Cerita tentang embun. Ia akan hadir ketika kita sedang lena. Turunnya secara pelan-pelan. Ngak berbunyi. Ia meliputi seluruh alam pagi. Kita ketika tu pasti merasa cukup enak kerna kita masih dalam selimut. Tapi tatkala kita udah sadar dari tidur dan ingin melangkah mencuci badan, baru kita merasa kesan dari embun tadi. Suasana jadi dingin dan kita merasa cukup malas. Kita secara tiba-tiba takutkan air kerna ia sejuk padahal sebelum ini air adalah yang kita agungkan dalam perjalanan hidup kita. Kita akan meyalahkan terus pagi biar hakikatnya pagi itu di sejukkan oleh embun.
Masalah hati itu seperti embun. Sebetulnya ia sudah tiba dalam diri, tapi ia hadir secara pelan-pelan. Tapi kerna kita masih lena dalam selimut kebahgian, kita merasakan masalah hati itu cukup nyaman. Tapi tatkala kita mula menyingkap selimut dan ingin terus meneruskan hidup ke arah yang lagi jauh. Kita mulai sedar kita sudah menjadi malas untuk menyentuh hidup. Padahal, kta merasakn hidup itu adalah anugerah yang paling agung. Kerna hidup kita mulai dingin dan tidak seperti hari-hari lalu yang hangat. Kita menghindari realiti hidup dan termenung. Kita mudah menyalahkan suasana sekeliling biar angkara sebenar yang membuat hidup kita dingin ialah masalah dalam hati.
Jadi untuk masalah hati, teruskan aja hidup kerna embun akan hilang bila mentari menyentuh bumi. Masalah hati akan terubat bila kita keluar mencari cahaya atu membiar ia datang kepada kita. Tapi sentiasa beringat bahawa, esoknya embun pasti akan turun lagi.
No comments:
Post a Comment