadat aku ini harus diperbaiki banyak, juga harus lebih banyak takutnya.
Dalam cinta (baca : cinta berlawanan jenis), aku juga sering menjangka apa yang aku perbuat untuk cinta adalah yang terbaik. Aku menjangka cinta aku ini adalah yang terakhir juga kukuh dari sebarang godaan. Apabila jangkaan baik aku itu tidak tepat, kerna cinta mula merajuk, cinta mahu lari, ada cinta lain yang cuba masuk. Aku terdiam dan merasa kecewa. Kerna dengan tidak menjangka sesuatu yang buruk, bermakna aku tidak menyediakan plan B. Tanpa Plan B aku akan terus terkapai-kapai dalam gelora duka kerna tidak bersedia untuk hal-hal buruk seperti ini.
Begitu juga dalam hal hidup yang lain, akademik kerja juga bisnis. Harus jangkaan buruk itu disertakan sekali dengan jangkaan yang baik, agar secara automatik otak akan bersedia dengan hal -hal yang berlaku luar jangka dengan menyediakan plan B, plan C dan pelbagai plan lagi. Namun, terkadang juga sebaliknya berlaku. Kita terlebih jangka dalam hal-hal buruk hingga kita jadinya lemah dan ngak punya motivasi. Ini sering aja terjadi dalam akademik, dalam kerja yang kita ngak suka atau dalam cinta yang terpaksa.
Apabila hal-hal ini terjadi, aku kira diri aku seharusnya belajar bagaimana untuk meletak jangkaan aku itu dalam posisi yang seimbang. Meletak agar ia berada di tengah-tengah diantara jangkaan buruk dan jangkaan yang baik. Agar aku tidak terlalu mencipta harapan yang tinggi dengan keyakinan aku, juga tidak terlalu merasa rendah diri. Semuanya sederhana. Lalu apabila aku berjaya , aku akan mudah tersenyum dalam hidup syukur dan apabila aku gagal aku akan lebih mudah untuk tersenyum dalam redha.
esok raya. selamat hari raya dan maafkan segala kesalahan aku. jika aku ada menguris, ada menusuk, ada, ada menikam, ada membaling, ada meruntuh, ada mencampak, ada meludah juga jika ada melukai perasaan kalian dengan tulisan aku. Maaf. terima kasih
Thursday, October 19, 2006
aku mau menjadi wirawan
Aku mungkin juga kalian, pasti sering kali terdengar ungkapan ini. 'kuasa itu datangnya bersama dengan tanggungjawab'. Aku sering mendengarkannya di cerita-cerita wirawan barat sepertinya superman juga spiderman. Lantas dengan keramat ungkapan itu para wirawan tadi mula menjalankan tugasnya secocok dengan kuasa yang ada. Mereka merasa kuasa yang mereka ada itu adalah untuk membantu manusia, bukan untuk keuntungan sendiri. Lalu kisah mereka terjual bilion dollar ke seluruh dunia.
Aku mungkin juga kalian, pasti sering kali terdengar ungkapan ini juga. 'cinta itu adalah kuasa yang ngak tertewas' Aku sering mendengarkan ia dari filem-filem romantis, baik Hollywood, bollywood, Mollywood dan apa-apa wood lagi. Semuanya cerita yang serupa. Lalu dengan kuasa cinta itu, seorang putera mampu mengalahkan seekor naga, atau segerombolan tentera hitam. Atau dalam aksi yang lebih moden, rantai besi bisa diputuskan atau juga yang udah mau mati dikeroyok musuh kembali kuat untuk kembali menkeroyok musuhnya.
Jadi apabila cinta itu kuasa yang ngak tertewas, kuasa pula datangnya bersama tanggungjawab. Jadi apa jenis tangungjawab yang hadir bersama kuasa cinta? Jika dilihat para wirawan barat sepertinya superman tadi, kuasa yang hadir bersama tanggungjawab tadi diterjemahkan kepada tanggunjawab untuk membantu umat manusia. Dalam kehidupan seharian kita, sama ada kita sadar tau ngak, cinta sering hadir sebagai satu kuasa kepada kita. Kita sepertinya terlalu bertenaga untuk bersms sepanjang malam, bertalipon hingga subuh atau dating hingga ke semak belukar berduri. Hehehe.
Kuasa cinta itu juga sebetulnya kita sering hadir bersama tangungjawab. Kita merasa seolahnya bertanggungjawab untuk mengetahui setiap gerak -geri pacar kita, bertanggunjawab untuk menjaga makan minum mereka (nota : biar sekadar bertanya di talipon) Kuasa cinta uga hadir bersama tanggngjawab untuk menikah dan punyai anak-anak (nota : biar selalunya ia sekadar dibibir)
Itu baru cinta pada manusia. Kita udah seolahnya punyai tenaga tambahan, punyai tanggungjawab yang sebesar dunia. Bagaimana pula dengan besarnya kuasa cinta kita kepada tuhan. Betapa besarnya tanggungjawab yang akan mampu kita lakukan. Aku merasa yakin jika kita punyai cinta yang agung kepada Allah, pasti kuasanya itu lebih dari kuasa wirawan barat seperti superman juga spiderman atau juga wirawan Malaysia cicak man. Mungkin itu yang terjadi pada Saladin, dengan kuasa cintanya yang tinggi dia punyai tanggunjawab yang besar untuk membebaskan Al quds. Sayang, ada pihak berandaian Saladin menyembelih syiah semasa di Fatimiah hingga ngak layak digelar wirawan. Biar dalam sejarah barat, mengatakan Saladin lah yang telah menjadi doktor kepada raja kafir. Bagaimana orang seperti Saladin yang sanggup mengubati musuh digelar penyembelih? Seenaknya aja.
Cukup (peringatan : untuk diri aku, aku ini buta politik, jadi hindari politik di blog cinta ini Hihihi).
Lalu, cuba kita lihat kuasa cinta yang kita punya. Apa ia hadir bersama tanggunjawab atau sekadar manis dibibir. Lihat cinta pada keluarga kita, cinta pada negara, cinta pada teman-teman, cinta pada cowok-cewek juga cinta yang paling ampuh kuasanya, cinta kepada Allah. Apa cinta itu wujud. Jika wujud, apa ia beserta tanggungjawab. Ngak perlu jadi wiarawan ntuk merasakan nikmat punyai kuasa dan tanggungjawab. Cukup sekadar kita punyai cinta. Cuma harus dilihat pada cinta jenis mana yang kita pilih . Kerna cinta punyai kuasa berbeda-beda. Aku pula punyai cinta hitam yang dingin. Lalu, bayangkan tanggungjawab yang bagaimana aku bisa tunaikan. hehehehe
Aku mungkin juga kalian, pasti sering kali terdengar ungkapan ini juga. 'cinta itu adalah kuasa yang ngak tertewas' Aku sering mendengarkan ia dari filem-filem romantis, baik Hollywood, bollywood, Mollywood dan apa-apa wood lagi. Semuanya cerita yang serupa. Lalu dengan kuasa cinta itu, seorang putera mampu mengalahkan seekor naga, atau segerombolan tentera hitam. Atau dalam aksi yang lebih moden, rantai besi bisa diputuskan atau juga yang udah mau mati dikeroyok musuh kembali kuat untuk kembali menkeroyok musuhnya.
Jadi apabila cinta itu kuasa yang ngak tertewas, kuasa pula datangnya bersama tanggungjawab. Jadi apa jenis tangungjawab yang hadir bersama kuasa cinta? Jika dilihat para wirawan barat sepertinya superman tadi, kuasa yang hadir bersama tanggungjawab tadi diterjemahkan kepada tanggunjawab untuk membantu umat manusia. Dalam kehidupan seharian kita, sama ada kita sadar tau ngak, cinta sering hadir sebagai satu kuasa kepada kita. Kita sepertinya terlalu bertenaga untuk bersms sepanjang malam, bertalipon hingga subuh atau dating hingga ke semak belukar berduri. Hehehe.
Kuasa cinta itu juga sebetulnya kita sering hadir bersama tangungjawab. Kita merasa seolahnya bertanggungjawab untuk mengetahui setiap gerak -geri pacar kita, bertanggunjawab untuk menjaga makan minum mereka (nota : biar sekadar bertanya di talipon) Kuasa cinta uga hadir bersama tanggngjawab untuk menikah dan punyai anak-anak (nota : biar selalunya ia sekadar dibibir)
Itu baru cinta pada manusia. Kita udah seolahnya punyai tenaga tambahan, punyai tanggungjawab yang sebesar dunia. Bagaimana pula dengan besarnya kuasa cinta kita kepada tuhan. Betapa besarnya tanggungjawab yang akan mampu kita lakukan. Aku merasa yakin jika kita punyai cinta yang agung kepada Allah, pasti kuasanya itu lebih dari kuasa wirawan barat seperti superman juga spiderman atau juga wirawan Malaysia cicak man. Mungkin itu yang terjadi pada Saladin, dengan kuasa cintanya yang tinggi dia punyai tanggunjawab yang besar untuk membebaskan Al quds. Sayang, ada pihak berandaian Saladin menyembelih syiah semasa di Fatimiah hingga ngak layak digelar wirawan. Biar dalam sejarah barat, mengatakan Saladin lah yang telah menjadi doktor kepada raja kafir. Bagaimana orang seperti Saladin yang sanggup mengubati musuh digelar penyembelih? Seenaknya aja.
Cukup (peringatan : untuk diri aku, aku ini buta politik, jadi hindari politik di blog cinta ini Hihihi).
Lalu, cuba kita lihat kuasa cinta yang kita punya. Apa ia hadir bersama tanggunjawab atau sekadar manis dibibir. Lihat cinta pada keluarga kita, cinta pada negara, cinta pada teman-teman, cinta pada cowok-cewek juga cinta yang paling ampuh kuasanya, cinta kepada Allah. Apa cinta itu wujud. Jika wujud, apa ia beserta tanggungjawab. Ngak perlu jadi wiarawan ntuk merasakan nikmat punyai kuasa dan tanggungjawab. Cukup sekadar kita punyai cinta. Cuma harus dilihat pada cinta jenis mana yang kita pilih . Kerna cinta punyai kuasa berbeda-beda. Aku pula punyai cinta hitam yang dingin. Lalu, bayangkan tanggungjawab yang bagaimana aku bisa tunaikan. hehehehe
Monday, October 16, 2006
apabila kita cuba lari dari memilih.
Seorang teman aku yang cantik berkata kepada aku. Dia tidak ingin lagi membuat pilihan jika ia bersabit soal cinta. Dia hanya mahu membiar segalanya terjadi tanpa perlu lagi memilih. Ini kerna dalam cinta, dia sering aja membuat pilihan yang salah hingga hanya derita yang sering dia ketemu.
Bagi aku, dengan tidak membuat pilihan sebenarnya kita udah membuat pilihan. Kerna pilihan itu ada dua. Pilihan atas sadar atau pilihan di bawah sadar. Pilihan sadar itu adalah pilihan yang jelas dengan kata 'pilihan' dalam bicara atau pilihan berdasarkan akal juga iman. Manakala pilihan bawah sedar adalah pilihan yang tidak punyai kata 'pilihan' dalam bicara tapi perbuatannya menyebabkan terjadinya hal yang berbeda . Hal yang bersifat hasil dari perbuatan memilih. Atau juga pilihan yang di serahkan kepada nafsu. Nafsu itu tamak . lanats segalanya dia mahu.
Umapamaya dalam cinta 3 segi. Jika kita punyai 2 pilihan. Pilihan atas sadar adalah pilihan kita yang jelas. Misalnya jika kita memilih A, maka jelas pilihan kita ialah A. Pilihan bawah sadar pula ialah pilihan yang terjadi hasil dari ketidak inginan kita untuk memilih. Kita tidak mahu memilih A atau pun B. Tapi sebetulnya perbatan kita itu telah membuatkan kita memilih di bawah sadar. Mungkin A akan kecewa kerna sikap kita itu, lantas berlalu dari hidup kita. Tinggal B yang jadi pilihan kita. Lalu, pilihan kita hanya B. Padahal pilihan kita sebetulnya lebih berpihak kepada A. Lalu bila ia terjadi, kita udah terlambat untuk tahu bahawa pilihan kita udah silap.
Untuk ini, jelas bahawa hidup adalah pilihan. Biar apa pun yang kita cuba perbuat, pilihan tetap ada di hadapan. Jangan sekali cuba lari dari pilihan. Apabila kita lari dari cuba memilih, kita sebetulnya memilih untuk lebih kecewa. Pilihan itu ada kerna kita ini manusia yang punyai akal. Kita bisa memilih secara jelas, melalaui akal juga iman. Cuman lagi, kita tidak bisa memilih kerna biar kan nafsu kita yang memberi kata putus.
Bagi aku, dengan tidak membuat pilihan sebenarnya kita udah membuat pilihan. Kerna pilihan itu ada dua. Pilihan atas sadar atau pilihan di bawah sadar. Pilihan sadar itu adalah pilihan yang jelas dengan kata 'pilihan' dalam bicara atau pilihan berdasarkan akal juga iman. Manakala pilihan bawah sedar adalah pilihan yang tidak punyai kata 'pilihan' dalam bicara tapi perbuatannya menyebabkan terjadinya hal yang berbeda . Hal yang bersifat hasil dari perbuatan memilih. Atau juga pilihan yang di serahkan kepada nafsu. Nafsu itu tamak . lanats segalanya dia mahu.
Umapamaya dalam cinta 3 segi. Jika kita punyai 2 pilihan. Pilihan atas sadar adalah pilihan kita yang jelas. Misalnya jika kita memilih A, maka jelas pilihan kita ialah A. Pilihan bawah sadar pula ialah pilihan yang terjadi hasil dari ketidak inginan kita untuk memilih. Kita tidak mahu memilih A atau pun B. Tapi sebetulnya perbatan kita itu telah membuatkan kita memilih di bawah sadar. Mungkin A akan kecewa kerna sikap kita itu, lantas berlalu dari hidup kita. Tinggal B yang jadi pilihan kita. Lalu, pilihan kita hanya B. Padahal pilihan kita sebetulnya lebih berpihak kepada A. Lalu bila ia terjadi, kita udah terlambat untuk tahu bahawa pilihan kita udah silap.
Untuk ini, jelas bahawa hidup adalah pilihan. Biar apa pun yang kita cuba perbuat, pilihan tetap ada di hadapan. Jangan sekali cuba lari dari pilihan. Apabila kita lari dari cuba memilih, kita sebetulnya memilih untuk lebih kecewa. Pilihan itu ada kerna kita ini manusia yang punyai akal. Kita bisa memilih secara jelas, melalaui akal juga iman. Cuman lagi, kita tidak bisa memilih kerna biar kan nafsu kita yang memberi kata putus.
Saturday, October 14, 2006
catatan untuk perempuan 8
Untuk perempuan, mungkin maklum bahawa telangjang itu bagi lelaki adalah syurga mata, yang bisa merangsang nafsu. Namun si perempuan sering terlupa melihat bagaimana telangjang itu di takrifkan oleh fikiran si lelaki. Untuk semua lelaki di dunia, maksud aku seluruhnya, percaya bahawa telangjang itu adalah tubuh yang tanpa pakaian biar sehelai benang.
Biar tidak semuanya, tapi kebanyakkan lelaki juga menafsirkan telangjang itu adalah pakaian yang hanya menutup tetek juga lurah di antara pusat dan peha. Lebih 90% dari jumlah kebanyakan itu pula melebarkan takrif telangjang dengan memasukkan perempuan-prempuan yang berpakaian ketat, menampakkan mengkal tetek juga lebar punggung mereka.
Kata kuncinya ialah imaginasi. Imaginasi sang lelaki kuat. Cukup mata mereka sekadar melihat dada montok perempuan itu melalui baju ketat, selebihnya imaginasi mereka yang akan menanggalkan satu persatu pakaian perempuan tersebut hingga imaginasi mereka berkata perempuan ini udah aku telangjangkan. hehehe.
Ada segolongan kecil lelaki menakrifkan telangjang pula itu sama dengan perempuan, Dan perempuan itu sama dengan telangjang. Tidak kira perempuan itu guna purdah atau guna bikini. Sama aja. Semuanya telangjang bagi mereka. Golongan kecil inilah yang sering telibat dalam jenayah seks berat. Meraka ini adalah golongan sakit jiwa dimana mereka tidak mampu mengguna imaginasi mereka. Malang. Hehehe.
Jadi, bagi si perempuan, jangan hanya melihat senyum manis si lelaki juga renungan manja mereka. Cuba lihat imaginasi mereka. Apa kata imaginasi mereka berkenaan telangjang. Lain lelaki, lain takrif telangjang. Untuk aku, aku ini golongan sederhana imaginasi, tidak terlalu kuat, tidak pula terlalu sedikit. Jadi jika ketemu aku, pastikan pakai pakaian yang melebihi sederhana. Tidak di tengah-tengah . Hehehe.
Biar tidak semuanya, tapi kebanyakkan lelaki juga menafsirkan telangjang itu adalah pakaian yang hanya menutup tetek juga lurah di antara pusat dan peha. Lebih 90% dari jumlah kebanyakan itu pula melebarkan takrif telangjang dengan memasukkan perempuan-prempuan yang berpakaian ketat, menampakkan mengkal tetek juga lebar punggung mereka.
Kata kuncinya ialah imaginasi. Imaginasi sang lelaki kuat. Cukup mata mereka sekadar melihat dada montok perempuan itu melalui baju ketat, selebihnya imaginasi mereka yang akan menanggalkan satu persatu pakaian perempuan tersebut hingga imaginasi mereka berkata perempuan ini udah aku telangjangkan. hehehe.
Ada segolongan kecil lelaki menakrifkan telangjang pula itu sama dengan perempuan, Dan perempuan itu sama dengan telangjang. Tidak kira perempuan itu guna purdah atau guna bikini. Sama aja. Semuanya telangjang bagi mereka. Golongan kecil inilah yang sering telibat dalam jenayah seks berat. Meraka ini adalah golongan sakit jiwa dimana mereka tidak mampu mengguna imaginasi mereka. Malang. Hehehe.
Jadi, bagi si perempuan, jangan hanya melihat senyum manis si lelaki juga renungan manja mereka. Cuba lihat imaginasi mereka. Apa kata imaginasi mereka berkenaan telangjang. Lain lelaki, lain takrif telangjang. Untuk aku, aku ini golongan sederhana imaginasi, tidak terlalu kuat, tidak pula terlalu sedikit. Jadi jika ketemu aku, pastikan pakai pakaian yang melebihi sederhana. Tidak di tengah-tengah . Hehehe.
berjalan di jalanan yang gelap
Apa yang aku mengerti tentang perjalanan malam ialah, aku hanya bisa mengalamun sendirian, Kerna tidak ada apa yang bisa mata aku nikmati sepanjang perjalanan. Hanya hitam , hitam dan hitam. Itu yang aku alami semalam, berkeretapi selama 12 jam ke Kelantan, kemudian malam tadi berbas pula selama 5 jam kembali ke ibu kota. Rasa pekat hitam itu masih menempal ke kepala aku.
Rasa tersebut udah lama aku tidak punya. Kerna rasa itu sebetulnya mengingatkan aku berkenaan rasa kecewa cinta yang terputus. Sama ada aku yang memutusin atau aku yang diputisin. Rasanya sama, rasa gelap. Tapi kerna kita hidup ini umpamanya berjalan di jalan yang punyai penghujung, maka aku terus aja berjalan dalam gelap. Tidak ada lagi pelangi, tidak ada lagi mentari, bulan juga intang. Hanya ada gelap dan lampu untuk suluh jalan.
Kerna lampu yang aku guna itu malap, aku hampir-hampir jatuh ke gaung. Mujur tuhan masih sayangi aku. Aku masih bisa nampak dalamnya gaung tersebut dalam samar lampu yang aku bawa dan tidak juga terjatuh. Lampu itu sebetulnya aku perkirakan sebagai iman. Tanpa iman, kita akan meraba dalam gelapnya perasaan kecewa. Terutamnya ketika putus cinta. Gaung pula aku ibaratkan bisikan syaitan yang sering aja mengajak manusia untuk merusakkan dirinya. Khususnya manusia yang kecewa dalam cinta.
Mujur juga dalam malam-malam perjalanan aku ditemani oleh teman yang bijak bicaranya, lantas aku tidak merasa terlalu sepi dalam mengalamun. Untuk itu, aku barangakali baru tersedar bahwanya, jika kita merasakan diri kita ini baru aja berjalan di jalanan yang gelap, bawa sekali teman yang bisa menghilang rasa gelap tersebut dengan senyum dan ketawanya yang ikhlas. Agar kita bisa melepasi zon gelap putus cinta dengan selamat.
Untuk itu, jika baru putus cinta, pastikan jangan terjatuh dalam jurang yang dalam dengan kuatkan nyalaan lampu keimanan agar bisa berjalan dalam rasa gekap kecewa tersebut. Dapatkan juga teman-teman yang bisa memberi segala kata-kata penyegar jiwa. Yang penting jangan sendiri-sendiri, kerna putus cinta itu umpama jalan yang gelap. Apa kalian berani jalan sendiri-sendiri di jalan yang gelap tanpa lampu juga tanpa teman?
Rasa tersebut udah lama aku tidak punya. Kerna rasa itu sebetulnya mengingatkan aku berkenaan rasa kecewa cinta yang terputus. Sama ada aku yang memutusin atau aku yang diputisin. Rasanya sama, rasa gelap. Tapi kerna kita hidup ini umpamanya berjalan di jalan yang punyai penghujung, maka aku terus aja berjalan dalam gelap. Tidak ada lagi pelangi, tidak ada lagi mentari, bulan juga intang. Hanya ada gelap dan lampu untuk suluh jalan.
Kerna lampu yang aku guna itu malap, aku hampir-hampir jatuh ke gaung. Mujur tuhan masih sayangi aku. Aku masih bisa nampak dalamnya gaung tersebut dalam samar lampu yang aku bawa dan tidak juga terjatuh. Lampu itu sebetulnya aku perkirakan sebagai iman. Tanpa iman, kita akan meraba dalam gelapnya perasaan kecewa. Terutamnya ketika putus cinta. Gaung pula aku ibaratkan bisikan syaitan yang sering aja mengajak manusia untuk merusakkan dirinya. Khususnya manusia yang kecewa dalam cinta.
Mujur juga dalam malam-malam perjalanan aku ditemani oleh teman yang bijak bicaranya, lantas aku tidak merasa terlalu sepi dalam mengalamun. Untuk itu, aku barangakali baru tersedar bahwanya, jika kita merasakan diri kita ini baru aja berjalan di jalanan yang gelap, bawa sekali teman yang bisa menghilang rasa gelap tersebut dengan senyum dan ketawanya yang ikhlas. Agar kita bisa melepasi zon gelap putus cinta dengan selamat.
Untuk itu, jika baru putus cinta, pastikan jangan terjatuh dalam jurang yang dalam dengan kuatkan nyalaan lampu keimanan agar bisa berjalan dalam rasa gekap kecewa tersebut. Dapatkan juga teman-teman yang bisa memberi segala kata-kata penyegar jiwa. Yang penting jangan sendiri-sendiri, kerna putus cinta itu umpama jalan yang gelap. Apa kalian berani jalan sendiri-sendiri di jalan yang gelap tanpa lampu juga tanpa teman?
Thursday, October 12, 2006
merenung awan hitam.
Cinta itu diturunkan kepada perempuan untuk dia bahagia, diturunkan kepada lelaki untuk dia bahagia. Itu yang aku fahami dengan sesungguhnya. Apabila cinta yang di turunkan kepada perempuan itu hanya menjadi derita, cinta yang diturunkan kepada lelaki itu menjadi duka. Aku mula bertanya kenapa. Ini yang aku masih tidak mampu untuk fahami.
Mungkin aku terlupa, bahawa apa sahaja yang hadir di dunia ini adalah sifatnya sebagai ujian. Apa sahaja. Cinta juga begitu. Mungkin aku perlu melihat cinta itu bukan lagi sebagai satu kebahgian, tidak pula satu penderitaan agar aku bisa bersedia untuk apa sahaja yang terjadi dalam cinta. Namanya juga ujian. Jika ujian tidak akan mudah, pasti ada liku-likunya. Terkadang cinta itu membahgiakan, terkadang ia melukakan.
Mungkin dengan aku melihat cinta itu hanyalah sebagai satu alat ujian yang di turunkan tuhan untuk hamba-hambaNya, maka aku bisa mendepani persoalan cinta dengan minda terbuka. Tidak sekadra berfikiran sempit mengatakan cinta seharusnya bahagia. Harus sedia bila waktu akan tiba derita. Dengan segera bersedia, aku harap aku lebih mudah untuk menghadapi ujian itu, lebih tenang dan bisa pas ujian. Biar tidak cemerlang, setidak-tidaknya aku tidak perlu lagi berpuisi duka merenung awan hitam yang melindung bulan.
Mungkin aku terlupa, bahawa apa sahaja yang hadir di dunia ini adalah sifatnya sebagai ujian. Apa sahaja. Cinta juga begitu. Mungkin aku perlu melihat cinta itu bukan lagi sebagai satu kebahgian, tidak pula satu penderitaan agar aku bisa bersedia untuk apa sahaja yang terjadi dalam cinta. Namanya juga ujian. Jika ujian tidak akan mudah, pasti ada liku-likunya. Terkadang cinta itu membahgiakan, terkadang ia melukakan.
Mungkin dengan aku melihat cinta itu hanyalah sebagai satu alat ujian yang di turunkan tuhan untuk hamba-hambaNya, maka aku bisa mendepani persoalan cinta dengan minda terbuka. Tidak sekadra berfikiran sempit mengatakan cinta seharusnya bahagia. Harus sedia bila waktu akan tiba derita. Dengan segera bersedia, aku harap aku lebih mudah untuk menghadapi ujian itu, lebih tenang dan bisa pas ujian. Biar tidak cemerlang, setidak-tidaknya aku tidak perlu lagi berpuisi duka merenung awan hitam yang melindung bulan.
Wednesday, October 11, 2006
Bila angka menjadi lagenda
Ada yang mengatakan bahawa kekayaan orang Melayu itu udah sampe 45%. Ada pula mengatakan masih 18%. Sebetulnya pada angka mana pun kekayaan itu berada, untuk diri aku, aku masih tidak perolehi apa-apa hasil dari angka-angka itu. Kerna hidup aku tetap sama.
Pagi-pagi beli surat khabar di kedai bukan Melayu, beli baju di kedai bukan Melayu, beli gula di kedai bukan Melayu, beli kasut di kedai bukan Melayu, beli prepaid di kedai bukan Melayu. Hanya bila cerita berkenaan beli makanan, baru aku bisa pergi ke kedai orang Melayu.
Lalu terfikir aku bagaimana lagenda dan mitos boleh tercipta. Semuanya hasil dari kekaguman dan ketidakpuasan terhadap sesusatu perkara. Maka di ciptakan angka-angka agar bisa tampak hebat, atau tampak sepertinya mangsa keadaan. Seperti cerita Holocost, Yahudi bercerita tentang jutaan bangsanya yang dibunuh sedangkan hakikatnya itu sekadar angka-angka untuk dilihat sebagai mangsa kekejaman. Mangsa yang harus di beri simpati dengan di anugerahkan sebuah negara haram di tanah suci. Kerna waktu itu, dunia sudah simpati dengan angka-angka yang terbit.
Atau juga berkenaan lagenda Hang Tuah yang dikhabarkan bisa mengusai 12 bahasa. Nampak hebat, tapi malangnya anak cucunya pula tidak mampu mendapat kerja di bumi sendiri hanya kerna mengusai 1 bahasa, bahasa kebangsaan. Mungkin ada benarnya Hang Tuah itu ialah Hang Tu Ah kerna biasanya hanya bukan Melayu bisa mengusai banyak bahasa. Setidak-tidaknya 3. Melayu, English juga Mandarin. Lalu, mereka senang untuk mendapatkan kerja. Hehehe.
Jadi, logiknya, bila satu bangsa itu lebih banyak menganggur pasti angka-angka penguasaan ekonomi tidaklah se gah 45%. Mungkin ada benarnya 18%. Tapi untuk apa di khabarkan eknomi bangsa Melayu itu sehingga 45%. Mungkin belajar dari lagenda Holocost. Entah. yang pasti 80% belanaja aku tetap akan pergi ke kedai bukan Melayu.
Pagi-pagi beli surat khabar di kedai bukan Melayu, beli baju di kedai bukan Melayu, beli gula di kedai bukan Melayu, beli kasut di kedai bukan Melayu, beli prepaid di kedai bukan Melayu. Hanya bila cerita berkenaan beli makanan, baru aku bisa pergi ke kedai orang Melayu.
Lalu terfikir aku bagaimana lagenda dan mitos boleh tercipta. Semuanya hasil dari kekaguman dan ketidakpuasan terhadap sesusatu perkara. Maka di ciptakan angka-angka agar bisa tampak hebat, atau tampak sepertinya mangsa keadaan. Seperti cerita Holocost, Yahudi bercerita tentang jutaan bangsanya yang dibunuh sedangkan hakikatnya itu sekadar angka-angka untuk dilihat sebagai mangsa kekejaman. Mangsa yang harus di beri simpati dengan di anugerahkan sebuah negara haram di tanah suci. Kerna waktu itu, dunia sudah simpati dengan angka-angka yang terbit.
Atau juga berkenaan lagenda Hang Tuah yang dikhabarkan bisa mengusai 12 bahasa. Nampak hebat, tapi malangnya anak cucunya pula tidak mampu mendapat kerja di bumi sendiri hanya kerna mengusai 1 bahasa, bahasa kebangsaan. Mungkin ada benarnya Hang Tuah itu ialah Hang Tu Ah kerna biasanya hanya bukan Melayu bisa mengusai banyak bahasa. Setidak-tidaknya 3. Melayu, English juga Mandarin. Lalu, mereka senang untuk mendapatkan kerja. Hehehe.
Jadi, logiknya, bila satu bangsa itu lebih banyak menganggur pasti angka-angka penguasaan ekonomi tidaklah se gah 45%. Mungkin ada benarnya 18%. Tapi untuk apa di khabarkan eknomi bangsa Melayu itu sehingga 45%. Mungkin belajar dari lagenda Holocost. Entah. yang pasti 80% belanaja aku tetap akan pergi ke kedai bukan Melayu.
Tuesday, October 10, 2006
'ghost game' , bukan sekadar cerita di seloluid putih.
Untuk pertama kalinya duduk di kerusi panggung. Hal pertama yang masuk dalam fikiran aku, kenapa filem Heart terlalu sikit tayangannya. Hingga aku terpaksa pula duduk di panggung ini untuk menonton filem yang bukan dalam rencana asal aku. Itu aku boleh terima kemudian kerna filem Heart udah melepasi klimaks tayangan. Setelah beberapa lama ia di panggung.
Apabila memilih untuk menonton filem pengganti Heart ini, pertimbangan pertama aku ialah pada posternya. Terlihat posternya suram juga gelap. Gambar manusia yang udah mati, tengkorak-tengkorak yang berselerak, serta renungan manusia yang dalam ketakutan. Aku suka tema ini. Tema angker dan pastinya aku lebih yakin kerna filem ini adalah filem angker Thai. Aku mahu sesuatu yang menakutkan jiwa aku. Dimana ketakutan tersebut terpancar dari cara duduk aku yang ngak nyaman, mata aku yang terkelip-kelip serta sesekali terdengar keluhan terkejut-kejut dari lidah aku.
Filem Thai yang aku maksudkan ialah 'Ghost Game'. Filem berkenaan, sebuah rancangan realiti. Di mana rancangan ini disertai 11 orang peserta yang mahu memperoleh wang kemenangan sebanyak 5 juta Baht. Rancangan realiti ini merupakan rancangan yang menguji keberanian para peserta ntuk tinggal di kawasan yang misteri, penuh dengan hantu kononnya. Para peserta akan tinggal dkawasan tersebut dan akan mengalami gangguan dari nahluk halus. Bagi peserta yang ngak mampu menanggung gangguan itu, akan terkeluar dari permaianana. Peserta terakhir yang tinggal dalam kawasan tersebut dan meneruskan permaianan akan dikira sebagai pemenang.
Rancangan realiti ini mudah difahami konsepnya. Tetapi, untuk dijadikan cerita, kawasan pilihan untuk menjalankan rakaman rancangan realiti ini adalah sebuah Muzium di Kemboja.Muzium tersebut asalnya merupakan sel tahanan yang menempatkan para tebusan yang diseksa kemudain semuanya dibunuh secara kejam. Awal filem ini menunjukkan seoarang dukun Kemboja menjalankan upacara 'tolak bala' tapi akhirnya dukun tersebut pula yang kerasukkan. Kerasukkan seoarang roh perempuan yang meminta para peserta meninggakan aja lokasi itu. Apabila hal tersebut tidak diendahkan , maka ceritanya bermula disitu.
Aku tidak mahu mengulas lanjut filem tersebut kerna nanti hanya akan menghilangkan mood untuk menonton. Tapi apa yang aku mahu perjelaskan ialah hasil dari filem tersebut telah menyebabkan bantahan di Kemboja. Bantahan yang terbit dari sensetiviti rakyat Kemboja. Mereka menyatakan bahawa filem tersebut biar hanya rekaan tapi ia seolahnya mengingatkan mereka kembali kepada kekejaman tentera Khemar Rouge. Kekejaman yang diingati dengan kod S21. Dalam filem ini pula, kekejaman pembunuhan beramai-ramai tersebut diubah menjadi Kes 17. Biar lokasi, cerita dan nama kes itu diubah. Namun isinya tetap sama, iaitu pembunuhan beramai-ramai. Kejadian yang menyebabkan trauma kepada negara Kemboja. Kerana mereka menjalankan filem tersebut di Kemboja dan berlatar belakangkan Kemboja. Kenapa tidak aja dibuat di Thailand dan berlatar belakangkan sendiri negara Thailand?.
Rakyat Kemboja mengutuk filem tersebut dengan alasan tersebut. Alasan tidak menghormati luka lama mereka. Malah seorang pemimpin Kemboja mengatakan, "Pembunuhan ini telah lama berakhir. Namun kami tidak melupakan sejarah kami, tapi ia tidak pula harus diulang biar dalam apa bentuk sekalipun". Mungkin ini terlihat tidak bagus, namun hakikatnya filem tersebut menyebabkan Kemboja seolahnya kembali bersatu dan melupakan segala masalah yang ada dalam negera mereka. Juga bisa mencetuskan lagi gelombang perbalahan diplomasi antara kedua negara.
Ini menjelaskan kepada aku kenapa pada permulaan filem begitu jelas menyatakan bahawa, segala kisah dan adegan dalam filem ini tidak bermaksud untuk merujuk pada mana-mana kejadian tapi apabila adegan-adegan tersebut tetap menimbulkan rasa kurang enak, mereka memohon maaf.
Lantas apa iktibar yang aku peroleh dari filem ini? Satunya, filem angker bukanlah pengganti yang bagus untuk filem cinta. Kerna bila kita udah sedia menonton filem bertema cinta, kita sebetulnya udah menyediakan perasaan yang paling lembut agar kita bisa memahami filem tersebut. Tapi bila rencana tersebut ditukar kepada filem angker, kita akan menjadi panik serta takut berlebihan kerna perasaan lembut tadi ditujah dengan mesej-mesej ngeri juga angker. Ini yang aku rasa. terlau menyentuh perasaan takut aku. Ah, persetan.
Keduanya, filem ini biar bagaimana pun diolah, hakikatnya tetap sama. hakikat yang memberi rasa yang sengaja untu mengguris luka lama. Hakikat tersebut bisa mengguris perasaan orang Kemboja. Ini kerna filem sebetulnya, udah diktiraf sebagai satu bentuk media yang setaraf dengan koran. Di mana segala cerita adalah perkhabaran yang bisa jadi fakta yang bisa diargumen . Untuk ini, aku kira kita sebagai penonton harus seperti membaca koran, tekun mencari apa isinya juga menapis apa saja kesan yang diberikan oleh filem tersebut. jangan terlalu mudah untuk menyangjung adegan yang mengatakan ini filem yang mencerminkan budaya sebenar (seperti yang terjadi pada sebuah filem negara kita, yang terlalu disanjung begitu). Apa ada pada cerminan tersebut jika hanya membalik hanya pada satu daerah tertentu. Ia sepatutnya bukan sekadar satu cerminan, kerna cerminan itu terhad dan sempit , tapi sebagai satu perkhabaran yang bercerita benar juga penuh pengajaran. Jika pun mahu sensasi buat kajian dulu juga minta izin. Seperti kita membaca berita-berita di koran (harus pilih juga koran mana yang lebih bagus).
Ternyata, filem ini dari segi ekstetiknya bagus, bisa menakutkan aku. hehehe. namun dari segi perkhabarannya, ia tidak ubah tabloid. hanya mencetuskan sensasi dan apabila diargumen, mudah pula mereka menyatakan ia hanya fantasi, biar hakikatnya, mereka mahu filem ini dilihat kerna isinya yang dipenuhi dengan fakta-fakta lalu. Fakta-fakta yang mereka katakan istilahkan cerminan sejarah hitam Kemboja, sepatunya ia bisa jadi bagus sekiranya filem ini bercerita dan memberi perkhabaran yang jujur, tidak selindungselindung seperti tabloid gossip. Ia berjaya memberi imej tabloid tersebut, kerna itu ia dibantah. Jelas, ketakutan filem ini tidak hanya pada seluloid putih, tapi disambungkan pada realiti sebenar yang telah mengguris perasaan negara Kemboja.
Apabila memilih untuk menonton filem pengganti Heart ini, pertimbangan pertama aku ialah pada posternya. Terlihat posternya suram juga gelap. Gambar manusia yang udah mati, tengkorak-tengkorak yang berselerak, serta renungan manusia yang dalam ketakutan. Aku suka tema ini. Tema angker dan pastinya aku lebih yakin kerna filem ini adalah filem angker Thai. Aku mahu sesuatu yang menakutkan jiwa aku. Dimana ketakutan tersebut terpancar dari cara duduk aku yang ngak nyaman, mata aku yang terkelip-kelip serta sesekali terdengar keluhan terkejut-kejut dari lidah aku.
Filem Thai yang aku maksudkan ialah 'Ghost Game'. Filem berkenaan, sebuah rancangan realiti. Di mana rancangan ini disertai 11 orang peserta yang mahu memperoleh wang kemenangan sebanyak 5 juta Baht. Rancangan realiti ini merupakan rancangan yang menguji keberanian para peserta ntuk tinggal di kawasan yang misteri, penuh dengan hantu kononnya. Para peserta akan tinggal dkawasan tersebut dan akan mengalami gangguan dari nahluk halus. Bagi peserta yang ngak mampu menanggung gangguan itu, akan terkeluar dari permaianana. Peserta terakhir yang tinggal dalam kawasan tersebut dan meneruskan permaianan akan dikira sebagai pemenang.
Rancangan realiti ini mudah difahami konsepnya. Tetapi, untuk dijadikan cerita, kawasan pilihan untuk menjalankan rakaman rancangan realiti ini adalah sebuah Muzium di Kemboja.Muzium tersebut asalnya merupakan sel tahanan yang menempatkan para tebusan yang diseksa kemudain semuanya dibunuh secara kejam. Awal filem ini menunjukkan seoarang dukun Kemboja menjalankan upacara 'tolak bala' tapi akhirnya dukun tersebut pula yang kerasukkan. Kerasukkan seoarang roh perempuan yang meminta para peserta meninggakan aja lokasi itu. Apabila hal tersebut tidak diendahkan , maka ceritanya bermula disitu.
Aku tidak mahu mengulas lanjut filem tersebut kerna nanti hanya akan menghilangkan mood untuk menonton. Tapi apa yang aku mahu perjelaskan ialah hasil dari filem tersebut telah menyebabkan bantahan di Kemboja. Bantahan yang terbit dari sensetiviti rakyat Kemboja. Mereka menyatakan bahawa filem tersebut biar hanya rekaan tapi ia seolahnya mengingatkan mereka kembali kepada kekejaman tentera Khemar Rouge. Kekejaman yang diingati dengan kod S21. Dalam filem ini pula, kekejaman pembunuhan beramai-ramai tersebut diubah menjadi Kes 17. Biar lokasi, cerita dan nama kes itu diubah. Namun isinya tetap sama, iaitu pembunuhan beramai-ramai. Kejadian yang menyebabkan trauma kepada negara Kemboja. Kerana mereka menjalankan filem tersebut di Kemboja dan berlatar belakangkan Kemboja. Kenapa tidak aja dibuat di Thailand dan berlatar belakangkan sendiri negara Thailand?.
Rakyat Kemboja mengutuk filem tersebut dengan alasan tersebut. Alasan tidak menghormati luka lama mereka. Malah seorang pemimpin Kemboja mengatakan, "Pembunuhan ini telah lama berakhir. Namun kami tidak melupakan sejarah kami, tapi ia tidak pula harus diulang biar dalam apa bentuk sekalipun". Mungkin ini terlihat tidak bagus, namun hakikatnya filem tersebut menyebabkan Kemboja seolahnya kembali bersatu dan melupakan segala masalah yang ada dalam negera mereka. Juga bisa mencetuskan lagi gelombang perbalahan diplomasi antara kedua negara.
Ini menjelaskan kepada aku kenapa pada permulaan filem begitu jelas menyatakan bahawa, segala kisah dan adegan dalam filem ini tidak bermaksud untuk merujuk pada mana-mana kejadian tapi apabila adegan-adegan tersebut tetap menimbulkan rasa kurang enak, mereka memohon maaf.
Lantas apa iktibar yang aku peroleh dari filem ini? Satunya, filem angker bukanlah pengganti yang bagus untuk filem cinta. Kerna bila kita udah sedia menonton filem bertema cinta, kita sebetulnya udah menyediakan perasaan yang paling lembut agar kita bisa memahami filem tersebut. Tapi bila rencana tersebut ditukar kepada filem angker, kita akan menjadi panik serta takut berlebihan kerna perasaan lembut tadi ditujah dengan mesej-mesej ngeri juga angker. Ini yang aku rasa. terlau menyentuh perasaan takut aku. Ah, persetan.
Keduanya, filem ini biar bagaimana pun diolah, hakikatnya tetap sama. hakikat yang memberi rasa yang sengaja untu mengguris luka lama. Hakikat tersebut bisa mengguris perasaan orang Kemboja. Ini kerna filem sebetulnya, udah diktiraf sebagai satu bentuk media yang setaraf dengan koran. Di mana segala cerita adalah perkhabaran yang bisa jadi fakta yang bisa diargumen . Untuk ini, aku kira kita sebagai penonton harus seperti membaca koran, tekun mencari apa isinya juga menapis apa saja kesan yang diberikan oleh filem tersebut. jangan terlalu mudah untuk menyangjung adegan yang mengatakan ini filem yang mencerminkan budaya sebenar (seperti yang terjadi pada sebuah filem negara kita, yang terlalu disanjung begitu). Apa ada pada cerminan tersebut jika hanya membalik hanya pada satu daerah tertentu. Ia sepatutnya bukan sekadar satu cerminan, kerna cerminan itu terhad dan sempit , tapi sebagai satu perkhabaran yang bercerita benar juga penuh pengajaran. Jika pun mahu sensasi buat kajian dulu juga minta izin. Seperti kita membaca berita-berita di koran (harus pilih juga koran mana yang lebih bagus).
Ternyata, filem ini dari segi ekstetiknya bagus, bisa menakutkan aku. hehehe. namun dari segi perkhabarannya, ia tidak ubah tabloid. hanya mencetuskan sensasi dan apabila diargumen, mudah pula mereka menyatakan ia hanya fantasi, biar hakikatnya, mereka mahu filem ini dilihat kerna isinya yang dipenuhi dengan fakta-fakta lalu. Fakta-fakta yang mereka katakan istilahkan cerminan sejarah hitam Kemboja, sepatunya ia bisa jadi bagus sekiranya filem ini bercerita dan memberi perkhabaran yang jujur, tidak selindungselindung seperti tabloid gossip. Ia berjaya memberi imej tabloid tersebut, kerna itu ia dibantah. Jelas, ketakutan filem ini tidak hanya pada seluloid putih, tapi disambungkan pada realiti sebenar yang telah mengguris perasaan negara Kemboja.
Monday, October 09, 2006
berdiri di simpang, menanti lampu hijau.
Dalam memilih aku merasa itu satu hal aku paling tidak suka. Kerna hal memilih itu terjadi bila terkumpulnya yang terbaik dalam hidup aku tetapi aku tidak mampu mengengam perkara itu sekaligus. Lantas harus aku memilih untuk menggengam yang mana hati aku pilih, membuang yang mana hati aku tidak mahu, biar hakikatnya, semuanya indah lagi elok.
Untuk hal-hal seperti ini, aku biasanya sendiri dulu, cuba untuk bertanya pada hati. Apa sebetulnya kehendak hati. Kemudian cuba pula melihat pada pilihan yang ada. Biasanya, kehendak hati mengatakan, semua pilihan yang ada itu adalah kehendak hati dan ini merungsingkan aku.
Aku cuba lagi bertanya pada hati, jika semuanya adalah kehendak hati, bagaimana pula dengan upaya aku. Apa aku bisa menampung segala ongkos yang terbit dari pilihan aku. Lagi sekali, jawapan hati merungsingkan aku. Aku bisa untuk mengongkosi semua pilihan tadi. Tidak ada yang terlalu tinggi, tidak ada yang terlalu besar dan tidak ada yang terlalu mahal bagi aku tanggung.
Ketika semuanya hanya berdepan jalan buntu, mungkin doa satu-satunya pilihan yang ada dan ini aku memang laksanakan. Kerna hanya DIA yang tahu apa yang tebaik untuk aku. Tapi mungkin kerna hati aku ini hitam, maka petunjuk itu aku tidak bisa peroleh kerna hati yang hitam tidak bisa melihat, aku umpamanya hilang keistimewaan. Jadi awas dengan hati kalian, kerna bisa-bisa aja seperti aku, hilang kesitimewaan. Hehehe.
Aku dalam keadaan ini, hanya ada satu pengukur yang bisa membantu. Iaitu masa. Untuk setiap pilihan yang ada aku harus mengukur masa yang aku punya untuk aku bisa memiliki setiap pilihan itu. Biasanya masa tidak pernah sama. Pasti punyai titik-titik nol yang berbeda-beda. Ini yang aku suka tentang masa. Ia bisa jadi pengukur.
Untuk memudahkan penilaian aku terhadap pilihan yang ada, aku cuba memberi pilihan itu dengan sebatang lampu isyarat. Aku akan letak di hadapan pilihan aku. Ia menandakan masa. kerna pilihan itu umpamanya persimpangan yang punyai lampu isyarat dan tidak mungkin lampu isyarat itu akan menyala hijau serentak bagi kedua-dua persimpangan itu. Pasti jika ia merah, yang satu lagi akan hijau dan juga sebaliknya.
Aku terus terang mengatakan cenderung untuk memilih yang mana hijau dulu. Kerna aku tidak suka menunggu disimpang. Aku tidak punyai masa, hidup kita singkat. Setiap detik yang berlalu bermakan semakin hampir dengan kematian. Jadi dengan pilihan yang ada tadi, aku harus memilih pilihan yang mana aku bisa perolehinya dengan cepat. Tanpa perlu menunggu di di persimpangan yang panas atau berjerebu. Hehhe.
Untuk pilihan yang aku lepaskan suka aku menyatakan bahawa, kamu tetap pilihan aku yang hebat, yang indah tapi harus kamu fahami, aku ini manusia yang hanya sementara hidup di dunia. Banyak lagi perkara yang aku harus usahakan selain dari mengejarmu. Banyak lagi hal yang aku perlu bereskan sebelum aku kembali kepadaNya. Jadi, jika bermakna pilihan yang tidak terpilih tadi berduka, aku memohon ampun. Aku ulang, kamu tetap pilihan yang terbaik yang pernah aku jumpa, kerna bisa membuatkan aku menunggu di simpang yang panas dan berjerebu tadi hanya untuk menunggu lampu merah mu menjadi hijau. Sayang, ia ngak kunjung hijau.
Untuk hal-hal seperti ini, aku biasanya sendiri dulu, cuba untuk bertanya pada hati. Apa sebetulnya kehendak hati. Kemudian cuba pula melihat pada pilihan yang ada. Biasanya, kehendak hati mengatakan, semua pilihan yang ada itu adalah kehendak hati dan ini merungsingkan aku.
Aku cuba lagi bertanya pada hati, jika semuanya adalah kehendak hati, bagaimana pula dengan upaya aku. Apa aku bisa menampung segala ongkos yang terbit dari pilihan aku. Lagi sekali, jawapan hati merungsingkan aku. Aku bisa untuk mengongkosi semua pilihan tadi. Tidak ada yang terlalu tinggi, tidak ada yang terlalu besar dan tidak ada yang terlalu mahal bagi aku tanggung.
Ketika semuanya hanya berdepan jalan buntu, mungkin doa satu-satunya pilihan yang ada dan ini aku memang laksanakan. Kerna hanya DIA yang tahu apa yang tebaik untuk aku. Tapi mungkin kerna hati aku ini hitam, maka petunjuk itu aku tidak bisa peroleh kerna hati yang hitam tidak bisa melihat, aku umpamanya hilang keistimewaan. Jadi awas dengan hati kalian, kerna bisa-bisa aja seperti aku, hilang kesitimewaan. Hehehe.
Aku dalam keadaan ini, hanya ada satu pengukur yang bisa membantu. Iaitu masa. Untuk setiap pilihan yang ada aku harus mengukur masa yang aku punya untuk aku bisa memiliki setiap pilihan itu. Biasanya masa tidak pernah sama. Pasti punyai titik-titik nol yang berbeda-beda. Ini yang aku suka tentang masa. Ia bisa jadi pengukur.
Untuk memudahkan penilaian aku terhadap pilihan yang ada, aku cuba memberi pilihan itu dengan sebatang lampu isyarat. Aku akan letak di hadapan pilihan aku. Ia menandakan masa. kerna pilihan itu umpamanya persimpangan yang punyai lampu isyarat dan tidak mungkin lampu isyarat itu akan menyala hijau serentak bagi kedua-dua persimpangan itu. Pasti jika ia merah, yang satu lagi akan hijau dan juga sebaliknya.
Aku terus terang mengatakan cenderung untuk memilih yang mana hijau dulu. Kerna aku tidak suka menunggu disimpang. Aku tidak punyai masa, hidup kita singkat. Setiap detik yang berlalu bermakan semakin hampir dengan kematian. Jadi dengan pilihan yang ada tadi, aku harus memilih pilihan yang mana aku bisa perolehinya dengan cepat. Tanpa perlu menunggu di di persimpangan yang panas atau berjerebu. Hehhe.
Untuk pilihan yang aku lepaskan suka aku menyatakan bahawa, kamu tetap pilihan aku yang hebat, yang indah tapi harus kamu fahami, aku ini manusia yang hanya sementara hidup di dunia. Banyak lagi perkara yang aku harus usahakan selain dari mengejarmu. Banyak lagi hal yang aku perlu bereskan sebelum aku kembali kepadaNya. Jadi, jika bermakna pilihan yang tidak terpilih tadi berduka, aku memohon ampun. Aku ulang, kamu tetap pilihan yang terbaik yang pernah aku jumpa, kerna bisa membuatkan aku menunggu di simpang yang panas dan berjerebu tadi hanya untuk menunggu lampu merah mu menjadi hijau. Sayang, ia ngak kunjung hijau.
Sunday, October 08, 2006
celanaku cukup-cukup muat.
Aku teringat, seorang teman menegur aku.
"eh, kamu ngak make tali pinggang?" sambil dahinya dikerutkan.
Aku terdiam sebentar memikir. Celana aku ini sebetulnya udah cukup-cukup muat. Jadi kerna itu aku kira tali pinggang itu hanya akan menyusahkan aku nanti. Mungkin belum lagi di ranjang, tapi setidak-tidaknya semasa sedang gawat di tandas. hehehe. Prosesnya bertambah. hik.
Namun, dari peristiwa itu aku kembali memikir, kenapa teman tadi beri aku persoalan itu. Mungkin dia udah terbiasa ngeliat aku memake tali pinggang atau bisa juga dia punyai fikiran, tanpa tali pinggang, kekemasan itu ngak sempurna. Dari hal itu, aku ternampak kurang disiplin.
Dari hal ini menyatakan bahawa, fungsi fizik tali pinggang (selain dari fungsinya sebagai cambuk ntuk anak-anak) itu sebetulnya ngak besar berbanding fungsi yang tersembunyi. Tali pinggang itu berfungsi menjadi ukuran disiplin, ukuran kekemasan. Juga bisa jadi ukuran kemewahan dan identitas. Jadi, apabila ini terjadi, tanpa talipinggang, sebenarnya kita udah menolak segala bentuk fungsi yang tersembunyi tadi. Kita menolak dari terlihat kemas, menolak dari diketahuai identitas dan menolak untuk mendedahkan status sosial kita. Penolakkan ini sebetulnya yang membuatkan orang sekeliling kita hairan. Hairan mengapa kita menolak untuk menjadi kemas, disiplin juga untuk menonjol. Apa yang ingin kita buktikan. Cuma persoalan yang terlontar dari hati mereka diterjemahkan berbeda oleh lidah . Lalu hanya pertanyaan biasa yang terlontar.
"eh, kenapa ngak make talipinggang?" hanya itu soalannya.
Jadi, untuk diri aku, sentiasa pake talipinggang bila mau ke kantor. Kerna dengan hanya cara memakai talipinggang, aku tidak terlalu menyeksa perasaan teman-teman aku. hihihi. Mungkin perempuan juga sama, cuma alatan aja berbeda. Itu ngak pasti, mungkin handag, bisa juga brouch. Apa pun, mungkin kita perlu cuba untuk melihat fungsi sampingan itu lebih bernilai dari fungsi asalnya sesuatu perkara, biar ada waktu kita udah tidak memerlukan lagi fungsi asal tersebut. Hehehe
"eh, kamu ngak make tali pinggang?" sambil dahinya dikerutkan.
Aku terdiam sebentar memikir. Celana aku ini sebetulnya udah cukup-cukup muat. Jadi kerna itu aku kira tali pinggang itu hanya akan menyusahkan aku nanti. Mungkin belum lagi di ranjang, tapi setidak-tidaknya semasa sedang gawat di tandas. hehehe. Prosesnya bertambah. hik.
Namun, dari peristiwa itu aku kembali memikir, kenapa teman tadi beri aku persoalan itu. Mungkin dia udah terbiasa ngeliat aku memake tali pinggang atau bisa juga dia punyai fikiran, tanpa tali pinggang, kekemasan itu ngak sempurna. Dari hal itu, aku ternampak kurang disiplin.
Dari hal ini menyatakan bahawa, fungsi fizik tali pinggang (selain dari fungsinya sebagai cambuk ntuk anak-anak) itu sebetulnya ngak besar berbanding fungsi yang tersembunyi. Tali pinggang itu berfungsi menjadi ukuran disiplin, ukuran kekemasan. Juga bisa jadi ukuran kemewahan dan identitas. Jadi, apabila ini terjadi, tanpa talipinggang, sebenarnya kita udah menolak segala bentuk fungsi yang tersembunyi tadi. Kita menolak dari terlihat kemas, menolak dari diketahuai identitas dan menolak untuk mendedahkan status sosial kita. Penolakkan ini sebetulnya yang membuatkan orang sekeliling kita hairan. Hairan mengapa kita menolak untuk menjadi kemas, disiplin juga untuk menonjol. Apa yang ingin kita buktikan. Cuma persoalan yang terlontar dari hati mereka diterjemahkan berbeda oleh lidah . Lalu hanya pertanyaan biasa yang terlontar.
"eh, kenapa ngak make talipinggang?" hanya itu soalannya.
Jadi, untuk diri aku, sentiasa pake talipinggang bila mau ke kantor. Kerna dengan hanya cara memakai talipinggang, aku tidak terlalu menyeksa perasaan teman-teman aku. hihihi. Mungkin perempuan juga sama, cuma alatan aja berbeda. Itu ngak pasti, mungkin handag, bisa juga brouch. Apa pun, mungkin kita perlu cuba untuk melihat fungsi sampingan itu lebih bernilai dari fungsi asalnya sesuatu perkara, biar ada waktu kita udah tidak memerlukan lagi fungsi asal tersebut. Hehehe
Saturday, October 07, 2006
untuk cinta itu.
Untuk yang belum pernah merasai apa itu cinta. Pasti sering bertanya cinta itu rasanya bagaimana? Cinta bagi golongan ini umpamanya seorang musafir yang haus di tengah padang pasir, ketika udah hilang semua harapan tiba-tiba dia terjumpa sebiji takar berisi air. Di saat titisan pertama air yang mengalir ke tekak haus musafir itu, itulah rasanya cinta. Melegakan juga enak.
...
Untuk yang udah merasai apa itu cinta. Pasti pula rasanya cinta udah berbeda. Air kosong sejuk bukan lagi cinta yang diingini. Pasti mereka ingin air yang punyai rasa, punyai warna. Segalanya mengikut citarasa mereka. Baru bisa mereka meneguk puas.
...
Untuk yang udah berusia, cinta itu umpamanya seorang tua yang meminum air kopi pekat tanpa gula. Biar ngak manis tapi rasa dari kopi itu adalah penyegar jiwa. Dihirup pelan-pelan. Di biar rasanya menyerap keserata lidah. Nikmatnya hingga ke kepala.
...
Untuk yang remaja, cinta itu umpamanya minuman segera. Bisa di dapati dengan mudah, dengan pelbagai perisa dan warna. Yang nyata minuman itu kurang khasiatnya. Hanya untuk pelepas dahaga tapi juga punyai kandungan gula yang melebehi normal.
...
Untuk cinta paksa, umpamanya seorang pesakit yang terpaksa meminum ubat. Biar ia pahit, tapi kerna keadaan udah memaksa, ubat yang pahit ditelan juga. Biasanya ubat it adalah penawar untuk masa panjang hidupnya.
...
Untuk cinta nafsu, umpamanya meneguk arak. Biar terlihat berseni cara menghirupnya, biar juga sedikit-sedikit yang masuk ke tubuh. Tapi akhirnya, mereka mabuk dan hilang juga pertimbangan akalnya. Mudah untuk membuat sirna, tanpa peduli apa itu dosa.
...
Untuk cinta suami isteri, umpamanya meminum susu yang manis. Ia enak tapi juga berkhasiat. Sentiasa menjadi pilihan untuk apa jua keadaan. Baik untuk sarapan juga untuk minuman malam. Tapi jangan sampai susu itu masam. Simpan ia selalu di tempat yang elok.
...
Untuk cinta sufi. Umpamanya, meminum air laut. Semakin banyak diminum semakin haus. Semakin ditemukan makna cinta itu, semakin rindu ia kepada rasa cinta kepada tuhan. Tidak pernah jemu untuk menyebut dan mengingati namaNYa. Namun tidak semua mampu
meminum air laut itu.
...
Untuk cinta Allah. Umpamanya meneguk madu. Berkhasiat dan terasa nikmat. Madu itu datangnya suci dari bunga yang harum. Warnanya keemasan , baunya memikat tidak juga bisa basi. Namun untuk mengambilnya penuh bahaya, terpaksa berdepan lebah berbisa.
...
Untuk yang udah merasai apa itu cinta. Pasti pula rasanya cinta udah berbeda. Air kosong sejuk bukan lagi cinta yang diingini. Pasti mereka ingin air yang punyai rasa, punyai warna. Segalanya mengikut citarasa mereka. Baru bisa mereka meneguk puas.
...
Untuk yang udah berusia, cinta itu umpamanya seorang tua yang meminum air kopi pekat tanpa gula. Biar ngak manis tapi rasa dari kopi itu adalah penyegar jiwa. Dihirup pelan-pelan. Di biar rasanya menyerap keserata lidah. Nikmatnya hingga ke kepala.
...
Untuk yang remaja, cinta itu umpamanya minuman segera. Bisa di dapati dengan mudah, dengan pelbagai perisa dan warna. Yang nyata minuman itu kurang khasiatnya. Hanya untuk pelepas dahaga tapi juga punyai kandungan gula yang melebehi normal.
...
Untuk cinta paksa, umpamanya seorang pesakit yang terpaksa meminum ubat. Biar ia pahit, tapi kerna keadaan udah memaksa, ubat yang pahit ditelan juga. Biasanya ubat it adalah penawar untuk masa panjang hidupnya.
...
Untuk cinta nafsu, umpamanya meneguk arak. Biar terlihat berseni cara menghirupnya, biar juga sedikit-sedikit yang masuk ke tubuh. Tapi akhirnya, mereka mabuk dan hilang juga pertimbangan akalnya. Mudah untuk membuat sirna, tanpa peduli apa itu dosa.
...
Untuk cinta suami isteri, umpamanya meminum susu yang manis. Ia enak tapi juga berkhasiat. Sentiasa menjadi pilihan untuk apa jua keadaan. Baik untuk sarapan juga untuk minuman malam. Tapi jangan sampai susu itu masam. Simpan ia selalu di tempat yang elok.
...
Untuk cinta sufi. Umpamanya, meminum air laut. Semakin banyak diminum semakin haus. Semakin ditemukan makna cinta itu, semakin rindu ia kepada rasa cinta kepada tuhan. Tidak pernah jemu untuk menyebut dan mengingati namaNYa. Namun tidak semua mampu
meminum air laut itu.
...
Untuk cinta Allah. Umpamanya meneguk madu. Berkhasiat dan terasa nikmat. Madu itu datangnya suci dari bunga yang harum. Warnanya keemasan , baunya memikat tidak juga bisa basi. Namun untuk mengambilnya penuh bahaya, terpaksa berdepan lebah berbisa.
Friday, October 06, 2006
berlari di padang rumput yang kosong
aku capek, aku mau sesuatu yang berbeda pagi ini. Jika tidak berbeda pada hari ku, sekurang-kurangnya berbeda pada gaya penulisan aku. hehehe
Apabila berlari di padang rumput yang luas tapi kosong, mungkin perkara pertama yang ada dalam fikiran kita ialah, seluas mana padang ini. Atas fikiran itu kita akan terus berlari cuba mencari hujungnya. Apabila hujungnya tidak juga ketemu, aliran fikiran kedua akan lahir pula. Fikiran yang berkata pada hati, cukuplah berlari. Aku sudah penat. Aku sudah jemu. Aku mahu berhenti. Aku mahu padang yang lain pula.
Tapi cuba pula kita berlari di padang yang luas, tapi punyai bunga-bunga indah yang kembang di seluruh padang tersebut. Rama-rama indah terbang separas bahu kita. Sesekali ia singgah menyapa tubuh. Pokok-pokok pula tumbuh rendang berbunga indah. Fikiran pertama kita masih sama. Seluas mana padang ini. Apabila hujung padang ini tidak kita ketemu, aliran fikiran kedua juga masih sama. Fikiran yang akan berkata kepada hati, aku sudah penat, aku sudah jemu. Bezanya hati tidak akan mahu berhenti kerana padang rumput ini indah, tidak kosong. Masih ada niat untuk ketemu hujungnya.
Dalam percintaan, kita sebenarnya umpama berlari di padang rumput yang kosong. Kita akan cuba berlari untuk mencari hujungnya. Untuk permulaan, kita masih gembira berlari di padang rumput kosong tersebut. Tapi kerana cinta itu tiada penghujung, kita mula merasa jemu untuk berlari di atas padang yang sama. Lantas cuba berhenti. Inilah yang terjadi dalam percintaan yang tidak diikat dengan pernikahan yang sah. Percintaan itu umpama padang rumput yang luas dan indah tapi kosong.
Namun, apabila percintaan itu diikat dengan pernikahan yang sah. Ia umpama padang yang punyai segala-galanya. Ia punyai bunga-bunga yang harum, cukup dengan seri rama-ramanya dan kicauan burung-burung. Kita akan berlari di atas padang itu dan sampai masa kita akan tetap merasa jemu. Walau begitu, kerana ia lebih dari sekadar padang rumput yang kosong. Kita akan merasa sayang untuk berhenti sebelum sampai ke hujung. Kerana pemandangan indah padan itu tadi memberikan kita semangat untuk meneruskan larian.
INi bukan cerita padang rumput semata-mata, tapi yang lebih penting, apa yang sebenarnya terjadi di atas padang itu. Walau sekuat mana pun cinta kita, setinggi mana pun kasih kita, samapi satu tahap, kita tetap akan merasa jemu. INi bukan sesuatu yang salah. Ini adalah fitrah kita sebagai manusia yang lemah. Atas itu, kita sering terjumpa pasangan yang bercinta selama bertahun-tahun tapi diakhiri dengan perpisahan. Ini kerana rasa jemu itu sudah muncul dan tiada perasaan tanggungjawab terhadap perhubungan, kerana ia kosong. BUkan bermakna bila kita sudah bernikah, kita tidak akan jemu. PAsti tetap akan nerasa jemu, tapi oleh kerana jemu tu terjadi di dalam pernikahan, perhubungan masih boleh di selamatkan. Kerana kita sedar kita sudah punyai tanggungjawab terhadap perhubungan yang sah tersebut.
Apabila kita sedar padang rumput yang indah tempat kita berlari ini masih kosong, cuba kita jengah pula taman-taman yang punyai bunga-bungaan yang harum. Apa kata hati kita? Terpulang pada kita untuk menilai. Namun seperkara yang pasti, jemu itu umpama awan hitam. Ia tetap akan hadir di mana-mana padang sekalipun. Pastikan kita bersedia untuk itu. Sebelum ia hadir di padang rumput kita.
Apabila berlari di padang rumput yang luas tapi kosong, mungkin perkara pertama yang ada dalam fikiran kita ialah, seluas mana padang ini. Atas fikiran itu kita akan terus berlari cuba mencari hujungnya. Apabila hujungnya tidak juga ketemu, aliran fikiran kedua akan lahir pula. Fikiran yang berkata pada hati, cukuplah berlari. Aku sudah penat. Aku sudah jemu. Aku mahu berhenti. Aku mahu padang yang lain pula.
Tapi cuba pula kita berlari di padang yang luas, tapi punyai bunga-bunga indah yang kembang di seluruh padang tersebut. Rama-rama indah terbang separas bahu kita. Sesekali ia singgah menyapa tubuh. Pokok-pokok pula tumbuh rendang berbunga indah. Fikiran pertama kita masih sama. Seluas mana padang ini. Apabila hujung padang ini tidak kita ketemu, aliran fikiran kedua juga masih sama. Fikiran yang akan berkata kepada hati, aku sudah penat, aku sudah jemu. Bezanya hati tidak akan mahu berhenti kerana padang rumput ini indah, tidak kosong. Masih ada niat untuk ketemu hujungnya.
Dalam percintaan, kita sebenarnya umpama berlari di padang rumput yang kosong. Kita akan cuba berlari untuk mencari hujungnya. Untuk permulaan, kita masih gembira berlari di padang rumput kosong tersebut. Tapi kerana cinta itu tiada penghujung, kita mula merasa jemu untuk berlari di atas padang yang sama. Lantas cuba berhenti. Inilah yang terjadi dalam percintaan yang tidak diikat dengan pernikahan yang sah. Percintaan itu umpama padang rumput yang luas dan indah tapi kosong.
Namun, apabila percintaan itu diikat dengan pernikahan yang sah. Ia umpama padang yang punyai segala-galanya. Ia punyai bunga-bunga yang harum, cukup dengan seri rama-ramanya dan kicauan burung-burung. Kita akan berlari di atas padang itu dan sampai masa kita akan tetap merasa jemu. Walau begitu, kerana ia lebih dari sekadar padang rumput yang kosong. Kita akan merasa sayang untuk berhenti sebelum sampai ke hujung. Kerana pemandangan indah padan itu tadi memberikan kita semangat untuk meneruskan larian.
INi bukan cerita padang rumput semata-mata, tapi yang lebih penting, apa yang sebenarnya terjadi di atas padang itu. Walau sekuat mana pun cinta kita, setinggi mana pun kasih kita, samapi satu tahap, kita tetap akan merasa jemu. INi bukan sesuatu yang salah. Ini adalah fitrah kita sebagai manusia yang lemah. Atas itu, kita sering terjumpa pasangan yang bercinta selama bertahun-tahun tapi diakhiri dengan perpisahan. Ini kerana rasa jemu itu sudah muncul dan tiada perasaan tanggungjawab terhadap perhubungan, kerana ia kosong. BUkan bermakna bila kita sudah bernikah, kita tidak akan jemu. PAsti tetap akan nerasa jemu, tapi oleh kerana jemu tu terjadi di dalam pernikahan, perhubungan masih boleh di selamatkan. Kerana kita sedar kita sudah punyai tanggungjawab terhadap perhubungan yang sah tersebut.
Apabila kita sedar padang rumput yang indah tempat kita berlari ini masih kosong, cuba kita jengah pula taman-taman yang punyai bunga-bungaan yang harum. Apa kata hati kita? Terpulang pada kita untuk menilai. Namun seperkara yang pasti, jemu itu umpama awan hitam. Ia tetap akan hadir di mana-mana padang sekalipun. Pastikan kita bersedia untuk itu. Sebelum ia hadir di padang rumput kita.
Thursday, October 05, 2006
sunyi ini perlukan kata-kata.
Sunyi itu tidak perlukan kata-kata untuk di rasa. Cukup berada sendiri di dalam bilik berteleku. Sunyi itu tidak juga perlukan peneman yang bisa bicara. Cukup bertemankan bulan dan malam. Aku katakan ini, hanyalah kesunyian pancaindera. Kesunyian yang terkadang kita fahami sebagai sesuatu yang menyeksakan, tetapi untuk waktu tertentu, ia bisa menjadi indah.
Tapi ada waktu sunyi itu perlukan kata-kata untuk di rasa. Perlukan peneman yang bisa bicara untuk kita mengerti apa itu kesunyian. Tidak hanya cukup sekadar berteman bulan dan malam. Sunyi seperti itu akan terjadi didalam hati . Hati yang sunyi dari iman.
Terkadang sunyi di hati itu tidak bisa di rasa jika tidak di beritahu dengan kata-kata. Mungkin kita bisa aja ketawa sepanjangan waktu. tapi tidak pula tahu bahawa dalam hati, kita sebetulnya sunyi dari iman. Perlukan kata-kata dari bacaan atau kuliah agama untuk mengerti bahawa, hati ini udah lama tidak di kelilingi bicara-bicara agama yang membentuk iman. Hanya bicara-bicara dunia.
Sunyi didalam hati perlukan peneman yan bisa bicara untuk lebih kita mengerti rasa sunyi itu. Perlukan peneman yang bisa memberi nasihat. Mengatakan bahawa kita lebih baik begini atau begitu. Peneman yang mengingatkan bahawa, apa yang kita usaha sekarang tidak cukup lagi untuk bekal di sana. Hanya pada waktu itu, baru kita akan mengerti rasa sunyi itu.
Untuk yang dah mengerti rasa sunyi dalam hati, pasti akan cuba membawa hati itu bersiar-siar di majlis ilmu. Memperdengarkan hati itu dengan halus bacaan Al-quran atau nyaring bacaan hadis. Saat udah merasai kesunyian hati itu udah memuncak, barulah kita akan bisa mengerti, kesunyian di dalam sujud ditengah malam itu sebetulnya cukup indah.
Untuk diri ini, aku masih belum merasa kesunyian hati ini kerna terlalu leka mengisi kesunyian pancaindera aku yang ngak pernah puas. Hehehe.
Tapi ada waktu sunyi itu perlukan kata-kata untuk di rasa. Perlukan peneman yang bisa bicara untuk kita mengerti apa itu kesunyian. Tidak hanya cukup sekadar berteman bulan dan malam. Sunyi seperti itu akan terjadi didalam hati . Hati yang sunyi dari iman.
Terkadang sunyi di hati itu tidak bisa di rasa jika tidak di beritahu dengan kata-kata. Mungkin kita bisa aja ketawa sepanjangan waktu. tapi tidak pula tahu bahawa dalam hati, kita sebetulnya sunyi dari iman. Perlukan kata-kata dari bacaan atau kuliah agama untuk mengerti bahawa, hati ini udah lama tidak di kelilingi bicara-bicara agama yang membentuk iman. Hanya bicara-bicara dunia.
Sunyi didalam hati perlukan peneman yan bisa bicara untuk lebih kita mengerti rasa sunyi itu. Perlukan peneman yang bisa memberi nasihat. Mengatakan bahawa kita lebih baik begini atau begitu. Peneman yang mengingatkan bahawa, apa yang kita usaha sekarang tidak cukup lagi untuk bekal di sana. Hanya pada waktu itu, baru kita akan mengerti rasa sunyi itu.
Untuk yang dah mengerti rasa sunyi dalam hati, pasti akan cuba membawa hati itu bersiar-siar di majlis ilmu. Memperdengarkan hati itu dengan halus bacaan Al-quran atau nyaring bacaan hadis. Saat udah merasai kesunyian hati itu udah memuncak, barulah kita akan bisa mengerti, kesunyian di dalam sujud ditengah malam itu sebetulnya cukup indah.
Untuk diri ini, aku masih belum merasa kesunyian hati ini kerna terlalu leka mengisi kesunyian pancaindera aku yang ngak pernah puas. Hehehe.
Tuesday, October 03, 2006
Hidup ini adalah karya akhirat
Mungkin ada yang masih mengatakan bahawa epik kuno Mahabrata itu adalah karya terpanjang didunia. Mungkin ada juga yang menegaskan bahawa epik karangan Homer adalah terpanjang. Tapi yang sebetulnya, Sureq Galigo adalah karya sastera kuno yang terpanjang di dunia. Ia syair lebih dari 300000 baris perkataan. Secara perbandingan, epik Mahabarta mempunyai 150000 baris.
Yang bisa membuatkan aku merasa megah ialah, ia adalah karya sastra Bugis. Bukan siapa-siapa, rumpun nusantara juga. Sureq itu dalam maksud bugis, adalah surat atau juga buku. manakala Galigo itu pula adalah nama si penulis karya. Cuman aja, ia di tulis dalam aksara Bugis, dan aku kira mungkin 2 tahun lagi aku akan mempelajarinya.
Cuba bayangkan jika karya Sureq Galigo (yang udah di salin kepada huruf rumi) itu ngak punyai noktah atau koma, pasti kita tidak mampu membacanya, atau juga ia tidak lagi di anggap karya terulung, melainkan hanya sampah semata-mata. Hidup kita ini juga umpama sebuah karya. Punyai, muka depan, nama penerbit, pencetak juga punyai bab serta perenggan. Lebih teliti, setiap bab akan punyai noktah, tanda tanya, koma juga tanda seru. Tanda-tanda itu sebetulnya mewakili hidup kita.
Mungkin dalam hidup kita akan mempunyai bab yang membahgiakan, tapi jangan lupa, bab yang sedih pasti akan tiba. Dalam setiap bab pula, punyai noktah. Ada masa kita perlu berhenti sejenak. Baru memulakan sesuatu yang baru. Supaya perbuatan kita itu dalam batasan normal. Umpamanya, kerja, kita harus memberi noktah kepada kerja kita jika udah masanya, jika masih terusan, kita bisa jatuh sakit.
Hidup juga punyai koma, gunakan koma itu dengan sebtulnya supaya kita tidak terlihat cuba lari dari masalah. Umpamanya dalam cinta. Jika sedang dalam pertengkaran, jangan guna terus noktah dalam perhubungan. Wakilkan ia dengan koma. Bila ia udah sejuk, teruskan aja menyambung baris-baris cinta yang terhenti tadi. Pasti lebih lebih enak bacaan cinta kita.
Terkadang juga, hidup kita punyai dialog, punyai tanda soal. Ia membuat kita hilang rasa seronok. Kerna terlalu banyak yang perlu di cari jawaban dan terlalu banyak yang perlu di beri jawaban. Terutamanya dalam persoalan mencari kerja atau cinta. Penuh tanda soal. penuh dialog.
Jadi, untuk waktu ini, jika hidup kita punyai bab-bab, punyai noktah terhenti, jika hidup kita penuh tanda soal, juga koma. Jangan terlalu risaukan hal itu dan bertanya kenapa kepada tuhan. Ia adalah hal normal. Jika kita mahu jadikan hidup kita ini umpama karya ulung, harus melalui proses-proses itu. Kerna bagiamana kita bisa membaca perjalanan sejarah hidup kita tanpa tanda-tanda bacaan tersebut. Bagaimana?
Sepertinya juga Sureq Galigo itu tadi, jika tidak punyai noktah juga koma, pasti ia tidak berada dalam kelompok sastra ulung. Kata kuncinya ialah redha dengan cubaan hidup. Kerna setiap buku pasti punyai kesudahan yang baik. yang penting kita jangan berhenti pada bab-bab sedih . teruskan aja sehingga keperenggan akhir bab penutup. JAdi, mungkin kita akan mencipta karaya hidup yang ulung untuk di baca nanti di akhirat.
Yang bisa membuatkan aku merasa megah ialah, ia adalah karya sastra Bugis. Bukan siapa-siapa, rumpun nusantara juga. Sureq itu dalam maksud bugis, adalah surat atau juga buku. manakala Galigo itu pula adalah nama si penulis karya. Cuman aja, ia di tulis dalam aksara Bugis, dan aku kira mungkin 2 tahun lagi aku akan mempelajarinya.
Cuba bayangkan jika karya Sureq Galigo (yang udah di salin kepada huruf rumi) itu ngak punyai noktah atau koma, pasti kita tidak mampu membacanya, atau juga ia tidak lagi di anggap karya terulung, melainkan hanya sampah semata-mata. Hidup kita ini juga umpama sebuah karya. Punyai, muka depan, nama penerbit, pencetak juga punyai bab serta perenggan. Lebih teliti, setiap bab akan punyai noktah, tanda tanya, koma juga tanda seru. Tanda-tanda itu sebetulnya mewakili hidup kita.
Mungkin dalam hidup kita akan mempunyai bab yang membahgiakan, tapi jangan lupa, bab yang sedih pasti akan tiba. Dalam setiap bab pula, punyai noktah. Ada masa kita perlu berhenti sejenak. Baru memulakan sesuatu yang baru. Supaya perbuatan kita itu dalam batasan normal. Umpamanya, kerja, kita harus memberi noktah kepada kerja kita jika udah masanya, jika masih terusan, kita bisa jatuh sakit.
Hidup juga punyai koma, gunakan koma itu dengan sebtulnya supaya kita tidak terlihat cuba lari dari masalah. Umpamanya dalam cinta. Jika sedang dalam pertengkaran, jangan guna terus noktah dalam perhubungan. Wakilkan ia dengan koma. Bila ia udah sejuk, teruskan aja menyambung baris-baris cinta yang terhenti tadi. Pasti lebih lebih enak bacaan cinta kita.
Terkadang juga, hidup kita punyai dialog, punyai tanda soal. Ia membuat kita hilang rasa seronok. Kerna terlalu banyak yang perlu di cari jawaban dan terlalu banyak yang perlu di beri jawaban. Terutamanya dalam persoalan mencari kerja atau cinta. Penuh tanda soal. penuh dialog.
Jadi, untuk waktu ini, jika hidup kita punyai bab-bab, punyai noktah terhenti, jika hidup kita penuh tanda soal, juga koma. Jangan terlalu risaukan hal itu dan bertanya kenapa kepada tuhan. Ia adalah hal normal. Jika kita mahu jadikan hidup kita ini umpama karya ulung, harus melalui proses-proses itu. Kerna bagiamana kita bisa membaca perjalanan sejarah hidup kita tanpa tanda-tanda bacaan tersebut. Bagaimana?
Sepertinya juga Sureq Galigo itu tadi, jika tidak punyai noktah juga koma, pasti ia tidak berada dalam kelompok sastra ulung. Kata kuncinya ialah redha dengan cubaan hidup. Kerna setiap buku pasti punyai kesudahan yang baik. yang penting kita jangan berhenti pada bab-bab sedih . teruskan aja sehingga keperenggan akhir bab penutup. JAdi, mungkin kita akan mencipta karaya hidup yang ulung untuk di baca nanti di akhirat.
kebahgian bukan untuk di kejar.
Apa sih yang kita kejar dalam hidup. Jika kita bilang Kita kejar bahgia, tapi bahgia yang gimana. Apa dengan punyai pacar yang ganteng, cantik, kita udah bahgia. Atau, kita punyai suami atau isteri yang setia melayan kita dengan penuh kasih kita udah bahgia. Atau lagi, kita punyai sepasang anak yang comel kita udah bahgia. Mungkin, kita punyai uang yang banyak, ngak punyai utang kita baru bahgia.
Bahgia itu terpulang pada kita untuk menentunya. Biar terlihat subjektif, tapi bahgia itu tidak seharusnya di biar flamboyan. Biar ia punyai warna yang bisa kita gapai. Umpamanya pelangi, ia tetap terlihat damai dan indah kerna punyai hanya 7 warna, jika hanya 100 warna pasti ia terlihat aneh. Dalam menulis kata kebahgian itu, kita sering gunakan perkataan 'mengejar' pada awalannya. Bermaksud, kita merasa kebahgian itu seharusnya sesuatu yang bisa di wakili dengan angka. kerna kita mengejar ia. JAdi, persoalannya, apa kebahagian itu bisa di wakili dengan angka. Jika bisa, ayuh kita coba.
Jika kita merasakan ia tidak harus di wakili dengan angka yang banyak, hanya tunggal, jadi cuba kita melihat dalam hidup. Apa memiliki seorang kekasih itu kita bisa berkata bahgia. Atau suami itu setia dengan seorang isteri akan bahgia. Terkadang punyai pacar yang ramai atau, punyai isteri yang ramai juga bisa membuatkan bahgia, hehehe. Perempuan juga begitu, mungkin jika suami dia punyai isteri yang lain dia baru bisa bahgia. Lalu jika penekanan satu atau tunggal itu ialah kebahgian, maka ia adalah sesuatu yang ngak bisa di jadi pegangan.
Angka satu itu juga ngak bisa mewakili kebahgian. Apa angka kosong itu adalah kebahgian? Jika kamu tidak punyai apa-apa. Hanya sendiri. Jelas kamu juga tidak bahgia. Kita hidup ini bukan untuk sendiri, bukan untuk duduk di atas angka kosong. Ngak punyai apa-apa. Misalnya uang atau anak. Jika kita ngak punyai uang atau anak, apa kita bisa bahgia? Lalu, angka kosong itu juga bukan sesuatu yang mewakili kebahgian.
Cuba pula kita mewakili kebahgian itu pula dengan angka yang banyak. Mungkin kita bahgia dengan uang yang berpuluh milyar, anak yang berbelas, juga harta yang bertimbun. Tapi apa mungkin kita bisa bahgia jika hutang kita juga banyak, masalah kita juga banyak? Malah, jika kebahgian itu dinilai dengan angka yang banyak, kita tidak akan pernah puas dengan apa yang ada . Ayat 'tidak pernah puas' itu sendiri bukan dalam golongan kata yang bahgia. Mudahnya kebahgian itu jangan di wakili dengan angka yang banyak. Kerna angka itu sebetulnya tidak akan habis. Biar sampai kiamat kita coba untuk menghitungnya. Bermkanan, kita tidak akan pernah puas (baca : tidak pernah bahgia)
Jadi, mungkin kebahgian itu jangan cuba kita 'kejar'. Kerna jika kita 'kejar', kita sebetulnya meletakkan angka dalam fikiran kita. Kebahgian itu bukan tertegak dalam angka. Kerna ia tidak bisa di wakili dengan 1, 0, juga infiniti. Tapi kebahgian itu harus kita cari. Jika kita mencari, maka akan terjumpa. Itu aja. Kebahgian itu umpama nombor binari 1 dan 0. Antara ada dengan tiada. Jika ada, bermakna kita udah menjumpainya. Tapi jika tiada, bermaksud kita belum ketemu. Ngak usah di kejar.
Untuk itu, tanya diri, apa kita udah mencari kebahgian itu dalam diri, atau kita mengejarnya dalam diri? Mencari kebahgian itu dalam diri adalah dengan mengenali kelebihan juga kelemahan kita. Syukur atas apa yang kita punya, kerna dengan bersyukur, kita sebetulnya udah tidak cuba 'mengejar'. Tapi dengan syukur kita udah 'mencari' dan ketemu bahgia itu. Begitu juga hal-hal lain dalam hidup. Atas sebab itu, orang mengatakan , kebahgian sejati itu hanya di peroleh jika kita mendapat redha dariNya.(lihat, Redha itu bukan angka). Redha yang hanya akan kita peroleh dari hasil syukur kita kepadaNYa. Untuk ini, mari ita mencari bahgia itu. Jangan lagi cuba mengejarnya.
*aku cuba untuk bicara dengan santai dan mudah. harap ia terlihat begitu. HIhihi.
Bahgia itu terpulang pada kita untuk menentunya. Biar terlihat subjektif, tapi bahgia itu tidak seharusnya di biar flamboyan. Biar ia punyai warna yang bisa kita gapai. Umpamanya pelangi, ia tetap terlihat damai dan indah kerna punyai hanya 7 warna, jika hanya 100 warna pasti ia terlihat aneh. Dalam menulis kata kebahgian itu, kita sering gunakan perkataan 'mengejar' pada awalannya. Bermaksud, kita merasa kebahgian itu seharusnya sesuatu yang bisa di wakili dengan angka. kerna kita mengejar ia. JAdi, persoalannya, apa kebahagian itu bisa di wakili dengan angka. Jika bisa, ayuh kita coba.
Jika kita merasakan ia tidak harus di wakili dengan angka yang banyak, hanya tunggal, jadi cuba kita melihat dalam hidup. Apa memiliki seorang kekasih itu kita bisa berkata bahgia. Atau suami itu setia dengan seorang isteri akan bahgia. Terkadang punyai pacar yang ramai atau, punyai isteri yang ramai juga bisa membuatkan bahgia, hehehe. Perempuan juga begitu, mungkin jika suami dia punyai isteri yang lain dia baru bisa bahgia. Lalu jika penekanan satu atau tunggal itu ialah kebahgian, maka ia adalah sesuatu yang ngak bisa di jadi pegangan.
Angka satu itu juga ngak bisa mewakili kebahgian. Apa angka kosong itu adalah kebahgian? Jika kamu tidak punyai apa-apa. Hanya sendiri. Jelas kamu juga tidak bahgia. Kita hidup ini bukan untuk sendiri, bukan untuk duduk di atas angka kosong. Ngak punyai apa-apa. Misalnya uang atau anak. Jika kita ngak punyai uang atau anak, apa kita bisa bahgia? Lalu, angka kosong itu juga bukan sesuatu yang mewakili kebahgian.
Cuba pula kita mewakili kebahgian itu pula dengan angka yang banyak. Mungkin kita bahgia dengan uang yang berpuluh milyar, anak yang berbelas, juga harta yang bertimbun. Tapi apa mungkin kita bisa bahgia jika hutang kita juga banyak, masalah kita juga banyak? Malah, jika kebahgian itu dinilai dengan angka yang banyak, kita tidak akan pernah puas dengan apa yang ada . Ayat 'tidak pernah puas' itu sendiri bukan dalam golongan kata yang bahgia. Mudahnya kebahgian itu jangan di wakili dengan angka yang banyak. Kerna angka itu sebetulnya tidak akan habis. Biar sampai kiamat kita coba untuk menghitungnya. Bermkanan, kita tidak akan pernah puas (baca : tidak pernah bahgia)
Jadi, mungkin kebahgian itu jangan cuba kita 'kejar'. Kerna jika kita 'kejar', kita sebetulnya meletakkan angka dalam fikiran kita. Kebahgian itu bukan tertegak dalam angka. Kerna ia tidak bisa di wakili dengan 1, 0, juga infiniti. Tapi kebahgian itu harus kita cari. Jika kita mencari, maka akan terjumpa. Itu aja. Kebahgian itu umpama nombor binari 1 dan 0. Antara ada dengan tiada. Jika ada, bermakna kita udah menjumpainya. Tapi jika tiada, bermaksud kita belum ketemu. Ngak usah di kejar.
Untuk itu, tanya diri, apa kita udah mencari kebahgian itu dalam diri, atau kita mengejarnya dalam diri? Mencari kebahgian itu dalam diri adalah dengan mengenali kelebihan juga kelemahan kita. Syukur atas apa yang kita punya, kerna dengan bersyukur, kita sebetulnya udah tidak cuba 'mengejar'. Tapi dengan syukur kita udah 'mencari' dan ketemu bahgia itu. Begitu juga hal-hal lain dalam hidup. Atas sebab itu, orang mengatakan , kebahgian sejati itu hanya di peroleh jika kita mendapat redha dariNya.(lihat, Redha itu bukan angka). Redha yang hanya akan kita peroleh dari hasil syukur kita kepadaNYa. Untuk ini, mari ita mencari bahgia itu. Jangan lagi cuba mengejarnya.
*aku cuba untuk bicara dengan santai dan mudah. harap ia terlihat begitu. HIhihi.
Saturday, September 30, 2006
malam tanpa pelangi
JIka malam itu bisa punyai pelangi, apa kita masih memujakan keindahan bulan? Pasti. kita akan lebih mengujakan bulan lebih dari pelangi. Tapi jika di waktu siang bulan itu mucul, pasti pelangi pula yang akan kita pilih. Mujur hal seperti itu ngak akan terjadi. Itu aturan tuhan. Bulan untuk malam, pelangi untuk siang.
Keindahan tidak semuanya bisa wujud bersama. Tuhan itu adil. Ada ketika Dia udah mengasingkan setiap keindahan harus wujud dalam situasi yang berlainan. Umpamanya bulan. Ia wujud ketika malam. Kerna malam itu gelap. Jika ujud nya siang, pasti bulan itu tidak nampak indahnya, kerna terlindung dengan silau mentari. Pelangi juga begitu, jika ujud waktu malam, pasti akan terlihat janggal, tanpa di latari pemandangan gunung-gunung, hutan juga awan. Hanya gelap.
Dalam cinta, kita harus tahu, keindahan bagaimana yang kita bisa cipta. Keindahan bulan atau keindahan pelangi. ada waktu pasangan kita akan menjadi malam. Terlihat gelap, suram dan sepi. Harus kita datang kepadanya sebgai bulan yang terang . Suluh kegelapan dia. Pasti dia akan gembira. Tapi di saat, kekasih kita itu umpama siang yang cerah. Datang kepadanya sebagai pelangi yang ceria. Tambah ceriakan kehidupan dia. Dan pada waktu itu, keindahan akan lebih di hargai. Tapi untuk kebanyakkan waktu, aku lebih suka jadi awan. Yang bisa hadir dalam semua waktu. Biar tidak terlihat indah, tetapi setidaknya ia masih di pandang. Hehehe
Keindahan tidak semuanya bisa wujud bersama. Tuhan itu adil. Ada ketika Dia udah mengasingkan setiap keindahan harus wujud dalam situasi yang berlainan. Umpamanya bulan. Ia wujud ketika malam. Kerna malam itu gelap. Jika ujud nya siang, pasti bulan itu tidak nampak indahnya, kerna terlindung dengan silau mentari. Pelangi juga begitu, jika ujud waktu malam, pasti akan terlihat janggal, tanpa di latari pemandangan gunung-gunung, hutan juga awan. Hanya gelap.
Dalam cinta, kita harus tahu, keindahan bagaimana yang kita bisa cipta. Keindahan bulan atau keindahan pelangi. ada waktu pasangan kita akan menjadi malam. Terlihat gelap, suram dan sepi. Harus kita datang kepadanya sebgai bulan yang terang . Suluh kegelapan dia. Pasti dia akan gembira. Tapi di saat, kekasih kita itu umpama siang yang cerah. Datang kepadanya sebagai pelangi yang ceria. Tambah ceriakan kehidupan dia. Dan pada waktu itu, keindahan akan lebih di hargai. Tapi untuk kebanyakkan waktu, aku lebih suka jadi awan. Yang bisa hadir dalam semua waktu. Biar tidak terlihat indah, tetapi setidaknya ia masih di pandang. Hehehe
Friday, September 29, 2006
cinta di dalam tin 1
Untuk apa sardin dalam tin itu di cipta?. Pasti untuk kemudahan. Juga untuk di simpan jika terjadinya darurat, kerna sifatnya tahan lama tapi tetap enak. Tapi yang paling utama kerna ia bersifat segera juga mudah. Atas itu aku gemar sardin dalam tin. Aku tidak perlu bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Hanya perlu bersenang-senang dahulu dan bersenang-senang kemudian.
Jika dulu, sebelum terciptanya sardin dalam tin, untuk menikmati rasa sardin, harus tangkapa ikannya di laut atau beli aja di di pasar. Lalu cari bahan-bahan masaknya, di adun dan di masak . Bila di hidang ia jadi hidangan yang menyelerakan dan berkhasiat . Hurm, mungkin hanya ini kekurangan sardin dalam tin, tidak terlalu berkhasiat, tidak juga terlalu mengujakan. Tapi, tetap beres. Hihihi.
Cinta hari ini juga begitu . Seperti sardin dalam tin. Bersifat segera juga mudah. Ngak perlu lagi, pergi ke kenduri kendara untuk sesi jeling-menjeling teruna dara. Ia bisa di dapati di mana-mana. Di toko, di jalanan malah paling ngetop , di internet. Hhihihi. Dalam kadar waktu yang segera. Memudahkan.
Ngak juga perlu lagi segala macam aturan kuno seperti ketika mahu memasak sardin tomato. Hanya jika punayi uang lebih, bisa beli yang punyai lebel yang kualiti, pembungkus yang cantik. Jika ngak punya uang, cukup sekadar yang kecil-kecil dan yang paling penting pastikan ia punyai logo halal (jika anda muslim). Jika ia kedai saudara sebelah ibu atau bapa, atau juga kenalan, bisa hutang atau percuma. Hehehe. Yang penting, ia segera, biar belum tentu khasiatnya. Tapi ia tetap mengenyangkan. Itu yang perlu. Hihihi
Jika dulu, sebelum terciptanya sardin dalam tin, untuk menikmati rasa sardin, harus tangkapa ikannya di laut atau beli aja di di pasar. Lalu cari bahan-bahan masaknya, di adun dan di masak . Bila di hidang ia jadi hidangan yang menyelerakan dan berkhasiat . Hurm, mungkin hanya ini kekurangan sardin dalam tin, tidak terlalu berkhasiat, tidak juga terlalu mengujakan. Tapi, tetap beres. Hihihi.
Cinta hari ini juga begitu . Seperti sardin dalam tin. Bersifat segera juga mudah. Ngak perlu lagi, pergi ke kenduri kendara untuk sesi jeling-menjeling teruna dara. Ia bisa di dapati di mana-mana. Di toko, di jalanan malah paling ngetop , di internet. Hhihihi. Dalam kadar waktu yang segera. Memudahkan.
Ngak juga perlu lagi segala macam aturan kuno seperti ketika mahu memasak sardin tomato. Hanya jika punayi uang lebih, bisa beli yang punyai lebel yang kualiti, pembungkus yang cantik. Jika ngak punya uang, cukup sekadar yang kecil-kecil dan yang paling penting pastikan ia punyai logo halal (jika anda muslim). Jika ia kedai saudara sebelah ibu atau bapa, atau juga kenalan, bisa hutang atau percuma. Hehehe. Yang penting, ia segera, biar belum tentu khasiatnya. Tapi ia tetap mengenyangkan. Itu yang perlu. Hihihi
cinta di dalam tin.
Cinta itu bukan untuk di pandang. Tidak juga ntuk di dengar. Tapi cinta itu ntuk di nikmati. Bagaimana ia di nikamti itu pula jadi persoalan. Cinta itu umpama sardin dalam tin. Ia bisa di dapati dimana-mana. Di gedung-gedung mewah hingga ke toko-toko kecil di kampung. Tapi ketika tin sardin itu dalam gengaman, timbul persoalan, bagaimana mana mahu menikmati isinya. Jika di pegang aja atau hanya di letak di rak dapur, pasti ia akan usang di situ tanpa memberi apa-aapa makna untuk kita.
Begitu juga cinta. Ia bukan untuk di utusin surat sepanjang masa, bukan untuk hanya di lihat. Bukan juga untuk didengar suaranya di telpon. Tapi ia adalah sesuatu yang harus di nikmati. Aku ulang lagi, ia seharusnya di nikmati.
Menikmati cinta itu umpama juga menikamti sardin. Untuk menikmati sardin harus tahu bagaimana untuk membukanya. JIka membuka sardin, harus hati-hati agar kcinta tidak sakit, kita juga tidak terluka. Kemudian udah bisa membuka sradin tadi, harus juga tahu bagaimana cara untk menjamahnya. Ia bisa di dijamah langsung dari tin, ia juga bisa di campur dengan bahan-bahan lain untuk dimasak, baru di jamah lahap. BIsa di jamah di atas meja, di kedai, di rumah juga di tepi-tepi jalan.
Tapi aku terlupa hal yang penting, untuk menikmati sardin pastikan ia sardin yang udah di beli. Jangan sardin curi. Cinta juga begitu, pastikan udah di nikahi dulu. Baru bisa buka bukaan. Tapi biasanya, rasa srdin curi itu juga enak, tinggal lagi persoalan dosa dan pahala. Hehehe
Begitu juga cinta. Ia bukan untuk di utusin surat sepanjang masa, bukan untuk hanya di lihat. Bukan juga untuk didengar suaranya di telpon. Tapi ia adalah sesuatu yang harus di nikmati. Aku ulang lagi, ia seharusnya di nikmati.
Menikmati cinta itu umpama juga menikamti sardin. Untuk menikmati sardin harus tahu bagaimana untuk membukanya. JIka membuka sardin, harus hati-hati agar kcinta tidak sakit, kita juga tidak terluka. Kemudian udah bisa membuka sradin tadi, harus juga tahu bagaimana cara untk menjamahnya. Ia bisa di dijamah langsung dari tin, ia juga bisa di campur dengan bahan-bahan lain untuk dimasak, baru di jamah lahap. BIsa di jamah di atas meja, di kedai, di rumah juga di tepi-tepi jalan.
Tapi aku terlupa hal yang penting, untuk menikmati sardin pastikan ia sardin yang udah di beli. Jangan sardin curi. Cinta juga begitu, pastikan udah di nikahi dulu. Baru bisa buka bukaan. Tapi biasanya, rasa srdin curi itu juga enak, tinggal lagi persoalan dosa dan pahala. Hehehe
Thursday, September 28, 2006
cinta aku aku ini harganya murah
Jika cinta (baca:cinta sesama manusia) itu bisa di beli. Pasti aku hanya mampu membeli cinta yang murah. Tidak samapi RM100. Mungkin cinta di dalam tin, atau juga cinta yang di pek dalam bekas kedap udara. Tidak cnta yang di letak dalam kotak perak bertahta berlian atau juga dalam bekas kaca bersadur emas.
Ini kerna untuk cinta, ia bukan hal yang utama dalam hidup aku yang perlu untuk di biyai. Tapi cinta adalah hal yang penting untuk di hargai. Tidak kira apa pun harga nya cinta itu, yang utama ialah cara kita menyentuh, menjaga juga eletakkan cinta itu yang utama.
Jika cinta yang di bisa dibeli tadi, adalah cinta yang berharag jutaan milyar. Berada dalam kotak emas bertahta intan. Tapi hanya di letak di tanah. Di biar berhujan juga berpanas. Ngak di jaga. ngak di rawat. Ngak di peduli. Pasti cinta itu bisa hilang indahnya. Mahal akan terlihat murah. Berkarat. Atau bisa juga hilang kerna di curi orang.
Tapi jika cinta dalam tin yang harganya murah tadi di letakkan di tempat yang indah. Mungkin di almari kaca, di ruang tamu . Atau di atas kepala katil ibu. Sentiasa di rawat agar tidak berdebu. Di gilap juga di hias indah. Pasti cinta itu akan terpandang mahal juga berharga.
Jadi jika ada yang bertanyakan kepada aku, berapa nilai cinta aku. Jangan terkejut jika aku berkata cinta aku ini murah aja, malah mungkin aku dapatkan ia percuma. Tapi jika di tanya bagaimana aku menilaikan cinta itu. Pasti jawab aku, aku menilaikannya lebih dari dunia seisinya. i love u (untuk sesiapa aja)
Ini kerna untuk cinta, ia bukan hal yang utama dalam hidup aku yang perlu untuk di biyai. Tapi cinta adalah hal yang penting untuk di hargai. Tidak kira apa pun harga nya cinta itu, yang utama ialah cara kita menyentuh, menjaga juga eletakkan cinta itu yang utama.
Jika cinta yang di bisa dibeli tadi, adalah cinta yang berharag jutaan milyar. Berada dalam kotak emas bertahta intan. Tapi hanya di letak di tanah. Di biar berhujan juga berpanas. Ngak di jaga. ngak di rawat. Ngak di peduli. Pasti cinta itu bisa hilang indahnya. Mahal akan terlihat murah. Berkarat. Atau bisa juga hilang kerna di curi orang.
Tapi jika cinta dalam tin yang harganya murah tadi di letakkan di tempat yang indah. Mungkin di almari kaca, di ruang tamu . Atau di atas kepala katil ibu. Sentiasa di rawat agar tidak berdebu. Di gilap juga di hias indah. Pasti cinta itu akan terpandang mahal juga berharga.
Jadi jika ada yang bertanyakan kepada aku, berapa nilai cinta aku. Jangan terkejut jika aku berkata cinta aku ini murah aja, malah mungkin aku dapatkan ia percuma. Tapi jika di tanya bagaimana aku menilaikan cinta itu. Pasti jawab aku, aku menilaikannya lebih dari dunia seisinya. i love u (untuk sesiapa aja)
Wednesday, September 27, 2006
catatan untuk perempuan 7
Ada perempuan yang prihatin. Jika dia mau shopping, dia ngak pernah mau berteman dengan kekasih hati. Dengan alasan, dia merasa si lelaki itu sebetulnya akan terbeban jika mengikuti dia. Terbeban kerna terpaksa menunggu lama juga terbeban kerna terpaksa jadi tukang angkut. Dia seorang yang teliti, jadi untuk apa juga jenis pembelian, harus memasuki 10 gedung. Jadi bayangkan untuk 10 jenis pembelian. Iya, aku tahu ini percontohan yang melampau, tapi aku suka. Hihihi.
Hanya itu jenis lelaki yang perempuan fikir. Tidak bagus di ajak shopping, kerna si lelaki tidak akan memahami sikap perempun dalam hal ini juga si lelaki akan memberi aura negatif kerna sering mendesak juga marah-marah kerna terlalu lama memilih. Ini ngak benar sama sekali. Ada juga sejenis lelaki yang gemar untuk mengikuti si perempuan shopping. Lelaki itu rela, mengikut dari satu toko ke toko yang lain, dari satu gedung ke gedung yang lain. Tanpa banyak bicara. Juga sabar menunggu. Malah jika mereka tidak ajak untuk menemani si kekasih sgopping, lelaki ini tadi merasa terpukul, seolahnya tidak di percayai untuk bisa di harap. Motivasi si lelaki seperti ini adalah, untuk bersama si perempuan. Untuk menemani, menjaga juga untuk mencuri pandang wajah yang di cintai mereka. Itu cukup indah bagi lelaki.
Jadi, untuk perempuan , jangan merasa bersalah untuk mencuba mengajak teman kamu itu ikut shopping sama. Mana tahu, teman lelaki kalian itu termasuk dalam golongan yang suka ikutin shopping. Beri mereka ruang untuk tunjuk sikap mereka. Cuma, pastikan punyai waktu yang tepat untuk aktiviti ini. Tapi jika dia ngak mau, jangan paksa kerna si lelaki itu bukan jenis yang satu ini.
Hanya itu jenis lelaki yang perempuan fikir. Tidak bagus di ajak shopping, kerna si lelaki tidak akan memahami sikap perempun dalam hal ini juga si lelaki akan memberi aura negatif kerna sering mendesak juga marah-marah kerna terlalu lama memilih. Ini ngak benar sama sekali. Ada juga sejenis lelaki yang gemar untuk mengikuti si perempuan shopping. Lelaki itu rela, mengikut dari satu toko ke toko yang lain, dari satu gedung ke gedung yang lain. Tanpa banyak bicara. Juga sabar menunggu. Malah jika mereka tidak ajak untuk menemani si kekasih sgopping, lelaki ini tadi merasa terpukul, seolahnya tidak di percayai untuk bisa di harap. Motivasi si lelaki seperti ini adalah, untuk bersama si perempuan. Untuk menemani, menjaga juga untuk mencuri pandang wajah yang di cintai mereka. Itu cukup indah bagi lelaki.
Jadi, untuk perempuan , jangan merasa bersalah untuk mencuba mengajak teman kamu itu ikut shopping sama. Mana tahu, teman lelaki kalian itu termasuk dalam golongan yang suka ikutin shopping. Beri mereka ruang untuk tunjuk sikap mereka. Cuma, pastikan punyai waktu yang tepat untuk aktiviti ini. Tapi jika dia ngak mau, jangan paksa kerna si lelaki itu bukan jenis yang satu ini.
Tuesday, September 26, 2006
Saat aku tertunduk pada perempuan
Teman aku, (seprti biasa, mesti seorang perempuan cantik) punyai cara untuk melepas tekakan di hati. Dia akan mengunci dirinya di bilik, kemudia dia menagis. Bukan kerna dia menangis aku jadi heran, kerna airmata itu emangnya teman si perempuan. Tapi cara dia menangis. Dia menangis seolahnya dia udah kehilangan. (apa-apa aja yang berharga bagi pendapat kalian).
Aku dengan tidak merasa apa-apa, bertanya ama dia. Kamu Ok?. Dia bilang dia ok. Aku tanya lagi, tapi, kenapa kamu menangis berat. Dia bilang, hanya itu cara untuk dia melepas tekanan. aku bicara lagi. Jika begitu biar aku memujuk mu. Dia tersenyum membalas. Aku sebetulnya suka bersendirian di saat sebegitu, jadi sulit untuk aku mengiyakan pelwaan kamu. Aku hilang bicara.
Aku semakin hilang pedoman untuk memahami hati perempuan. Di saat mereka perlu di pujuk, mereka gemar sendiri-sendiri. tapi di saat mereka ngak perlu dipujuk, meraka mahu pula kita pujuk. Sering terjadi. Aku tanya, kenapa kamu. Dia diam. Kenapa, apa aku ada salah ama kamu. Dia diam. Aku terus berlalu dari situ, mungkin dia mahu sendiri fikirku. Tiba-tiba, itulah lelaki, ngak pernah mau untuk memujuk. Eh, langkah aku terhenti. Kenapa sih. tapi kerna air mata ngak ada, aku bisa aja terus berlalu, sehingga aku terdengar esak tangis berkata. Kamu lambat datang, udah lambat ngak mau memujuk pula. Lalu aku lemah. bukan kerna aku sedar salah aku, tapi kerna airmata perempuan. Tapi, setidak-tidaknya untuk waktu ini, airmta perempuan itu punyai alasan untuk jatuh. Biar alasan yang kosong.
Perempuan, untuk itu aku bisa mengerti, jika airmata itu lahir dari kamu, tanpa ada alasan, ia tidak pernah bermakna untuk di pujuk, kerna airmata yang terbit tanpa alasan itu udah sedia memujuk. Tapi, airmata yang terbit itu tidak kira, sama ada beralasan atau tidak juga sebetulnya penunduk bagi lelaki yang punyai ego sederhana seperti aku. Aduh.
Kesimpulannya? Tiada keseimpulan kerna airmata perempuan itu tidak pernah punyai kesimpulan.
Aku dengan tidak merasa apa-apa, bertanya ama dia. Kamu Ok?. Dia bilang dia ok. Aku tanya lagi, tapi, kenapa kamu menangis berat. Dia bilang, hanya itu cara untuk dia melepas tekanan. aku bicara lagi. Jika begitu biar aku memujuk mu. Dia tersenyum membalas. Aku sebetulnya suka bersendirian di saat sebegitu, jadi sulit untuk aku mengiyakan pelwaan kamu. Aku hilang bicara.
Aku semakin hilang pedoman untuk memahami hati perempuan. Di saat mereka perlu di pujuk, mereka gemar sendiri-sendiri. tapi di saat mereka ngak perlu dipujuk, meraka mahu pula kita pujuk. Sering terjadi. Aku tanya, kenapa kamu. Dia diam. Kenapa, apa aku ada salah ama kamu. Dia diam. Aku terus berlalu dari situ, mungkin dia mahu sendiri fikirku. Tiba-tiba, itulah lelaki, ngak pernah mau untuk memujuk. Eh, langkah aku terhenti. Kenapa sih. tapi kerna air mata ngak ada, aku bisa aja terus berlalu, sehingga aku terdengar esak tangis berkata. Kamu lambat datang, udah lambat ngak mau memujuk pula. Lalu aku lemah. bukan kerna aku sedar salah aku, tapi kerna airmata perempuan. Tapi, setidak-tidaknya untuk waktu ini, airmta perempuan itu punyai alasan untuk jatuh. Biar alasan yang kosong.
Perempuan, untuk itu aku bisa mengerti, jika airmata itu lahir dari kamu, tanpa ada alasan, ia tidak pernah bermakna untuk di pujuk, kerna airmata yang terbit tanpa alasan itu udah sedia memujuk. Tapi, airmata yang terbit itu tidak kira, sama ada beralasan atau tidak juga sebetulnya penunduk bagi lelaki yang punyai ego sederhana seperti aku. Aduh.
Kesimpulannya? Tiada keseimpulan kerna airmata perempuan itu tidak pernah punyai kesimpulan.
Monday, September 25, 2006
Perempuan Cina di Putrajaya
Pada suatu petang. Aku duduk-duduk di suatu kawasan di Putrajaya (adeh, aku ngak bisa bercerita begini). Ada suatu petang, aku sendiri, menunggu teman aku. Aku sendiri di Putrajaya. Dalam aku duduk-duduk, aku terpandang, dua orang perempuan Cina juga seprti aku. Duduk-duduk. Mungkin seperti aku baru udah urusan di suatu pejabat di Putrajaya.
Perempuan itu pertengahan umur, tidak cantik (maaf, hihihi). Tapi aku masih tertarik untuk memerhati dia berbanding perempuan-perempuan Melayu lain yang lebih cantik dan lagi ramai waktu itu. Mulanya aku memrhati kerna pandangn aku kontras. Tapi secara nagk sedar aku mula merasa malu.
Aku melihat Perempuan Cina itu berbicara sesama mereka. Sambil jari telunjuk menunjuk-nunjuk kerah bangunan yang indah-indah di sekitar mereka. Aku pasti perempuan Cina itu sedang memuji keindahan bangunan. Dalam masa sama aku pasti dalam hati mereka, ada sedikit terkilan kerna semua pekerja kerajaan di Putrajaya itu 95% adalah Melayu (statistik aku sendiri). Tapi pasti perempuan Cina itu juga berfikir dalam hati, begini hasil duit cukai yang aku bayar. Aku jadi malu bila membayangkan apa yang didalam hati perempuan Cina itu. Malu kerna, seolahnya bangsa aku ini hanya untuk bekerja dengan kerajaan, dan malu kerna kebanyakkan pembayar cukai adalah dari kaum Cina, yang mana uang dari cukai itulah yang membina Putrajaya.
Seketika itu, aku mencubit hatiku dengan ingatan bahawa, cuba aku berjalan-jalan pula di KLCC, pasti 95% peniaga di situ adalah kaum Cina. Jadi apa harus aku malukan, malah mereka tidak akan bersimpati pada aku yang jalan-jalan sendiri, sepreti mana aku bersimpati pada perempuan Cina itu. Jadi, di sini jelas, bahawa, jika aku ini mewakili kaum Bumiputra, kesimpulan yang bisa di buat, golongan Bumiputra ini cepat bersimpati atas sesuatu sebab yang ngak perlu. Lantas atas itu, segala yang dimiliki mudah untuk di kongsi, biar mereka sendiri tidak pernah meminta ntuk berkongsi apa yang di peroleh oleh kaum Cina.
Untuk petang itu, aku masih buntu, tidak bisa membuat kesimpulan dari apa yang terjadi dalam fikiran aku. Aku kira, Melayu itu tidak malas, tidak juga bodoh. tapi terlalu baik, hingga mudah jatuh simpati. Atas itu mereka belum mampu kehadapan. Hurm, ini keseimpulan separuh masak aku kira. Kerna aku lagi mudah untuk memberi kesimpulan dalam perbincangan mengenai cinta. Tidak untuk perbincangan ini.
Kemudai, datang sebuah kereta merc mengambil dua orang perempuan Cina itu. Sedang aku masih menati temanku mengambilku dengan motorsikal 4 lejang buatan Jepun yang uzur.
Perempuan itu pertengahan umur, tidak cantik (maaf, hihihi). Tapi aku masih tertarik untuk memerhati dia berbanding perempuan-perempuan Melayu lain yang lebih cantik dan lagi ramai waktu itu. Mulanya aku memrhati kerna pandangn aku kontras. Tapi secara nagk sedar aku mula merasa malu.
Aku melihat Perempuan Cina itu berbicara sesama mereka. Sambil jari telunjuk menunjuk-nunjuk kerah bangunan yang indah-indah di sekitar mereka. Aku pasti perempuan Cina itu sedang memuji keindahan bangunan. Dalam masa sama aku pasti dalam hati mereka, ada sedikit terkilan kerna semua pekerja kerajaan di Putrajaya itu 95% adalah Melayu (statistik aku sendiri). Tapi pasti perempuan Cina itu juga berfikir dalam hati, begini hasil duit cukai yang aku bayar. Aku jadi malu bila membayangkan apa yang didalam hati perempuan Cina itu. Malu kerna, seolahnya bangsa aku ini hanya untuk bekerja dengan kerajaan, dan malu kerna kebanyakkan pembayar cukai adalah dari kaum Cina, yang mana uang dari cukai itulah yang membina Putrajaya.
Seketika itu, aku mencubit hatiku dengan ingatan bahawa, cuba aku berjalan-jalan pula di KLCC, pasti 95% peniaga di situ adalah kaum Cina. Jadi apa harus aku malukan, malah mereka tidak akan bersimpati pada aku yang jalan-jalan sendiri, sepreti mana aku bersimpati pada perempuan Cina itu. Jadi, di sini jelas, bahawa, jika aku ini mewakili kaum Bumiputra, kesimpulan yang bisa di buat, golongan Bumiputra ini cepat bersimpati atas sesuatu sebab yang ngak perlu. Lantas atas itu, segala yang dimiliki mudah untuk di kongsi, biar mereka sendiri tidak pernah meminta ntuk berkongsi apa yang di peroleh oleh kaum Cina.
Untuk petang itu, aku masih buntu, tidak bisa membuat kesimpulan dari apa yang terjadi dalam fikiran aku. Aku kira, Melayu itu tidak malas, tidak juga bodoh. tapi terlalu baik, hingga mudah jatuh simpati. Atas itu mereka belum mampu kehadapan. Hurm, ini keseimpulan separuh masak aku kira. Kerna aku lagi mudah untuk memberi kesimpulan dalam perbincangan mengenai cinta. Tidak untuk perbincangan ini.
Kemudai, datang sebuah kereta merc mengambil dua orang perempuan Cina itu. Sedang aku masih menati temanku mengambilku dengan motorsikal 4 lejang buatan Jepun yang uzur.
Subscribe to:
Posts (Atom)