Aku sering memerhati burung-burung yang terbang. Aku lihat kadang meraka berpasangan, kadang juga mereka sendiri. Timbul satu pertanyaan dalam hati aku, adakah burung-burung ini tahu ertinya cinta. Dan aku bersyukur, aku membayangkan bahawa Allah mungkin hanya memberi mereka naluri untuk mengawan tapi tidak untuk cinta. Kerna jika burung-burung ini di beri rasa cinta pasti kita akan melihat banyaknya burung-burung gagak tidak akan lagi galak untuk berkicau kerna cintanya di tolak oleh burung merak. (aku ambil contoh gagak dengan merak)
Gagak umpama burung jalanan yang hanya mencari makan di tong-tong sampah . Manakala merak adalah burung yang terpilih hidup selesa di sangkar-sangkar besar di rumah-rumah orang kaya. Di beri makan-makan yang mewah. Jadi untuk gagak mencintai merak adalah tidak mungkin, jadi gagak hanya mampu untuk memerhati merak dan akhirnya gagak akan mencintai untuk dikecewa. Hurm.
Aku bersyukur itu tidak terjadi pada burung-burung. Dan aku sekali-sekala merasa cemburu dengan burung-burung kerna mereka tidak perlu untuk rasa cinta. Biar meraka tidak merasa manisnya cinta, tapi mereka tidak juga merasa betapa sakitnya cinta. Kurang satu lagi masalah.
AKu tidak berhasrat untuk menceritakan apa itu rasa sakit dalam cinta. Apa itu rasa kecewa dalam cinta. Kerna aku yakin pasti ada diantara kalian yang lagi tahu dari aku. Aku sebetulnya kurang terdedah untuk rasa-rasa sebegini. Aku pernah mengalami tapi tidak pada tingkat yang tinggi. Hanya untuk merasa tersentak kemudian hati aku kaku untuk sesaat. Bangun pagi esoknya aku kembali seperti kemarin. Tersenyum melihat nasi goreng yang udah terhidang di atas meja makan. Aku lupa apa yang aku rasa semalam.
Jadi aku kira kecewa aku itu tidak pada tingkat tinggi kerna aku masih punyai selera makan juga masih mau mandi. Tidak seperti sesetangah yang aku jumpa, mereka langsung tiada motivasi untuk meneruskan setiap saat hidup mereka. Langsung terus berubah. Sama ada terus jadi kurus atau, terus jadi gemuk. Aku tidak pasti kenapa hal seperti itu terjadi tapi ia memang terjadi. Beri aku hujah jika aku silap. ehehe.
Tapi aku fikir luka bagaimana yang paling memberi impak dalam cinta. Apa luka kerna di tinggalkan, atau luka kerna di duakan. Juga luka di bohongi kekasih luka kerna halangan orang tua atau luka yang bagaimana. Kalau di tanya pada aku, aku biasanya luka kerna aku mudah untuk jatuh cinta. tapi amat-amat sukar untuk memberitahu cinta aku kepada orang itu. Dan aku terluka kerna aku membiar dia jatuh ke kepada cinta orang lain, hanya kerna aku yakin orang lain itu lebih bagus dari aku dan lebih layak untuk membahgiakan dia. Tapi itu dulu, aku ulang, itu dulu. Hehehe.
Aku fikir lagi, bukan bagaimana kita terluka yang menentukan tingkat luka yang akan kita hadapi. Tapi bagimana kita meletakkan harapan kita. Harapan ini sebenarnya yang menyebabkan kita terluka dalam atau terluka yang hanya gores. Secara hukum, semakin lama kita bercinta, semakin tinggi juga harapan yang kita tumbuhkan dalam hati. Dan apabila cinta itu tumbang, maka harapan tinggi turut sama tumbang lantas memberi impak yang cukup besar pada luka di hati. Kelukaan yang ngak kan bisa sembuh untuk satua atau dua hari.
Janji-janji yang banyak juga perlu kita awasi. Kerna secara tidak sadar, sebenarnya janji-janji yang diberi kepada kita akan menerbitkan harapan yang tinggi. Lagi sekali, harapan yang tinggi itu akan membunuh jika ia jatuh. Janji-janji ini biasanya lahir dari bicara-bicara yang manis dan kita mudah digula-gulakan dengan bicara-bicara seperti ini. Jadi awas dengan bicara-bicara manis. hehehe
Jika harapan yang tinggi itu membunuh jadi apa lagi yang perlu kita tumbuhkan dari rasa cinta? Aku tidak pernah bilang harapan tinggi itu tidak bagus, tapi harapan setinggi mana pun harus ia punyai sandaran. Sandaran yang memastikan harapan itu tidak jatuh. tapi biar pun ia jatuh, harus secara perlahan juga lambat-lambat. Kerna lukanya pasti tidak akan dalam. Bagi pengalaman aku yang cukup kurang ini, biasanya sandaran harapan tinggi aku lebih kepada takdir. Aku menyerahkan segala keputusan akhir kepada takdir. Jadi jika cinta aku gagal, aku memberitahu diri aku, ini udah takdir aku. Tapi terkadang ia membuat aku malas untuk berusaha dalam cinta . hehehe.
Ada juga yang menyandarkan pada cinta yang lain. Bila harapan untuk cinta ini runtuh maka dia masih punyai cinta lain untuk mendukung harapan cinta dia. lantas tidak perlu terluka. Masalahnya ialah, bila kedua-dua cinta tadi terus subur dan harapan semakin kukuh. Jadi bagaimana untuk membahagikan dua harapan yang tinggi dengan kemampuan yang terhad. Atas rasional itu aku tidak pernah untuk memiliki dua cinta. Dan aku bilang lagi, itu dulu. hehehe.
Tapi sebagus-bagus sandaran ialah iman. Bila iman kita bagus maka kita punyai sandran yang bagus. Iman bukan sekadar berpegang kepada takdir. Iman turut meliputi perbuatan , pengucapan juga niat. Jadi, atas itu cinta yang tumbuh akan terjaga, juga harapan yang terbit dari itu juga adalah harapan yang sederhana juga terkawal. Ini adalah sebaik-baik harapan dalam cinta. Sederhana tapi terkawal.
Berkenaan harapan juga, aku pernah ketemu seorang teman, dan bagusnya dia teman perempuan yang cantik. Dia mengajarkan aku untuk memilih cara yang paling kejam. Untuk semua cinta yang dia pilih, dia langsung tidak memberi harapan. Bagi dia harapan yang tumbuh adalah harapan yang palsu. Harapan itu tidak pernah tumbuh dalam cinta. Ia hanya tumbuh jika dia betul-betul udah di miliki secara yang sah. Aku akui itu cara yang bagus. Biar terlalu menyakitkan. Dia sentiasa memberi yang terbaik untuk semua cinta dia tapi dia tidak pernah merasai manisnya cinta itu kerna dia sentiasa aja mencantas harapan yang tumbuh. Bagi dia, cinta itu mungkin hanya bisa di temukan selepas mati. Aduh, aku bungkam dan aku sentiasa berdoa dia bisa ketemukan harapan. Biar bukan dengan aku (aku sentiasa memperingati para gadis aku bukan pilihan yang wajar..eheheh)
Untuk diri aku. Sentiasa peringatkan hati supaya memberi harapan yang jujur juga sentisa melahirkan harapan yang bisa di capai. Jangan pernah terlalu berharap atas sesuatu yang datang dari manusia. Aku juga manusia jadi, jangan berharap dengan aku. ehehehe
No comments:
Post a Comment