Tuesday, October 03, 2006

kebahgian bukan untuk di kejar.

Apa sih yang kita kejar dalam hidup. Jika kita bilang Kita kejar bahgia, tapi bahgia yang gimana. Apa dengan punyai pacar yang ganteng, cantik, kita udah bahgia. Atau, kita punyai suami atau isteri yang setia melayan kita dengan penuh kasih kita udah bahgia. Atau lagi, kita punyai sepasang anak yang comel kita udah bahgia. Mungkin, kita punyai uang yang banyak, ngak punyai utang kita baru bahgia.

Bahgia itu terpulang pada kita untuk menentunya. Biar terlihat subjektif, tapi bahgia itu tidak seharusnya di biar flamboyan. Biar ia punyai warna yang bisa kita gapai. Umpamanya pelangi, ia tetap terlihat damai dan indah kerna punyai hanya 7 warna, jika hanya 100 warna pasti ia terlihat aneh. Dalam menulis kata kebahgian itu, kita sering gunakan perkataan 'mengejar' pada awalannya. Bermaksud, kita merasa kebahgian itu seharusnya sesuatu yang bisa di wakili dengan angka. kerna kita mengejar ia. JAdi, persoalannya, apa kebahagian itu bisa di wakili dengan angka. Jika bisa, ayuh kita coba.

Jika kita merasakan ia tidak harus di wakili dengan angka yang banyak, hanya tunggal, jadi cuba kita melihat dalam hidup. Apa memiliki seorang kekasih itu kita bisa berkata bahgia. Atau suami itu setia dengan seorang isteri akan bahgia. Terkadang punyai pacar yang ramai atau, punyai isteri yang ramai juga bisa membuatkan bahgia, hehehe. Perempuan juga begitu, mungkin jika suami dia punyai isteri yang lain dia baru bisa bahgia. Lalu jika penekanan satu atau tunggal itu ialah kebahgian, maka ia adalah sesuatu yang ngak bisa di jadi pegangan.

Angka satu itu juga ngak bisa mewakili kebahgian. Apa angka kosong itu adalah kebahgian? Jika kamu tidak punyai apa-apa. Hanya sendiri. Jelas kamu juga tidak bahgia. Kita hidup ini bukan untuk sendiri, bukan untuk duduk di atas angka kosong. Ngak punyai apa-apa. Misalnya uang atau anak. Jika kita ngak punyai uang atau anak, apa kita bisa bahgia? Lalu, angka kosong itu juga bukan sesuatu yang mewakili kebahgian.

Cuba pula kita mewakili kebahgian itu pula dengan angka yang banyak. Mungkin kita bahgia dengan uang yang berpuluh milyar, anak yang berbelas, juga harta yang bertimbun. Tapi apa mungkin kita bisa bahgia jika hutang kita juga banyak, masalah kita juga banyak? Malah, jika kebahgian itu dinilai dengan angka yang banyak, kita tidak akan pernah puas dengan apa yang ada . Ayat 'tidak pernah puas' itu sendiri bukan dalam golongan kata yang bahgia. Mudahnya kebahgian itu jangan di wakili dengan angka yang banyak. Kerna angka itu sebetulnya tidak akan habis. Biar sampai kiamat kita coba untuk menghitungnya. Bermkanan, kita tidak akan pernah puas (baca : tidak pernah bahgia)

Jadi, mungkin kebahgian itu jangan cuba kita 'kejar'. Kerna jika kita 'kejar', kita sebetulnya meletakkan angka dalam fikiran kita. Kebahgian itu bukan tertegak dalam angka. Kerna ia tidak bisa di wakili dengan 1, 0, juga infiniti. Tapi kebahgian itu harus kita cari. Jika kita mencari, maka akan terjumpa. Itu aja. Kebahgian itu umpama nombor binari 1 dan 0. Antara ada dengan tiada. Jika ada, bermakna kita udah menjumpainya. Tapi jika tiada, bermaksud kita belum ketemu. Ngak usah di kejar.

Untuk itu, tanya diri, apa kita udah mencari kebahgian itu dalam diri, atau kita mengejarnya dalam diri? Mencari kebahgian itu dalam diri adalah dengan mengenali kelebihan juga kelemahan kita. Syukur atas apa yang kita punya, kerna dengan bersyukur, kita sebetulnya udah tidak cuba 'mengejar'. Tapi dengan syukur kita udah 'mencari' dan ketemu bahgia itu. Begitu juga hal-hal lain dalam hidup. Atas sebab itu, orang mengatakan , kebahgian sejati itu hanya di peroleh jika kita mendapat redha dariNya.(lihat, Redha itu bukan angka). Redha yang hanya akan kita peroleh dari hasil syukur kita kepadaNYa. Untuk ini, mari ita mencari bahgia itu. Jangan lagi cuba mengejarnya.

*aku cuba untuk bicara dengan santai dan mudah. harap ia terlihat begitu. HIhihi.

4 comments:

azeel said...

aku keletihan mengejar kebahagiaan yang cuba menjauhkan diri kebelakangan ini. aku perlukan rehat sekarang.

dan aku sedar selepas membaca tulisanmu,di masa depan aku cuma mencari sahaja kebahagiaan hingga aku bisa ketemu.

Anonymous said...

azim,

usaha dan tawakal...
insyaAllah berjaya.

.:mUnies:. said...

kejar? tak pernah pon aku kejar kebahagiaan...sebab kalu aku kejar...dapat ker ? bukan dier dtg sendiri ker ?

MDM FARAH FAIZURA said...

azim,

bagi muslim,

apa yg sering di peringatankan oleh Allah kepada kita ialah

proses bukan hasil.

bersykurlah berbanggalah kamu udah melakasanakan proses itu dengan sesungguh hatimu

...

munie comel,

di Sarawak, kebahgian itu datang sendiri

cuma perlu beli tiketnya,

tiket bot ekspress Bahagia Ah Chee