Friday, December 15, 2006

memanusiakan budaya

Satu cara mudah untuk memahami budaya dan manusia ialah dengan melihat tandas rumah kalian. Ada tandas cangkung ada juga tandas duduk. Budaya itu seperti tandas. Di mana fungsi tandas pasti aja sama tapi cara kerja tandas itu berbeda. Berfungsi untuk melindungi kejelekan kita dari terdedah semasa melaksanakan urusan pembuangan sisa perut. Itu fungsi tandas. Cuma sama ada kita mengcangkung atau duduk, terserah kepada berat tubuh. Untuk yang bertubuh kecil, biasanya selesa mengcangkung, jika tubuh besar, mencangkung itu tidak selesa . Harus berat tubuh ditampung dengan duduk.

Budaya juga begitu, segala macam budaya di dunia ini berfungsi untuk melindungi kejelekan manusia. Cuma bagaimana manusia itu melaksanakan budaya itu berbeda. Untuk manusia Melayu, supaya terlihat sopan, maka budaya berkias-kias itu dijadikan sandaran. Bagi barat pula, suapay terlihat sopan santun, budaya berterus terang itu menjadi asas. Fungsinya tetap sama untuk melindungi kejelekan pada diri mereka yang masih punyai kesombongan dan kebongkakan. lalu budaya sopan santun itu di bina.

Persoalannya, untuk yang sering mengguna tandas cangkung, apabila samapai ke rumah yang mengguna tandas duduk, maka harus dia mengcangkung atau duduk? Jika dia mengcangkung pada tandas duduk itu, pasti di kata kurang ajar. Dan jika duduk di tandas cangkung pula, digelar bodoh.

Budaya juga begitu, jika Melayu ke barat dan masih terus berkias-kias, pasti Barat melihat itu ebagai satu kebodohan. Jika barat pula datan kedunia Melayu dengan budaya berterus terang mereka, dia nggap pula kurang ajar. Lalu fungsi budaya tadi berubah sebaliknya. Tidak lagi melindungi kejelekan, malah mempamirkan kejelakan itu sendiri.

Untuk itu, budaya hanyalah terhad untuk melindungi kejelakan sesuatu golongan kaum manusia itu. Tidak ada budaya yang sempurna. Lebih malang untuk mereka tidak menumpai budaya. Seperti mereka yang idak menmpai andas, lalu bisa aja membuang najis di semak juga di sungai. Kejelakan itu tersebar jelas dengan baunya , dengan hurungan langu hijau. Jelek.

Mujur, Islam itu hadir. Hadir bukan sebagai tandas yana bisa kita duduk, atau bisa kita mengcankung. Islam itu hadir sebagai panduan suapay kita bijak untuk menggunakan tandas. Jika duduk, harus duduk. jika mengcangkung, harus mengcangkung. Jika tidak ketemu andas, harus dilindungi najis yang wujud itu dengan tanah atau daunan.

Bermaksud juga Islam hadir supaya kita bisa menggunakan segala bentuk budaya itu dengan bijak tanpa perlu prejudis. Tanpa mengangkat mana-mana budaya sebagai yang paling bagus. Tapi mengangakat manusia itu lebh bagus dari budaya. Tanpa perlu terkongkong dengan segala macam budaya. Logiknya, Islam mengangkat kita manusia ini lebih bagus dari tandas tadi. Kerna manusia tidak harus terkongkong dengan budaya yang menjadikan mereka mundur. Seprti budaya malu-malu yang tidak bertempat yang menyababkan kita malas bertanya dan lebih kepada mengsyaki. Budaya mengintai pasangan berkhalwat juga di salah tafsir sebagai budaya yang bagus padahal ia adalah budaya membuka aib. Sedangkan Islam mewajibkan kita menjaga aib.

Jelas, Islam itu hadir bukan untuk membudayakan manusia, tapi Islam hadir untuk memanusiakan budaya. Kerna kita manusia ini, lebih elok dari budaya.

2 comments:

Anonymous said...

lama menghilang!

me,myself n all around da world said...

ntah, lama xnampak....busy dgn teman baru eh??hihi...

p/s: aku akan mencangkuk di tandas duduk jika di toilet bus station.walaupon aku dikatakan tidak berbudaya aku lebih rela begitu....=)