Tuesday, August 12, 2008

surat untuk ayah

Ayah, lamanya tidak bertanya khabar, tidak juga mengirim berita. Hanya sekejap-sekejap mengirim doa. Namun pagi ini, saat hati ini merinding dengan persoalan hati, bayang ayah datang juga di pelupuk mata.

Ayah, sudah lama persoalan ini berkocak lalu mengombak dalam hati, mahu dibicarakan tidak pasti, mahu dilukiskan tidak mengerti. Mujur, hati masih mampu menuntun jari-jari ini untuk menuliskannya. Biar ayah tahu, anakmu ini tetap cuba menjadi seperti ayah dan ibu, manusia-manusia yang sedar dan bersyukur yang dirinya adalah hamba.

Ayah, apa bezanya dosa dan pahala? Saat pahala disulam, hati ini tersenyum lalu berharap ia sampai ke langit menjadi sulaman indah buat akhirat. Saat dosa dirajut, hati ini tanpa sedar, juga tersenyum, biar langsung tidak pernah berharap agar ia menjadi rajutan api untuk akhirat.

Ayah, mengapa hati ini tersenyum saat pahala dan dosa itu digurat dengan jemari? Mengapa hati tersenyum saat dosa dan pahala itu sayup-sayup ditatap mata? Mengapa hati ini masih mampu tersenyum saat dosa dan pahala itu lirih diucap lidah? Sekiranya saat dosa dan pahala itu dizahir, hati tetap tersenyum, lalu apa beza kedua-duanya?

Ayah, jiwa ini khuatir tidak mampu seperti ayah, manusia yang sedar dirinya hamba. Khuatir dengan banyaknya dosa yang dikumpul lalu bertambah rusuh kerana hati ini masih mampu merekahkan senyum.

Ayah, apa mungkin anakmu ini sudah mati hatinya? Apa mungkin anakmu ini sudah tidak kenal siapa Tuhannya? Lalu, nikmat dosa dan pahala itu tetap dirasa sama. Ayah, bagaimana?

Ayah, kalimat apa yang nian indah dilidah untuk dilafaz kepada hati, agar menangis saat dosa tertulis? Kalimat apa yang nian indah dimata untuk dilukis pada hati agar disesali saat dosa sudah berkudis?

Ayah, jangan tahan jawapanmu, titipkannya melalui doa, kirimkannya melalui apa sahaja. Agar anakmu ini lekas tahu beza dosa dan pahala, agar anakmu ini nanti sedar dirinya adalah hamba dan agar anakmu ini tidak lagi tersenyum saat dirinya sudah berdosa.

3 comments:

Artozy said...

Jiwa menjadi kacau setelah membaca surat untuk ayah ini.

Lily Abdullah said...

Syukur kamu masih bisa menitip surat untuk ayah. Saya hanya mampu menitip doa.

MDM FARAH FAIZURA said...

:-)

nota: x tau nak ckp apa :-P